Hadapi Bencana Akibat La Nina, Jabar Pastikan Stok Beras Aman
Minggu, 18 Oktober 2020 - 21:08 WIB
Sementara itu, PLT Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan DKPP Jabar, Endang Ahmad meyakinkan bahwa tidak ada kendala terkait cadangan pangan, khususnya beras di Jabar.
"Apalagi, dalam kondisi pandemi COVID-19 saat ini, banyak bantuan pangan yang masuk, termasuk bantuan pangan dari pemerintah pusat," ujarnya.
Kondisi cadangan beras yang relatif aman terkendali itu menurutnya berimplikasi juga terhadap harga beras di pasaran. Menurutnya, hingga saat ini, harga beras di Jabar tidak mengalami kenaikan signifikan.
Lebih lanjut Ahmad mengatakan, secara umum, kebutuhan beras masyarakat Jabar mulai September-Desember 2020 mencapai 1,3 juta ton. Adapun produksi beras di periode tersebut masih di atas kebutuhan masyarakat Jabar.
"Belum lagi stok sebelumnya. Saya juga sudah koordinasi dengan beberapa stakeholder, termasuk asosiasi penggilingan dan petani bahwa stok berada kita masih aman," katanya.
Ahmad menambahkan, saat ini, sejumlah daerah di Jabar juga sudah masuk masa panen, seperti Kabupaten Karawang. Berdasarkan hasil rekapitulasi, produksi beras di Jabar antara September hingga November 2020 di atas 1,7 juta ton.
"Jadi, stok beras di Jabar aman terkendali, tidak perlu khawatir," tandasnya.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Dani Ramdan menjelaskan, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), fenomena La Nina bakal terjadi antara akhir 2020 hingga awal 2021 mendatang.
"Dengan adanya La Nina, intensitas hujan bakal lebih lebat dibandingkan tahun lalu. Daerah-daerah yang memiliki kerawanan pergerakan tanah maupun banjir mendapat atensi berlebih, mulai dari mitigasi maupun kesiapan logistiknya," ujar Dani di Bandung, Selasa (13/10/2020).
Menurut Dani, BMKG memprakirakan bahwa Indonesia pada umumnya bakal terkena dampak fenomena La Nina. Adapun musim hujan diprediksi mulai masuk di sebagian wilayah Indonesia pada Oktober-November ini dan puncaknya Januari-Februari kemudian mulai turun di Maret-April 2021.
"Apalagi, dalam kondisi pandemi COVID-19 saat ini, banyak bantuan pangan yang masuk, termasuk bantuan pangan dari pemerintah pusat," ujarnya.
Kondisi cadangan beras yang relatif aman terkendali itu menurutnya berimplikasi juga terhadap harga beras di pasaran. Menurutnya, hingga saat ini, harga beras di Jabar tidak mengalami kenaikan signifikan.
Lebih lanjut Ahmad mengatakan, secara umum, kebutuhan beras masyarakat Jabar mulai September-Desember 2020 mencapai 1,3 juta ton. Adapun produksi beras di periode tersebut masih di atas kebutuhan masyarakat Jabar.
"Belum lagi stok sebelumnya. Saya juga sudah koordinasi dengan beberapa stakeholder, termasuk asosiasi penggilingan dan petani bahwa stok berada kita masih aman," katanya.
Ahmad menambahkan, saat ini, sejumlah daerah di Jabar juga sudah masuk masa panen, seperti Kabupaten Karawang. Berdasarkan hasil rekapitulasi, produksi beras di Jabar antara September hingga November 2020 di atas 1,7 juta ton.
"Jadi, stok beras di Jabar aman terkendali, tidak perlu khawatir," tandasnya.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Dani Ramdan menjelaskan, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), fenomena La Nina bakal terjadi antara akhir 2020 hingga awal 2021 mendatang.
"Dengan adanya La Nina, intensitas hujan bakal lebih lebat dibandingkan tahun lalu. Daerah-daerah yang memiliki kerawanan pergerakan tanah maupun banjir mendapat atensi berlebih, mulai dari mitigasi maupun kesiapan logistiknya," ujar Dani di Bandung, Selasa (13/10/2020).
Menurut Dani, BMKG memprakirakan bahwa Indonesia pada umumnya bakal terkena dampak fenomena La Nina. Adapun musim hujan diprediksi mulai masuk di sebagian wilayah Indonesia pada Oktober-November ini dan puncaknya Januari-Februari kemudian mulai turun di Maret-April 2021.
tulis komentar anda