Saat Pandemi COVID-19, Tetap Waspadai Gejala Jatung Koroner
Minggu, 07 Februari 2021 - 09:03 WIB
PALEMBANG - Saat pandemi bukan hanya COVID-19 yang harus diwaspadai. Namun penyakit tidak menular seperti penyakit jantung wajib diwaspadai.
Dokter Arief Aji Subakti SpJP FIHA Cardiologist, Dokter Spesialis Jantung Siloam Hospitals Sriwijaya mengatakan, penyakit jantung koroner merupakan kondisi ketika pembuluh darah jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak. "Lemak semakin bertumpuk, arteri akan semakin menyempit. Efeknya membuat aliran darah ke jantung berkurang," uja Dokter Arief, Minggu (7/2/2021).
Lebih lanjut, Dokter Arief menjelaskan, seiring berkurangnya aliran darah ke jantung, akan memicu gejala penyakit jantung koroner seperti nyeri dada, dan sesak napas. "Bila kondisi tersebut tidak segera ditangani, arteri akan tersumbat sepenuhnya sehingga memicu serangan jantung," terangnya.
Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada tahun 2015, tercatat lebih dari 7 juta orang meninggal karena penyakit ini. Sedangkan di Indonesia, lebih dari 2 juta orang terkena penyakit ini di tahun 2013. Lalu apa saja tanda-tanda penyakit jantung koroner?
Seseorang yang terkena penyakit jantung koroner sering merasa capek atau kelelahan tanpa sebab, gampang merasa goyah atau pusing saat berdiri atau melakukan aktifitas seperti biasa, merasakan nyeri dada. Selain pada dada, rasa nyerinya juga bisa menjalar ke bahu, lengan, leher, rahang atau punggung. Mengalami keringat dingin dan mual. Baca: Pintu Air Sungai Dombo Sayung Rusak, Desa Prampelan Banjir.
Guna pencegahannya, ujar Dokter Arief, perlu diketahui sejumlah faktor resiko yang memicu terjadinya serangan jantung yaitu, usia lanjut, jenis kelamin di mana pria lebih memiliki resiko terkena jantung koroner daripada wanita, riwayat keluarga.
Selain itu, lanjutnya, terdapat faktor risiko yang dapat dicegah seperti merokok, obesitas, memiliki riwayat tekanan darah tinggi, kolesterol, dan gula darah yang tinggi. Juga nemiliki trauma mental atau stres psikologis berat dalam jangka waktu panjang. Baca: Kereta Api Medis Darurat di Madiun Dioperasikan, 10 Pasien Jalani Perawatan.
"Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobatinya bisa dilakukan pemasangan stent untuk memperlebar arteri koroner yang menyempit. Juga bisa dilakukan bedah koroner seperti operasi bypass jantung yang merupakan pengobatan yang paling umum untuk penyakit jantung koroner. Dokter juga dapat melakukan angioplasty jika diperlukan," terang Dokter Arief.
Dokter Arief Aji Subakti SpJP FIHA Cardiologist, Dokter Spesialis Jantung Siloam Hospitals Sriwijaya mengatakan, penyakit jantung koroner merupakan kondisi ketika pembuluh darah jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak.
Dokter Arief Aji Subakti SpJP FIHA Cardiologist, Dokter Spesialis Jantung Siloam Hospitals Sriwijaya mengatakan, penyakit jantung koroner merupakan kondisi ketika pembuluh darah jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak. "Lemak semakin bertumpuk, arteri akan semakin menyempit. Efeknya membuat aliran darah ke jantung berkurang," uja Dokter Arief, Minggu (7/2/2021).
Lebih lanjut, Dokter Arief menjelaskan, seiring berkurangnya aliran darah ke jantung, akan memicu gejala penyakit jantung koroner seperti nyeri dada, dan sesak napas. "Bila kondisi tersebut tidak segera ditangani, arteri akan tersumbat sepenuhnya sehingga memicu serangan jantung," terangnya.
Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada tahun 2015, tercatat lebih dari 7 juta orang meninggal karena penyakit ini. Sedangkan di Indonesia, lebih dari 2 juta orang terkena penyakit ini di tahun 2013. Lalu apa saja tanda-tanda penyakit jantung koroner?
Seseorang yang terkena penyakit jantung koroner sering merasa capek atau kelelahan tanpa sebab, gampang merasa goyah atau pusing saat berdiri atau melakukan aktifitas seperti biasa, merasakan nyeri dada. Selain pada dada, rasa nyerinya juga bisa menjalar ke bahu, lengan, leher, rahang atau punggung. Mengalami keringat dingin dan mual. Baca: Pintu Air Sungai Dombo Sayung Rusak, Desa Prampelan Banjir.
Guna pencegahannya, ujar Dokter Arief, perlu diketahui sejumlah faktor resiko yang memicu terjadinya serangan jantung yaitu, usia lanjut, jenis kelamin di mana pria lebih memiliki resiko terkena jantung koroner daripada wanita, riwayat keluarga.
Selain itu, lanjutnya, terdapat faktor risiko yang dapat dicegah seperti merokok, obesitas, memiliki riwayat tekanan darah tinggi, kolesterol, dan gula darah yang tinggi. Juga nemiliki trauma mental atau stres psikologis berat dalam jangka waktu panjang. Baca: Kereta Api Medis Darurat di Madiun Dioperasikan, 10 Pasien Jalani Perawatan.
"Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobatinya bisa dilakukan pemasangan stent untuk memperlebar arteri koroner yang menyempit. Juga bisa dilakukan bedah koroner seperti operasi bypass jantung yang merupakan pengobatan yang paling umum untuk penyakit jantung koroner. Dokter juga dapat melakukan angioplasty jika diperlukan," terang Dokter Arief.
Dokter Arief Aji Subakti SpJP FIHA Cardiologist, Dokter Spesialis Jantung Siloam Hospitals Sriwijaya mengatakan, penyakit jantung koroner merupakan kondisi ketika pembuluh darah jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak.
(nag)
tulis komentar anda