Gara-gara Komentar di Medsos, Ibu Ini Ditahan dan Berpisah dengan 3 Anaknya
Kamis, 08 Oktober 2020 - 21:08 WIB
"Sebenarnya ini kasus keluarga, antara istri dan mantan istri dari pihak Agung Dewi sejak pemeriksaan di Polda Jabar sampai di tingkat Kejaksaan selalu meminta untuk dikonfrontir dan dimediasi dengan saudari Tina. Namun tidak terlaksana. Kami juga menyayangkan ini harus sampai ke pengadilan. Padahal ini bisa selesai secara musyawarah mufakat," ujar Rini.
Hukum pidana di Indonesia punya asas ultimum remedium. Bahwa penerapan pidana merupakan cara terakhir untuk mencari keadilan. "Karena ini berasal dar kasus keluarga, kami harap majelis hakim bisa membebaskan terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan," tutur dia.
Sidang selanjutnya digelar pekan depan dengan agenda pemeriksaan Tina Wiryawati sebagai saksi pelapor. "Selama ini tersangka hanya ibu rumah tangga biasa yang menghidupi tiga anaknya dengan mandiri menerima catering makan siang di sekolah anaknya yang masih duduk di kelas IV SD. Bisa dibayangkan anak-anak itu yang biasanya hidup bersama ibu mereka harus terenggut, dipisahkan dengan masalah yang seharusnya tidak sampai menyeret ibu mereka ke tahanan," tandas Rini.
Sekadar untuk diketahui, terdakwa Agung Dewi Wulansari didakwa melanggar Pasal 45 ayat 2 juncto Pasal 28 ayat 3 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Lalu Pasal 45 ayat 3 juncto Pasal 27 ayat ?3 UU ITE.
Berdasarkan dakwaan jaksa penuntut umum, surat dakwaan nomor PDM-763/BDUNG/08/2020 dengan jaksa M Arif Perwiratama, kasus ini terjadi Desember 2018 dan Maret 2019 di Kabupaten Ciamis dan Kota Bandung.
Terdakwa Agung Dewi Wulansari diduga dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan suku, agama, ras, dan antargolongan.
Pada 20 Desember 2018, saksi Tina Wiryawati dan timsuksesnya berkampanye legislatif DPRD Jabar kemudian diunggah di Facebook. Pada 23 Desember 2018, ada komentar dikirim oleh username terdakwa di postingan Facebook. Isinya: 'save GA agar bisa bertemu ayah kandungnya, yaitu suami dr Tina Wiryawati. Tina adalah istri ke-5 dari kapten pilot senior GI'.
Kemudian terdakwa kembali berkomentar; 'yakin anda akan mendukung wanita seperti ini yang sudah zalim dengan seorang anak yang ingin ketemu bapaknya. Baca dulu dengan bijak jangan tertipu hanya dengan kerudung. Ibu tiri kejam tidak pantas jadi wakil rakyat yntuk partai besar yang terhormat'.
Lalu pada Maret 2019, saksi Tina Wiryawati sedang kampanye di Kabupaten Ciamis, diberitahukan oleh tim suksesnya bahwa ada pesan komentar Facebook atas nama akun terdakwa Agung Dewi Wulansari.
Isinya: 'Suaminya seorang kapten pilot senior tapi dua anak kandungnya tidak pernah dianggap dan diabaikan. Pantaskah kalian dengan spirit The emak-emak punya caleg yang tidak peduli dengan anak kandung dari suaminya. Dia adalah istri kelima pak pilot. Baca dulu dengan bijak jangan tertipu hanya dengan kerudung ibu tiri kejam tidak pantas jadi wkail rakuat untuk partai besar dan terhormat'.
Hukum pidana di Indonesia punya asas ultimum remedium. Bahwa penerapan pidana merupakan cara terakhir untuk mencari keadilan. "Karena ini berasal dar kasus keluarga, kami harap majelis hakim bisa membebaskan terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan," tutur dia.
Sidang selanjutnya digelar pekan depan dengan agenda pemeriksaan Tina Wiryawati sebagai saksi pelapor. "Selama ini tersangka hanya ibu rumah tangga biasa yang menghidupi tiga anaknya dengan mandiri menerima catering makan siang di sekolah anaknya yang masih duduk di kelas IV SD. Bisa dibayangkan anak-anak itu yang biasanya hidup bersama ibu mereka harus terenggut, dipisahkan dengan masalah yang seharusnya tidak sampai menyeret ibu mereka ke tahanan," tandas Rini.
Sekadar untuk diketahui, terdakwa Agung Dewi Wulansari didakwa melanggar Pasal 45 ayat 2 juncto Pasal 28 ayat 3 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Lalu Pasal 45 ayat 3 juncto Pasal 27 ayat ?3 UU ITE.
Berdasarkan dakwaan jaksa penuntut umum, surat dakwaan nomor PDM-763/BDUNG/08/2020 dengan jaksa M Arif Perwiratama, kasus ini terjadi Desember 2018 dan Maret 2019 di Kabupaten Ciamis dan Kota Bandung.
Terdakwa Agung Dewi Wulansari diduga dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan suku, agama, ras, dan antargolongan.
Pada 20 Desember 2018, saksi Tina Wiryawati dan timsuksesnya berkampanye legislatif DPRD Jabar kemudian diunggah di Facebook. Pada 23 Desember 2018, ada komentar dikirim oleh username terdakwa di postingan Facebook. Isinya: 'save GA agar bisa bertemu ayah kandungnya, yaitu suami dr Tina Wiryawati. Tina adalah istri ke-5 dari kapten pilot senior GI'.
Kemudian terdakwa kembali berkomentar; 'yakin anda akan mendukung wanita seperti ini yang sudah zalim dengan seorang anak yang ingin ketemu bapaknya. Baca dulu dengan bijak jangan tertipu hanya dengan kerudung. Ibu tiri kejam tidak pantas jadi wakil rakyat yntuk partai besar yang terhormat'.
Lalu pada Maret 2019, saksi Tina Wiryawati sedang kampanye di Kabupaten Ciamis, diberitahukan oleh tim suksesnya bahwa ada pesan komentar Facebook atas nama akun terdakwa Agung Dewi Wulansari.
Isinya: 'Suaminya seorang kapten pilot senior tapi dua anak kandungnya tidak pernah dianggap dan diabaikan. Pantaskah kalian dengan spirit The emak-emak punya caleg yang tidak peduli dengan anak kandung dari suaminya. Dia adalah istri kelima pak pilot. Baca dulu dengan bijak jangan tertipu hanya dengan kerudung ibu tiri kejam tidak pantas jadi wkail rakuat untuk partai besar dan terhormat'.
tulis komentar anda