Sejak Pandemi, Petugas Krematorium Tidur di Lokasi Pembakaran Mayat
Sabtu, 30 Januari 2021 - 19:06 WIB
SURABAYA - Pandemi COVID-19 yang terus mengganas banyak memakan korban jiwa. Setiap hari, puluhan hingga ratusan nyawa melayang.
Hal itu membuat para petugas makam, khususnya satgas pemakaman COVID-19 bekerja ekstra. Seperti para petugas di Krematorium Keputih, Surabaya.
Selama pandemi COVID-19, tempat pengabuan jenazah pertama yang dimiliki Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya ini tidak pernah berhenti beroperasi. Sudah ratusan jenazah korban Covid-19 dikremasi ditempat ini, tentunya atas permintaan keluarga.
Koordinator Lapangan Krematorium Keputih Surabaya, Eko Pramono, mengatakan di Krematorium Keputih hanya ada lima orang petugas lapangan yang sudah terlatih.
Mereka memiliki peran masing-masing. Satu orang bertugas sebagai operator mesin dan empat lainnya bertugas mengangkat peti jenazah.
"Dari awal COVID-19 kita tidak sempat libur, karena sewaktu-waktu dari rumah sakit dikirimi jenazah," katanya kepada Sindonews, Sabtu (30/1).
Dengan jumlah personel yang terbatas dan sering ada permintaan kremasi tengah malam hingga pagi hari, maka para petugas ini pun harus rela tidur di lokasi dekat pembakaran jenazah. Setidaknya, dalam waktu 24 jam rata-rata ada 5-7 jenazah dikremasi.
"Bagi petugas disini, jam kerja adalah haknya untuk bekerja dan mendapat gaji. Namun jika tugas malam mereka bilang ke saya untuk amalnya," ujarnya.
Eko menjelaskan, Krematorium Keputih saat ini memiliki tiga tungku pemkaran. Jika ketiganya sudah penuh maka proses kremasi sudah selesai.
Hal itu membuat para petugas makam, khususnya satgas pemakaman COVID-19 bekerja ekstra. Seperti para petugas di Krematorium Keputih, Surabaya.
Selama pandemi COVID-19, tempat pengabuan jenazah pertama yang dimiliki Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya ini tidak pernah berhenti beroperasi. Sudah ratusan jenazah korban Covid-19 dikremasi ditempat ini, tentunya atas permintaan keluarga.
Koordinator Lapangan Krematorium Keputih Surabaya, Eko Pramono, mengatakan di Krematorium Keputih hanya ada lima orang petugas lapangan yang sudah terlatih.
Mereka memiliki peran masing-masing. Satu orang bertugas sebagai operator mesin dan empat lainnya bertugas mengangkat peti jenazah.
"Dari awal COVID-19 kita tidak sempat libur, karena sewaktu-waktu dari rumah sakit dikirimi jenazah," katanya kepada Sindonews, Sabtu (30/1).
Dengan jumlah personel yang terbatas dan sering ada permintaan kremasi tengah malam hingga pagi hari, maka para petugas ini pun harus rela tidur di lokasi dekat pembakaran jenazah. Setidaknya, dalam waktu 24 jam rata-rata ada 5-7 jenazah dikremasi.
"Bagi petugas disini, jam kerja adalah haknya untuk bekerja dan mendapat gaji. Namun jika tugas malam mereka bilang ke saya untuk amalnya," ujarnya.
Eko menjelaskan, Krematorium Keputih saat ini memiliki tiga tungku pemkaran. Jika ketiganya sudah penuh maka proses kremasi sudah selesai.
Lihat Juga :
tulis komentar anda