Monumen Perang Dunia II, Memorial Korban Perang Pasifik di Manado
Sabtu, 14 November 2020 - 07:10 WIB
MANADO - Di seluruh Indonesia, mungkin hanya ada satu monumen yang didirikan oleh kekuasaan sekutu untuk mengenang para korban Perang Dunia (PD) II semasa 1941-1945.
Tugu peringatan yang dimaksud bukanlah untuk serdadu-serdadu yang gugur, melainkan untuk menghormati dan mengenang pengorbanan penduduk setempat yang telah dilibatkan dalam perang itu.
Monumen Korban Perang itu sampai kini berdiri dengan tegak di samping Gereja GMIM Sentrum, Manado, Sulawesi Utara. Walaupun strukturnya sudah lengkap namun monumen ini belum sempurna, prasastinya saja belum dipasang dan belum diresmikan oleh Sekutu sejak bangunan itu mulai didirikan pada tahun 1946.(Baca juga: Gunakan LPG 3 Kg, Sejumlah Rumah Makan di Kota Bitung Dirazia )
Monumen PD II itu menyimpan kenangan pahit bagi Kota Manado, dimana dua kali kota ini mengalami bombardemen besar-besaran baik oleh Jepang di awal perang maupun oleh pasukan sekutu menjelang bertekuk-lututnya bala tentara Kaisar Tenno Heika atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kaisar Hirohito.
Menurut Ben Wowor (98) pelaku sejarah peristiwa heroik merah putih 14 Februari 1946, cukup banyak tokoh-tokoh pemerintahan dan militer Hindia Belanda serta penduduk kota ini yang jiwanya melayang, menyusul pendudukan Jepang 11 Januari 1942 yang diawali dengan bombardemen berhari-hari sebelumnya.
Menjelang berakhirnya PD II, kembali kota ini mengalami penderitaan berat, karena kota ini dinilai sebagai kota terpenting di Sulawesi Utara dan Tengah oleh pasukan sekutu pimpinan Jenderal Mac Arthur.(Baca juga: Kerap Minum Miras, Bujang Tua Ditemukan Gantung Diri di Pohon Jeruk )
Jenderal Mac Arthur menganggap kota ini sangat strategis dalam rangka memukul balik Jepang. Tidak mengherankan bila Manado telah dibom secara besar-besaran sehingga praktis seluruh bangunan menjadi rata dengan tanah.
Usai PD II, bangsa-bangsa yang terlibat peperangan tersebut memberikan ganti rugi kepada rakyat yang menjadi korban. Demikian juga berlaku bagi rakyat Sulawesi Utara yang daerahnya dimusnahkan oleh Perang Dunia II 1941 1945.
Khususnya kota Manado yang adalah pusat kekuatan militer dan pemerintahan sipil di masa penjajahan Belanda dan di masa pendudukan Jepang telah menjadi sasaran pemusnahan oleh kedua belah pihak yang berperang (Jepang vs Sekutu).
Tugu peringatan yang dimaksud bukanlah untuk serdadu-serdadu yang gugur, melainkan untuk menghormati dan mengenang pengorbanan penduduk setempat yang telah dilibatkan dalam perang itu.
Monumen Korban Perang itu sampai kini berdiri dengan tegak di samping Gereja GMIM Sentrum, Manado, Sulawesi Utara. Walaupun strukturnya sudah lengkap namun monumen ini belum sempurna, prasastinya saja belum dipasang dan belum diresmikan oleh Sekutu sejak bangunan itu mulai didirikan pada tahun 1946.(Baca juga: Gunakan LPG 3 Kg, Sejumlah Rumah Makan di Kota Bitung Dirazia )
Monumen PD II itu menyimpan kenangan pahit bagi Kota Manado, dimana dua kali kota ini mengalami bombardemen besar-besaran baik oleh Jepang di awal perang maupun oleh pasukan sekutu menjelang bertekuk-lututnya bala tentara Kaisar Tenno Heika atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kaisar Hirohito.
Menurut Ben Wowor (98) pelaku sejarah peristiwa heroik merah putih 14 Februari 1946, cukup banyak tokoh-tokoh pemerintahan dan militer Hindia Belanda serta penduduk kota ini yang jiwanya melayang, menyusul pendudukan Jepang 11 Januari 1942 yang diawali dengan bombardemen berhari-hari sebelumnya.
Menjelang berakhirnya PD II, kembali kota ini mengalami penderitaan berat, karena kota ini dinilai sebagai kota terpenting di Sulawesi Utara dan Tengah oleh pasukan sekutu pimpinan Jenderal Mac Arthur.(Baca juga: Kerap Minum Miras, Bujang Tua Ditemukan Gantung Diri di Pohon Jeruk )
Jenderal Mac Arthur menganggap kota ini sangat strategis dalam rangka memukul balik Jepang. Tidak mengherankan bila Manado telah dibom secara besar-besaran sehingga praktis seluruh bangunan menjadi rata dengan tanah.
Usai PD II, bangsa-bangsa yang terlibat peperangan tersebut memberikan ganti rugi kepada rakyat yang menjadi korban. Demikian juga berlaku bagi rakyat Sulawesi Utara yang daerahnya dimusnahkan oleh Perang Dunia II 1941 1945.
Khususnya kota Manado yang adalah pusat kekuatan militer dan pemerintahan sipil di masa penjajahan Belanda dan di masa pendudukan Jepang telah menjadi sasaran pemusnahan oleh kedua belah pihak yang berperang (Jepang vs Sekutu).
tulis komentar anda