Metode Sarang Tawon Dipakai Cegah Penularan COVID-19, Apa Itu?
Selasa, 12 Mei 2020 - 16:46 WIB
SURABAYA - Metode sarang tawon akan diterapkan di Kota Pahlawan untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19, khususnya di wilayah perkampungan. Metode ini dilakukan dengan cara ketika ditemukan satu orang positif di suatu wilayah, maka pemkot langsung menggelar rapid test secara massal di lokasi itu.
(Baca juga: Bantu Atasi COVID-19, PNS Ini Buat Lagu Lawan Corona )
"Kita melakukan metode sarang tawon. Jadi ketika di lokasi-lokasi ditemukan ada terpapar, maka di kampung itu kita lakukan rapid test secara massal, sejumlah warga yang ada di situ," kata Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Surabaya, Eddy Christijanto ketika ditemui di Balai Kota Surabaya, Selasa (12/5/2020).
Ia melanjutkan, sampai saat ini Pemkot Surabaya telah menggelar rapid test massal di lima wilayah perkampungan Surabaya. Di antaranya yakni, Manukan Kulon, Bratang Gede, Rungkut Lor dan Kedung Baruk. Nah, ketika dilakukan rapid test hasilnya ditemukan ada yang reaktif, maka orang tersebut langsung dilakukan swab.
"Tapi swab kan keputusannya menunggu 4-8 hari. Nah, sambil menunggu hasil swab itu, arahan Ibu Wali Kota agar orang tersebut dilakukan isolasi di salah satu hotel," ucapnya.
Dalam proses isolasi nanti, katanya, pihaknya menerjunkan jajaran Satpol PP, Linmas beserta petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) dan kecamatan setempat untuk memotivasi dan mengajak mereka agar mau melakukan isolasi di hotel. Tujuannya, agar virus tersebut tidak sampai menular kepada anggota keluarga lain ataupun tetangga di sekitar lokasi.
"Nanti kalau hasil swabnya negatif, maka mereka kita kembalikan ke rumahnya. Tapi kalau hasil swab positif, maka akan kita rawat di Rumah Sakit Surabaya. Jadi tujuan kita adalah untuk bisa menekan sejauh mungkin terjadinya pandemi," jelasnya.
Sebab, Eddy menyebut, virus ini hanya bisa diketahui secara pasti dengan melakukan test swab. Apalagi, tidak semua orang yang terkena COVID-19 ini memiliki gejala, seperti batuk, badan lemas dan sesak nafas.
"Untuk itu supaya ini tidak menular kemana-mana, maka kami mohon khususnya bagi yang OTG (orang tanpa gejala) agar mengikuti kebijakan pemerintah untuk dilakukan isolasi," katanya.
Menurut dia, potensi OTG ini justru penularannya lebih berbahaya. Karena, orang tersebut positif COVID-19 namun tidak memiliki gejala apapun. Sehingga terkadang mereka masih bebas melakukan aktivitas seperti biasa dan berkumpul dengan orang lain.
"Justru orang yang tanpa gejala, dia merasa sehat akhirnya bisa kemana-mana, bergaul dengan orang lain, akhirnya menularkan yang lain. Kalau orang itu terpapar positif maka medis juga pasti mengantisipasi dengan APD (alat pelindung diri)," ungkapnya.
(Baca juga: Bantu Atasi COVID-19, PNS Ini Buat Lagu Lawan Corona )
"Kita melakukan metode sarang tawon. Jadi ketika di lokasi-lokasi ditemukan ada terpapar, maka di kampung itu kita lakukan rapid test secara massal, sejumlah warga yang ada di situ," kata Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Surabaya, Eddy Christijanto ketika ditemui di Balai Kota Surabaya, Selasa (12/5/2020).
Ia melanjutkan, sampai saat ini Pemkot Surabaya telah menggelar rapid test massal di lima wilayah perkampungan Surabaya. Di antaranya yakni, Manukan Kulon, Bratang Gede, Rungkut Lor dan Kedung Baruk. Nah, ketika dilakukan rapid test hasilnya ditemukan ada yang reaktif, maka orang tersebut langsung dilakukan swab.
"Tapi swab kan keputusannya menunggu 4-8 hari. Nah, sambil menunggu hasil swab itu, arahan Ibu Wali Kota agar orang tersebut dilakukan isolasi di salah satu hotel," ucapnya.
Dalam proses isolasi nanti, katanya, pihaknya menerjunkan jajaran Satpol PP, Linmas beserta petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) dan kecamatan setempat untuk memotivasi dan mengajak mereka agar mau melakukan isolasi di hotel. Tujuannya, agar virus tersebut tidak sampai menular kepada anggota keluarga lain ataupun tetangga di sekitar lokasi.
"Nanti kalau hasil swabnya negatif, maka mereka kita kembalikan ke rumahnya. Tapi kalau hasil swab positif, maka akan kita rawat di Rumah Sakit Surabaya. Jadi tujuan kita adalah untuk bisa menekan sejauh mungkin terjadinya pandemi," jelasnya.
Sebab, Eddy menyebut, virus ini hanya bisa diketahui secara pasti dengan melakukan test swab. Apalagi, tidak semua orang yang terkena COVID-19 ini memiliki gejala, seperti batuk, badan lemas dan sesak nafas.
"Untuk itu supaya ini tidak menular kemana-mana, maka kami mohon khususnya bagi yang OTG (orang tanpa gejala) agar mengikuti kebijakan pemerintah untuk dilakukan isolasi," katanya.
Menurut dia, potensi OTG ini justru penularannya lebih berbahaya. Karena, orang tersebut positif COVID-19 namun tidak memiliki gejala apapun. Sehingga terkadang mereka masih bebas melakukan aktivitas seperti biasa dan berkumpul dengan orang lain.
"Justru orang yang tanpa gejala, dia merasa sehat akhirnya bisa kemana-mana, bergaul dengan orang lain, akhirnya menularkan yang lain. Kalau orang itu terpapar positif maka medis juga pasti mengantisipasi dengan APD (alat pelindung diri)," ungkapnya.
(eyt)
tulis komentar anda