Sepotong Cerita Gerabah Leluhur Sentani yang Harus Tetap Lestari

Minggu, 11 Oktober 2020 - 15:25 WIB
(Baca juga: Pemuda Ponorogo Cabuli Gadis SMP di Kebun Jagung Hingga Hamil )

Gerabah di wilayah Danau Sentani , kebanyakan ditemukan bermotif garis-garis, namun pernah ditemukan gerabah bermotif buaya di wilayah Yope Danau Sentani bagian barat. Buaya memang binatang endemik Danau Sentani dimasa lalu. Dan inipun diabadikan dalam sebuah dari tradisional warga setempat, yang dikenal dengan tradisi pemanggilan buaya.

Selain di wilayah Yomokho dan Yope, gerabah peninggalan prasejarah juga ditemukan di wilayah situs Pulau Mantai, Pulau Kwadeware, Situs Megalitik Tutari, Situs Warakho, situs Ayauge, dan di situs Yomokho Dondai. (Baca juga: Cemburu Istrinya Disetubuhi, Pria Kebumen Aniaya Tetangganya )

Hari Suroto mengaku jika motif-motif gerabah masa lalu itu kini dicoba untuk dilestarikan. Mulai dari motif ikan ciri khas situs Tutari, dan motif-motif lainnya. Dikatakan, hal ini dilakukan atas tanggungjawab melestarikan budaya leluhur dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.

"Penerapan motif-motif megalitik Tutari pada gerabah abar merupakan bagian dari kontribusi hasil penelitian arkeologi pada Sustainable Development Goals atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Motif megalitik Tutari harus dilestarikan sekaligus harus mensejahterakan masyarakat sekitar Danau Sentani , yaitu sebagai sumber inspirasi dalam produk seni Sentani kekinian terutama produk ekonomi kreatif," kata Hari.



Merujuk penggunaannya sebagai wadah memasak atau tempat makanan. Gerabah yang kini dilestarikan seperti Gerabah Pulau Abar, dikerjakan secara tradisional oleh kaum perempuan Abar. Gerabah dibuat menggunakan tanah liat dan dibentuk sederhana menyerupai mangkuk atau disebut Sampe dalam bahasa setempat. Sampe kemudian diberi motif ikan atau motif lainnya dibagian luar gerabah lalu dibakar secara sederhana.

(Baca juga: Asyik Mesum, Seorang ASN dan Puluhan Pasangan Terjaring Razia )

"Saat ini di kampung Abar merupakan satu-satunya kampung di Papua yang masyarakatnya masih eksis membuat gerabah. Ini patut kita syukuri dan ini merupakan upaya pelestarian budaya Sentani. Hampir semua nama-nama Abar bisa membuat Gerabah. Dan mereka sangat terampil," kata Hari.

Atas ketrampilan mama-mama Abar dalam membuat dan konsistensi melestarikan gerabah. Pihak Balai Arkeologi Papua berkolaborasi bersama guru-guru jenjang SMP di kota dan kabupaten bersama para pengrajin berhasil membuat buku Muatan Lokal (Mulok). Buku ini kemudian telah diajarkan di tiga sekolah pilot project yaitu SMP Negeri 1 Sentani , SMP Negeri 2 Sentani , dan SMP Negeri 6 Kota Jayapura.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content