Kesulitan Ekonomi Picu Karim Nekat Bacok 5 Orang dan Bakar 4 Rumah di Pangandaran
Kamis, 01 April 2021 - 14:31 WIB
PANGANDARAN - Pelaku pembacokan terhadap lima korban dan pembakaran empat rumah di Blok A Pasar Wisata Pangandaran yang dilakukan Karim (52) pada Rabu (31/3/2021) dilatar belakangi kesulitan ekonomi.
Adik ipar Karim bernama Sukiman membawa jenazah Karim di RSU Pandega Pangandaran Kamis (1/4/2021) dan menyatakan permohonan maaf kepada seluruh keluarga korban baik lima korban pembacokan dan empat korban rumah terbakar.
"Atas nama perwakilan keluarga, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para korban dan seluruh masyarakat atas perilaku sadis saudara kami," kata Sukiman. Karim akan dimakamkan di TPU Dusun Cikuya, Desa Langkapsari, Kecamatan Banjaranyar, Kabupaten Ciamis.
Karim merupakan penjahit di Pasar Wisata Pangandaran dan ber-KTP Banyumas, Jawa Tengah, tapi Karim berasal dari Kecamatan Banjaranyar, Kabupaten Ciamis. "Beberapa hari sebelum kejadian , Karim datang dan menginap selama dua malam di rumah saya," tambahnya.
Saat berada di rumah Sukiman, tidak banyak komunikasi antara Sukiman dengan Karim karena hubungan adik dengan kaka ipar tersebut sudah lama renggang. "Waktu itu Karim terlihat sedang dirundung masalah, dia sedang bingung soal ekonomi dan biaya berobat istri yang mengalami sakit jiwa," terangnya.
Karim pergi dari rumah Sukiman tanpa pamit , waktu itu kedatangan Karim hanya seorang diri sedangkan istrinya ditinggal di Pangandaran.
Sedangkan Sutarno adik kandung Karim mengatakan kakaknya itu sudah menikah dengan Amirah, lebih dari 30 tahun. "Awalnya kehidupan Karim baik-baik saja, dia menekuni profesi sebagai penjahit di Jakarta hingga Karim bisa membangun rumah di kampungnya," kata Sutarno.
Sekitar 10 tahun lalu Karim dan Amirah tergiur investasi online yang nyatanya bodong. "Jangankan cepat kaya, uang yang ada habis hingga rumah dan peralatan berharga dia jual," tambahnya.
Sejak itu hidup Karim berantakan dan Amirah mengalami gangguan jiwa . "Karim dan Amirah pindah ke Banyumas lalu pindah ke Padaherang hingga terakhir pindah ke Pangandaran," terangnya.
Sepertinya Karim tertekan dengan masalah ekonomi yang sulit, istri tidak sembuh, uang habis dan akhirnya mengalami depresi . "Kami pihak keluarga merelakan tindakan tepat yang dilakukan Polisi karena kalau tidak dilumpuhkan bakal berbahaya dan memakan korban lebih banyak," pungkasnya.
Adik ipar Karim bernama Sukiman membawa jenazah Karim di RSU Pandega Pangandaran Kamis (1/4/2021) dan menyatakan permohonan maaf kepada seluruh keluarga korban baik lima korban pembacokan dan empat korban rumah terbakar.
"Atas nama perwakilan keluarga, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para korban dan seluruh masyarakat atas perilaku sadis saudara kami," kata Sukiman. Karim akan dimakamkan di TPU Dusun Cikuya, Desa Langkapsari, Kecamatan Banjaranyar, Kabupaten Ciamis.
Karim merupakan penjahit di Pasar Wisata Pangandaran dan ber-KTP Banyumas, Jawa Tengah, tapi Karim berasal dari Kecamatan Banjaranyar, Kabupaten Ciamis. "Beberapa hari sebelum kejadian , Karim datang dan menginap selama dua malam di rumah saya," tambahnya.
Saat berada di rumah Sukiman, tidak banyak komunikasi antara Sukiman dengan Karim karena hubungan adik dengan kaka ipar tersebut sudah lama renggang. "Waktu itu Karim terlihat sedang dirundung masalah, dia sedang bingung soal ekonomi dan biaya berobat istri yang mengalami sakit jiwa," terangnya.
Karim pergi dari rumah Sukiman tanpa pamit , waktu itu kedatangan Karim hanya seorang diri sedangkan istrinya ditinggal di Pangandaran.
Baca Juga
Sedangkan Sutarno adik kandung Karim mengatakan kakaknya itu sudah menikah dengan Amirah, lebih dari 30 tahun. "Awalnya kehidupan Karim baik-baik saja, dia menekuni profesi sebagai penjahit di Jakarta hingga Karim bisa membangun rumah di kampungnya," kata Sutarno.
Sekitar 10 tahun lalu Karim dan Amirah tergiur investasi online yang nyatanya bodong. "Jangankan cepat kaya, uang yang ada habis hingga rumah dan peralatan berharga dia jual," tambahnya.
Sejak itu hidup Karim berantakan dan Amirah mengalami gangguan jiwa . "Karim dan Amirah pindah ke Banyumas lalu pindah ke Padaherang hingga terakhir pindah ke Pangandaran," terangnya.
Sepertinya Karim tertekan dengan masalah ekonomi yang sulit, istri tidak sembuh, uang habis dan akhirnya mengalami depresi . "Kami pihak keluarga merelakan tindakan tepat yang dilakukan Polisi karena kalau tidak dilumpuhkan bakal berbahaya dan memakan korban lebih banyak," pungkasnya.
(eyt)
tulis komentar anda