8 Warga Blitar Tewas, Miras Oplosan Serbuk Energi Merusak Hati dan Ginjal
Rabu, 06 Mei 2020 - 19:59 WIB
SURABAYA - Korban sudah sering berjatuhan, namun penikmat miras oplosan seolah tak ada rasa takutnya. Seperti kasus pesta minuman keras (miras) oplosan dicampur serbuk energi di Kabupaten Blitar , Jatim yang menyebabkan 8 nyawa melayang jadi keprihatinan tersendiri.
Miras jenis cukrik yang diracik dengan serbuk minuman berenergi ini membuat organ tubuh rusak dan pengelihatan berkurang. Minuman oplosan ini berbahaya karena dibuat dengan mencampur berbagai macam zat yang dianggap bisa bikin mabuk tapi berbahaya bagi kesehatan. “Terutama metanolnya. Sering kali para pemabuk mencampurkan zat lain untuk sensasinya, seperti obat nyamuk maupun campuran lainnya,” ujar Koordinator IGD RSUD dr Soetomo Surabaya, dr Bramantono SpPD KPTI, Rabu (6/5/2020). (Baca juga: Korban Tewas Akibat Miras Oplosan Serbuk Energi Bertambah Jadi 8)
Metanol yang dipakai memang murah. Ditambah lagi jenisnya tidak berwarna, mudah menguap, bau yang mirip dengan alkohol, serta rasa terbakar. Biasanya jenis ini dipakai untuk penghilang cat, pelarut, pernis, maupun cairan pencuci kaca depan. (Baca juga: 5 Warga Blitar Tewas Usai Pesta Miras Oplosan Dicampur Serbuk Energi)
Pihaknya sering bertanya kepada korban yang memilih untuk mencampur berbagai zat di miras oplosan. Jawaban dari para pemabuk paling banyak adalah mencari efek mabuk yang lebih hebat. “Padahal risiko yang mengintai cukup besar, bisa menyebabkan kematian,” jelas dr Bram, panggilan akrabnya.
Miras oplosan rata-rata dijual dengan mencampurkan berbagai macam bahan, mulai dari spiritus hingga obat nyamuk. Kandungan alkohol yang ada di miras oplosan biasanya lebih tinggi daripada minuman-minuman keras lainnya yang dijual secara legal.
“Efeknya ketika diminum bisa menyerang ginjal serta organ dalam lainnya. Makanya organ seperti hati dan ginjal yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari racun akan rusak dengan segera. Tanda-tanda yang bisa dilihat mulai mual sampai pengelihatan yang memang berkurang,” ucapnya.
Ketika kondisinya terlambat di bawa ke rumah sakit, kata dr Bram, ancaman kematian memang cukup tinggi. Namun, bila penanganannya cepat, mereka bisa diselamatkan nyawanya. “Namun dengan risiko pengelihatan tetap hilang,” jelasnya.
Miras jenis cukrik yang diracik dengan serbuk minuman berenergi ini membuat organ tubuh rusak dan pengelihatan berkurang. Minuman oplosan ini berbahaya karena dibuat dengan mencampur berbagai macam zat yang dianggap bisa bikin mabuk tapi berbahaya bagi kesehatan. “Terutama metanolnya. Sering kali para pemabuk mencampurkan zat lain untuk sensasinya, seperti obat nyamuk maupun campuran lainnya,” ujar Koordinator IGD RSUD dr Soetomo Surabaya, dr Bramantono SpPD KPTI, Rabu (6/5/2020). (Baca juga: Korban Tewas Akibat Miras Oplosan Serbuk Energi Bertambah Jadi 8)
Metanol yang dipakai memang murah. Ditambah lagi jenisnya tidak berwarna, mudah menguap, bau yang mirip dengan alkohol, serta rasa terbakar. Biasanya jenis ini dipakai untuk penghilang cat, pelarut, pernis, maupun cairan pencuci kaca depan. (Baca juga: 5 Warga Blitar Tewas Usai Pesta Miras Oplosan Dicampur Serbuk Energi)
Pihaknya sering bertanya kepada korban yang memilih untuk mencampur berbagai zat di miras oplosan. Jawaban dari para pemabuk paling banyak adalah mencari efek mabuk yang lebih hebat. “Padahal risiko yang mengintai cukup besar, bisa menyebabkan kematian,” jelas dr Bram, panggilan akrabnya.
Miras oplosan rata-rata dijual dengan mencampurkan berbagai macam bahan, mulai dari spiritus hingga obat nyamuk. Kandungan alkohol yang ada di miras oplosan biasanya lebih tinggi daripada minuman-minuman keras lainnya yang dijual secara legal.
“Efeknya ketika diminum bisa menyerang ginjal serta organ dalam lainnya. Makanya organ seperti hati dan ginjal yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari racun akan rusak dengan segera. Tanda-tanda yang bisa dilihat mulai mual sampai pengelihatan yang memang berkurang,” ucapnya.
Ketika kondisinya terlambat di bawa ke rumah sakit, kata dr Bram, ancaman kematian memang cukup tinggi. Namun, bila penanganannya cepat, mereka bisa diselamatkan nyawanya. “Namun dengan risiko pengelihatan tetap hilang,” jelasnya.
(shf)
tulis komentar anda