BI Jawa Timur Prediksi Lebaran Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi
Sabtu, 10 April 2021 - 14:26 WIB
SURABAYA - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur (Jatim) memprediksi, pertumbuhan ekonomi Jatim pada triwulan II 2021 naik hingga 2-3%. Proyeksi kenaikan ini akibat tingginya daya beli masyarakat, terutama saat menjelang ramadan dan lebaran.
Kepala Kantor Perwakilan BI Jatim, Difi Ahmad Djohansyah mengatakan, selama triwulan ke 1,2, dan ke 3 tahun 2021, grafik perekonomian Jatim memang masih sulit diprediksi. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi masih tergantung pada demand. Baca juga: IMF Revisi Pertumbuhan Ekonomi RI, Sri Mulyani: Belum Pasti!
Sementara daya beli masyarakat belum ada pergerakan signifikan. “Tapi kita optimistis ekonomi Jatim akan tumbuh diatas 5,3%, karena industri manufaktur di Jatim sudah mulai bergerak,” ujarnya, Sabtu (10/4/2021).
Difi menambahkan, di momen lebaran tahun 2021 ini ekonomi Jatim akan lebih baik, dibanding lebaran tahun lalu. Pada lebaran tahun 2020 lalu ada kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Sedangkan saat ini hanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro. “Saya coba keliling hotel-hotel dan coba tanya, ternyata okupansi hotel sekarang ini sudah mulai bergairah. Artinya saat lebaran bisa jadi ekonomi Jatim akan terkerek naik," jelas Difi.
Sementara itu, tekanan inflasi pada triwulan II 2021 diprediksi meningkat dibanding triwulan I 2021. Namun, masih dalam rentang kisaran sasaran inflasi nasional. Inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta pakaian dan alas kaki diperkirakan menjadi pendorong utama seiring peningkatan konsumsi masyarakat.
Data Laporan Perekonomian Jawa Timur (Jatim) yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) mencatat, rencana pembukaan kembali sekolah pada triwulan II 2021 diperkirakan memicu peningkatan konsumsi pada kelompok pakaian dan alas kaki. Pembukaan kembali aktivitas ekonomi juga menjadi pendorong perbaikan daya beli masyarakat yang diperkirakan terjadi pada triwulan I 2021.
Peningkatan inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga didorong kenaikan harga rokok seiring kenaikan tarif cukai mulai awal tahun 2020 dan berpotensi kembali meningkat pada tahun 2021. “Selain itu momen hari besar keagamaan hari raya Idul Fitri juga diperkirakan akan memberikan tekanan pada inflasi volatile food,” tandas Difi.
Kepala Kantor Perwakilan BI Jatim, Difi Ahmad Djohansyah mengatakan, selama triwulan ke 1,2, dan ke 3 tahun 2021, grafik perekonomian Jatim memang masih sulit diprediksi. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi masih tergantung pada demand. Baca juga: IMF Revisi Pertumbuhan Ekonomi RI, Sri Mulyani: Belum Pasti!
Sementara daya beli masyarakat belum ada pergerakan signifikan. “Tapi kita optimistis ekonomi Jatim akan tumbuh diatas 5,3%, karena industri manufaktur di Jatim sudah mulai bergerak,” ujarnya, Sabtu (10/4/2021).
Difi menambahkan, di momen lebaran tahun 2021 ini ekonomi Jatim akan lebih baik, dibanding lebaran tahun lalu. Pada lebaran tahun 2020 lalu ada kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Sedangkan saat ini hanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro. “Saya coba keliling hotel-hotel dan coba tanya, ternyata okupansi hotel sekarang ini sudah mulai bergairah. Artinya saat lebaran bisa jadi ekonomi Jatim akan terkerek naik," jelas Difi.
Sementara itu, tekanan inflasi pada triwulan II 2021 diprediksi meningkat dibanding triwulan I 2021. Namun, masih dalam rentang kisaran sasaran inflasi nasional. Inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta pakaian dan alas kaki diperkirakan menjadi pendorong utama seiring peningkatan konsumsi masyarakat.
Data Laporan Perekonomian Jawa Timur (Jatim) yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) mencatat, rencana pembukaan kembali sekolah pada triwulan II 2021 diperkirakan memicu peningkatan konsumsi pada kelompok pakaian dan alas kaki. Pembukaan kembali aktivitas ekonomi juga menjadi pendorong perbaikan daya beli masyarakat yang diperkirakan terjadi pada triwulan I 2021.
Peningkatan inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga didorong kenaikan harga rokok seiring kenaikan tarif cukai mulai awal tahun 2020 dan berpotensi kembali meningkat pada tahun 2021. “Selain itu momen hari besar keagamaan hari raya Idul Fitri juga diperkirakan akan memberikan tekanan pada inflasi volatile food,” tandas Difi.
(don)
tulis komentar anda