Demonstrasi Tolak Omnibus Law, Anak STM: Jangan Provokasi Kami!
Selasa, 20 Oktober 2020 - 07:28 WIB
SEMARANG - Puluhan siswa SMK di Semarang menggelar aksi damai, di depan Kantor Gubernur Jateng, Senin (19/10/2020). Mereka menolak keras demo rusuh dan provokasi terhadap pelajar untuk terlibat dalam demo.
(Baca juga: Pelajar di Gowa Bunuh Diri Diduga Stres PJJ, Ini Kata Psikolog )
Para siswa SMK yang terdiri dari SMK 4 dan 10 Semarang, memulai aksi dengan longmarch dari Taman Indonesia Kaya. Mereka kemudian menyusur Jalan Pahlawan dan berhenti di depan Kantor Gubernur Jateng.
Di depan Kantor Gubernur Jateng, para siswa bergantian melakukan aksi. Mulai dari Drum Coprs SMK 10, tari gerakan cuci tangan dan rebana dari SMK 4 Semarang.
Siswa SMK 10, Delisya, menegaskan dirinya sama sekali tak setuju dengan aksi anarki dalam demo yang melibatkan pelajar. Delisya menyayangkan, pihak-pihak yang telah memprovokasi.
"Saya prihatin dengan para siswa yang diprovokasi ikut demo. Seharusnya pelajar bisa menggunakan cara yang lebih cerdas lagi seperti ini," ucap Delisya. (Baca juga: Cerita Treni Ketemu Kembarannya Trena Lewat TikTok setelah Terpisah 20 Tahun )
Senada dengan Delisya, siswa kelas XII SMK 10 Semarang, Irvan Rizki juga menolak keras provokasi terhadap pelajar untuk ikut serta dalam aksi rusuh. Sebab, tak hanya merusak fasilitas umum tetapi juga merugikan mereka sendiri.
"Kami enggak mau nama SMK akhirnya jadi jelek karena pelajarnya terprovokasi ikut demo," katanya. (Baca juga: Siang Hujan Ringan-Sore Hujan Sedang Guyur Kota Bandung )
Sementara itu Koordinator Lapangan (Korlap) aksi, Sudarto, secara tegas menolak aksi anarki dan provokasi terhadap siswa atau pelajar. Sudarto sebagai anggota Komite Sekolah sekaligus wali murid menyesalkan aksi demo yang ternyata melibatkan banyak siswa .
"Tolong jangan provokasi anak-anak kami, anak kami ingin berprestasi, jangan bunuh anak-anak kami," tegas Sudarto dalam orasinya.
(Baca juga: Pelajar di Gowa Bunuh Diri Diduga Stres PJJ, Ini Kata Psikolog )
Para siswa SMK yang terdiri dari SMK 4 dan 10 Semarang, memulai aksi dengan longmarch dari Taman Indonesia Kaya. Mereka kemudian menyusur Jalan Pahlawan dan berhenti di depan Kantor Gubernur Jateng.
Di depan Kantor Gubernur Jateng, para siswa bergantian melakukan aksi. Mulai dari Drum Coprs SMK 10, tari gerakan cuci tangan dan rebana dari SMK 4 Semarang.
Siswa SMK 10, Delisya, menegaskan dirinya sama sekali tak setuju dengan aksi anarki dalam demo yang melibatkan pelajar. Delisya menyayangkan, pihak-pihak yang telah memprovokasi.
"Saya prihatin dengan para siswa yang diprovokasi ikut demo. Seharusnya pelajar bisa menggunakan cara yang lebih cerdas lagi seperti ini," ucap Delisya. (Baca juga: Cerita Treni Ketemu Kembarannya Trena Lewat TikTok setelah Terpisah 20 Tahun )
Senada dengan Delisya, siswa kelas XII SMK 10 Semarang, Irvan Rizki juga menolak keras provokasi terhadap pelajar untuk ikut serta dalam aksi rusuh. Sebab, tak hanya merusak fasilitas umum tetapi juga merugikan mereka sendiri.
"Kami enggak mau nama SMK akhirnya jadi jelek karena pelajarnya terprovokasi ikut demo," katanya. (Baca juga: Siang Hujan Ringan-Sore Hujan Sedang Guyur Kota Bandung )
Sementara itu Koordinator Lapangan (Korlap) aksi, Sudarto, secara tegas menolak aksi anarki dan provokasi terhadap siswa atau pelajar. Sudarto sebagai anggota Komite Sekolah sekaligus wali murid menyesalkan aksi demo yang ternyata melibatkan banyak siswa .
"Tolong jangan provokasi anak-anak kami, anak kami ingin berprestasi, jangan bunuh anak-anak kami," tegas Sudarto dalam orasinya.
(eyt)
tulis komentar anda