Cafe Laut Semare, Cita-Cita Kemandirian dalam Kenikmatan Kuliner
Selasa, 20 Oktober 2020 - 10:30 WIB
Selain itu, mereka juga bisa menikmati sajian makanan dengan melihat aktifitas nelayan setempat melaut. Para nelayan ini mencari kerang dan kupang untuk sajian kuliner khas pesisir, di atas café yang terbuat dari kayu ulin.
Nauval mengatakan, ada empat titik lokasi swafoto di jembatan kayu ulin yang dibangun HCML. Khusus untuk lokasi-lokasi swafoto itu, Bumdes melebarkan jembatan menjadi ukuran lima kali enam meter persegi. Lokasi spot favorit antara lain spot foto kepiting, spot foto love-love, dan spot foto huruf CLS.
Pemerintah desa juga membangun jalur lari (jogging track) yang terbuat dari bambu. Ini semakin meningkatkan minat pengunjung. "Dari parkir saja, kami pernah mendapat Rp 1,5 - 2 juta, dengan pengunjung 1000-1500 orang," kata Samian. CLS akhirnya mendapat juara ketiga lomba destinasi wisata pada 12 Desember 2019. (Baca: GoFood Festival, Jadi Tujuan Wisata Kuliner di Kota Pendidikan )
"HCML sangat berperan. Saya ingat pesan Pak Aliyudin, Humas HCML: ketika Cafe Laut berdiri atau maju, yang menikmati anak cucumu. Selain almarhum Pak Kades Yazid, Pak Aliyudin adalah motivator kami," kata Samian.
Selama musim pandemi, Nauval mengakui bahwa omzet dan jumlah pengunjung turun. "Sekarang tidak sampai 300 orang. Jadi kami bermusyawarah menyepakati bagaimana cara kita bertahan: protokol kesehatan kami jaga dan perketat. Kemudian promosi kami galakkan dan diskon, sembari kami membuat spot foto baru. Semasa pandemi, ada dua spot foto baru," katanya.
"Sunrise dan sunset view-nya memang luar biasa. Pengunjung bisa menikmati panorama saat matahari terbit dan tenggelam, yang memunculkan selfie enthusiasm di spot untuk swafoto," kata Hamim. HCML siap membantu warga untuk mengembangkan usaha ini ke depan, terutama pada masa pandemi.
Nauval mengatakan, ada empat titik lokasi swafoto di jembatan kayu ulin yang dibangun HCML. Khusus untuk lokasi-lokasi swafoto itu, Bumdes melebarkan jembatan menjadi ukuran lima kali enam meter persegi. Lokasi spot favorit antara lain spot foto kepiting, spot foto love-love, dan spot foto huruf CLS.
Pemerintah desa juga membangun jalur lari (jogging track) yang terbuat dari bambu. Ini semakin meningkatkan minat pengunjung. "Dari parkir saja, kami pernah mendapat Rp 1,5 - 2 juta, dengan pengunjung 1000-1500 orang," kata Samian. CLS akhirnya mendapat juara ketiga lomba destinasi wisata pada 12 Desember 2019. (Baca: GoFood Festival, Jadi Tujuan Wisata Kuliner di Kota Pendidikan )
"HCML sangat berperan. Saya ingat pesan Pak Aliyudin, Humas HCML: ketika Cafe Laut berdiri atau maju, yang menikmati anak cucumu. Selain almarhum Pak Kades Yazid, Pak Aliyudin adalah motivator kami," kata Samian.
Selama musim pandemi, Nauval mengakui bahwa omzet dan jumlah pengunjung turun. "Sekarang tidak sampai 300 orang. Jadi kami bermusyawarah menyepakati bagaimana cara kita bertahan: protokol kesehatan kami jaga dan perketat. Kemudian promosi kami galakkan dan diskon, sembari kami membuat spot foto baru. Semasa pandemi, ada dua spot foto baru," katanya.
"Sunrise dan sunset view-nya memang luar biasa. Pengunjung bisa menikmati panorama saat matahari terbit dan tenggelam, yang memunculkan selfie enthusiasm di spot untuk swafoto," kata Hamim. HCML siap membantu warga untuk mengembangkan usaha ini ke depan, terutama pada masa pandemi.
(don)
tulis komentar anda