5 Bulan Dihantam Badai Pandemi COVID-19, Pelaku UMKM Minahasa Utara Berupaya Bangkit
Sabtu, 21 November 2020 - 13:55 WIB
MANADO - Badai pandemi COVID-19 , membuat pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM ) kelimpungan. Bahkan, pemilik UMKM Nio's asal Minahasa Utara, Meynio Sumendap, harus merasakan usahanya mati suri selam lima bulan. (Baca juga: Meninggal Kamis Malam, Ketua FUI Cilacap Sempat Dikabarkan Jemput Rizieq Sihab dan Positif COVID-19 )
Bukan menyerah, dan terpuruk. Badai pandemi COVID-19 tersebut, tetap membuat semangat Meynio Sumendap menyala. Kini dia mencoba berusaha bangkit dengan kembali memproduksi oleh-oleh khas Manado, Nike Tore.
Sebelum pandemi, penjualan Nike Tore laris manis, mulai dari toko souvenir, ritel modern, bahkan permintaan lewat media sosial sampai dengan Jakarta, Surabaya, Medan, Papua, Sorong, Ternate hingga Makassar. (Baca juga: Kisah Pengorbanan Ki Ageng Cukil Wanakusuma, Serahkan Hidup Demi Rakyat dan Syiar Islam )
"Sebelum ada pandemi COVID-19 , omset rata-rata sampai Rp36 juta/bulan," ujar Mey, begitu dia biasa dipanggil, Sabtu (21/11/2020). Setelah pandemi melanda, praktis permintaan menurun drastis. Ritel modern dan toko souvenir mulai menghentikan permintaan, omset bulanan pun anjlok sampai 90 persen.
"Maret hingga juli itu paling berat, ada produksi tapi hanya 10 persen, permintaan ada tapi hanya sedikit dan tidak pasti," kata Mey. Kondisi itu tak membuat Mey menyerah, dia tetap bertahan. Baginya, di mana ada usaha dan kesabaran pasti ada jalan. Perlahan namun pasti semangatnya berbuah hasil, satu persatu permintaan mulai berdatangan.
Sejak Agustus hingga kini, pelanggan tetap mulai meminta produknya. Toko souvenir dan ritel moderen mulai meminta produknya, begitu juga dengan pembelian online , mulai lancar lagi. (Baca juga: Eri Cahyadi-Armudji Dapat Suntikan Dukungan Dari Barisan Soekarnois )
Meski belum berjalan normal seperti biasa, namun dia sudah kembali mempekerjakan tiga orang ibu rumah tangga. "Sebulan rata-rata bisa menjual sedikitnya 1.200 kemasan kantong nike tore ukuran 120 gram/kemasan, omset/bulan Rp15 juta- 20 juta," pungkasnya.
Bukan menyerah, dan terpuruk. Badai pandemi COVID-19 tersebut, tetap membuat semangat Meynio Sumendap menyala. Kini dia mencoba berusaha bangkit dengan kembali memproduksi oleh-oleh khas Manado, Nike Tore.
Sebelum pandemi, penjualan Nike Tore laris manis, mulai dari toko souvenir, ritel modern, bahkan permintaan lewat media sosial sampai dengan Jakarta, Surabaya, Medan, Papua, Sorong, Ternate hingga Makassar. (Baca juga: Kisah Pengorbanan Ki Ageng Cukil Wanakusuma, Serahkan Hidup Demi Rakyat dan Syiar Islam )
"Sebelum ada pandemi COVID-19 , omset rata-rata sampai Rp36 juta/bulan," ujar Mey, begitu dia biasa dipanggil, Sabtu (21/11/2020). Setelah pandemi melanda, praktis permintaan menurun drastis. Ritel modern dan toko souvenir mulai menghentikan permintaan, omset bulanan pun anjlok sampai 90 persen.
"Maret hingga juli itu paling berat, ada produksi tapi hanya 10 persen, permintaan ada tapi hanya sedikit dan tidak pasti," kata Mey. Kondisi itu tak membuat Mey menyerah, dia tetap bertahan. Baginya, di mana ada usaha dan kesabaran pasti ada jalan. Perlahan namun pasti semangatnya berbuah hasil, satu persatu permintaan mulai berdatangan.
Sejak Agustus hingga kini, pelanggan tetap mulai meminta produknya. Toko souvenir dan ritel moderen mulai meminta produknya, begitu juga dengan pembelian online , mulai lancar lagi. (Baca juga: Eri Cahyadi-Armudji Dapat Suntikan Dukungan Dari Barisan Soekarnois )
Meski belum berjalan normal seperti biasa, namun dia sudah kembali mempekerjakan tiga orang ibu rumah tangga. "Sebulan rata-rata bisa menjual sedikitnya 1.200 kemasan kantong nike tore ukuran 120 gram/kemasan, omset/bulan Rp15 juta- 20 juta," pungkasnya.
(eyt)
tulis komentar anda