Jaga Tradisi di Bulan Safar, Warga Gelar Festival Apem

Senin, 12 Oktober 2020 - 12:10 WIB
“Untuk gulanya, kami menggunakan tiga jenis. Ada Gula Merah, Gula Batu, dan Gula Pasir. Jadi rasa manisnya itu berasa banget, kalau kata orang sini mah istilahnya teleb. Sebab, manisnya Gula Merah sama Gula Batu itu beda. Adapun Kelapanya, kami haluskan dengan cara digiling, jadi benar-benar lembut,” papar Yayah, yang mengaku belajar membuat Apem dari ibunya itu.

Sementara, Festival Apem hari ke dua di Desa Bantarwaru diisi dengan ‘ritual’ penyerahan Apem dari orang tua kepada remaja. Tahapan tersebut sebagai simbol mewariskan tradisi yang bagus dari orang tua kepada generasi penerus. Acara penyerahan Apem dari orang tua kepada remaja sendiri, diiringi dengan lantunan Salawat dari grup Musik Hadroh Ikatan Remaja Masjid (Irmas) Nurul Huda, Desa Bantarwaru.

“Ritual pewarisan budaya, kearifan lokal. Pada diri Apem, kesatuan rasa di masyarakat menjadi satu kesatuan. Festival Apem ini mengembalikan permintaan maaf. Rakyat meminta maaf kepada pemerintah, pejabat, dan sebaliknya, pejabat meminta maaf kepada rakyat. Kalau ini diwariskan kepada generasi muda berikutnya, saya fikir kekecewaan-kekecewaan terhadap sistem bisa teratasi. Ketika makan Apem bersama itu lah, kita menikmati kebersamaan dalam bermasyarakat,” kata Budayawan Majalengka, Kijoen.

Kabid Pemasaran Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Majalengka, Adi Setya Putra mengatakan, Festival Apem ini bisa menjadi pengingat terhadap salah satu jenis kuliner yang sudah dikenal hampir di semua kalangan.

“Ini yang dinamakan festival sesungguhnya sebetulnya, sebuah kebiasaan masyarakat yang menjadi budaya. Apem salah satu kuliner yang familiar dari kalangan bawah sampai atas, karena penganan Apem juga ada di hotel bintang,” kata dia.( )

Ke depan, jelas dia, tradisi tersbeut bisa diangkat lewat kreasi yang kreatif olahannya, juga kreatifitas lainnya yang memang sudah ada di desa tersebut. Kerajinan menyulam Keset dari limbah kain, adalah salah satu kreatifitas yang menurutnya bisa terus digali. “Kedepan kami akan buatkan peningkata kapasitas terkait acara ini, dari kreasi kuliner Apemnya dan juga kriya kerajinannya,” papar dia.

Sementara, dalam festival Apem 1 itu juga diisi dengan penampilan seni, baik tradisional maupun modern. Untuk seni tradisional di antaranya Tari Topeng Lovie, Tari Jaipong Mayang Cinde, Seni Beladiri, Seni Debus, Seni musik religi Hadroh. Selain itu, ada juga seni musik dari Sanggar Hujan Keruh dan pembacaan puisi dari komunitas Daun Aksara. Sebagai bentuk penerapan protokol kesehatan pencegahan COVID-19, di pintu masuk disediakan juga air dan sabun untuk cuci tangan.
(nun)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content