Berbahaya, Sunat dengan Teknik Electrical Cauter Tidak Dianjurkan
Selasa, 08 Desember 2020 - 04:53 WIB
Dia dilaporkan telah disunat pada hari yang sama dengan menggunakan perangkat elektrokauter monopolar. Sayangnya, elektrokauter menyebabkan luka bakar yang parah pada kelenjar penis si anak.
Pada pemeriksaan, dia mengalami nekrosis atau kondisi cedera pada sel yang mengakibatkan kematian dini sel-sel dan jaringan hidup pada kelenjar dan batang penis.
Meski terlihat aman, namun nyatanya penggunaan elektro kauter monopolar,
mengakibatkan kecelakaan yang dramatis pada pasien tersebut. Memang, ketika elektroda monopolar digunakan, arus listrik yang dibawa hanya menyebabkan sedikit luka bakar pada penis.
Namun, ternyata luka yang diakibatkan teknik itu memburuk dan mengakibatkan hilangnya jaringan yang signifikan yang melibatkan seluruh kelenjar dan bagian distal batang penis. Alat kelamin anak tersebut akhirnya harus diamputasi.
Pemilik Rumah Sunat dr Mahdian, dr Mahdian Nur Nasution, SpBS, sangat tidak menyarankan sunat dengan teknik electrical cauter. Menurutnya, teknik ini sangat berbahaya bagi yang disunat. Fatal bisa saja penis terpotong atau amputasi seperti kasus tadi.
"Teknik electrical cauter ini adalah metode yang paling berbahaya. Jadi teknik yang digunakan electrical cauter itu memang alat yang digunakan untuk sunat yang paling berisiko terjadinya amputasi," kata dr Mahdian Nur Nasution yang spesialis bedah syaraf ini kepada media, Selasa (8/12/2020).
Dia menjelaskan, teknik itu berbahaya karena logam yang panas ini bisa menyebabkan luka bakar pada bagian kelamin. Sebenarnya, electric cauter adalah alat bedah yang digunakan untuk memotong kulit atau pembuluh darah sehingga pendarahan yang muncul akan minimal.
“Hanya saja, alat ini sudah banyak yang dimodifikasikan sedemikian rupa. Ada yang berbentuk lempengan logam yang dipanaskan seperti pemanas air. Karena dimodifikasi itulah teknik ini tidak direkomendasikan,” kata dia.
Karenanya, kata Mahdian, meski teknik ini lebih cepat, namun tetap disarankan untuk tidak memilih teknik ini. Kalaupun tetap ingin menggunakan teknik ini harus dipastikan bahwa petugas yang melakukan adalah tenaga medis yang tepat, yang ahlinya, yaitu dokter spesialis bedah.
Pada pemeriksaan, dia mengalami nekrosis atau kondisi cedera pada sel yang mengakibatkan kematian dini sel-sel dan jaringan hidup pada kelenjar dan batang penis.
Meski terlihat aman, namun nyatanya penggunaan elektro kauter monopolar,
mengakibatkan kecelakaan yang dramatis pada pasien tersebut. Memang, ketika elektroda monopolar digunakan, arus listrik yang dibawa hanya menyebabkan sedikit luka bakar pada penis.
Namun, ternyata luka yang diakibatkan teknik itu memburuk dan mengakibatkan hilangnya jaringan yang signifikan yang melibatkan seluruh kelenjar dan bagian distal batang penis. Alat kelamin anak tersebut akhirnya harus diamputasi.
Pemilik Rumah Sunat dr Mahdian, dr Mahdian Nur Nasution, SpBS, sangat tidak menyarankan sunat dengan teknik electrical cauter. Menurutnya, teknik ini sangat berbahaya bagi yang disunat. Fatal bisa saja penis terpotong atau amputasi seperti kasus tadi.
"Teknik electrical cauter ini adalah metode yang paling berbahaya. Jadi teknik yang digunakan electrical cauter itu memang alat yang digunakan untuk sunat yang paling berisiko terjadinya amputasi," kata dr Mahdian Nur Nasution yang spesialis bedah syaraf ini kepada media, Selasa (8/12/2020).
Dia menjelaskan, teknik itu berbahaya karena logam yang panas ini bisa menyebabkan luka bakar pada bagian kelamin. Sebenarnya, electric cauter adalah alat bedah yang digunakan untuk memotong kulit atau pembuluh darah sehingga pendarahan yang muncul akan minimal.
“Hanya saja, alat ini sudah banyak yang dimodifikasikan sedemikian rupa. Ada yang berbentuk lempengan logam yang dipanaskan seperti pemanas air. Karena dimodifikasi itulah teknik ini tidak direkomendasikan,” kata dia.
Karenanya, kata Mahdian, meski teknik ini lebih cepat, namun tetap disarankan untuk tidak memilih teknik ini. Kalaupun tetap ingin menggunakan teknik ini harus dipastikan bahwa petugas yang melakukan adalah tenaga medis yang tepat, yang ahlinya, yaitu dokter spesialis bedah.
Lihat Juga :
tulis komentar anda