Petani Tanaman Hias Antusias Ikuti Pelatihan Diversifikasi Produk Tanaman Anti Polutan
Jum'at, 02 Oktober 2020 - 20:14 WIB
SURABAYA - Kelompok petani tanaman hias di Desa Maesan, Kecamatan Mojo, Kediri, antusias mengikuti pelatihan diversifikasi produk tanaman anti polutan yang dihelat oleh tim Pengabdian Masyarakat (Pegmas) Departemen Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.
Tim ini terdiri dari Dr. Sri Herianingrum dan Sylva Alif Rusmita, dan Lina Nugraha Rani. Ketua tim Pegmas, Dr. Sri Herianingrum, mengatakan pelatihan tersebut untuk memberikan wawasan mengenai manfaat tanaman hias hingga bisa meningkatkan nilai ekonomi bagi petani.
Terlebih, potensi desa dan semangat kelompok tani didarah Desa Maesan cukup menjanjikan."Selama ini mereka hanya menjual tanaman hias tanpa tahu manfaat kegunaannya. Padahal tanaman tersebut memiliki potensi menjadi produk yang bisa dikonsumsi untuk meningkatkan kesehatan," katanya.
Menurutnya, tanaman hias anti polutan yang tumbuh subur di desa Maesan memiliki potensi pasar yang cukup besar. Terutama untuk memenuhi permintaan pasar masyarakat kota seperti Surabaya.
Disamping itu, tanaman hias tidak hanya bermanfaat untuk mempercantik ruangan, namun juga untuk kesehatan paru, pencernaan dan lainnya.
Dalam pelatihan ini, tim Pegmas menggandeng Dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Neny Purwitasari, dan Sylva Alif Rusmita yang juga pencinta tanaman hias. Keduanya menjelaskan jenis tanaman hias yang laku dipasaran.
"Kami juga menyampaikan tanaman hias yang bisa dikonsumsi dan diolah menjadi handsanitaiser. Adapun tanaman hias anti polutan yang bisa dikonsumi adalah lidah buaya, sekaligus bisa mengurangi berat badan," kata Sri Herianingrum.
Lidah buaya tersebut di olah menjadi jelly dan bisa ditambah teh hijau untuk anti-oxidant. Sementara untuk handsanitiser diolah dari lidah buaya atau sari tanaman lainnya seperti peace lili, spider plant, lidah mertua kemudian dicampur dengan alkohol 90%.
Selain mengolah tanaman menjadi produk bernilai, para petani juga diajarkan strategi berjualan di era COVID-19 dengan cara E-Marketing.
Tim ini terdiri dari Dr. Sri Herianingrum dan Sylva Alif Rusmita, dan Lina Nugraha Rani. Ketua tim Pegmas, Dr. Sri Herianingrum, mengatakan pelatihan tersebut untuk memberikan wawasan mengenai manfaat tanaman hias hingga bisa meningkatkan nilai ekonomi bagi petani.
Terlebih, potensi desa dan semangat kelompok tani didarah Desa Maesan cukup menjanjikan."Selama ini mereka hanya menjual tanaman hias tanpa tahu manfaat kegunaannya. Padahal tanaman tersebut memiliki potensi menjadi produk yang bisa dikonsumsi untuk meningkatkan kesehatan," katanya.
Menurutnya, tanaman hias anti polutan yang tumbuh subur di desa Maesan memiliki potensi pasar yang cukup besar. Terutama untuk memenuhi permintaan pasar masyarakat kota seperti Surabaya.
Disamping itu, tanaman hias tidak hanya bermanfaat untuk mempercantik ruangan, namun juga untuk kesehatan paru, pencernaan dan lainnya.
Dalam pelatihan ini, tim Pegmas menggandeng Dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Neny Purwitasari, dan Sylva Alif Rusmita yang juga pencinta tanaman hias. Keduanya menjelaskan jenis tanaman hias yang laku dipasaran.
"Kami juga menyampaikan tanaman hias yang bisa dikonsumsi dan diolah menjadi handsanitaiser. Adapun tanaman hias anti polutan yang bisa dikonsumi adalah lidah buaya, sekaligus bisa mengurangi berat badan," kata Sri Herianingrum.
Lidah buaya tersebut di olah menjadi jelly dan bisa ditambah teh hijau untuk anti-oxidant. Sementara untuk handsanitiser diolah dari lidah buaya atau sari tanaman lainnya seperti peace lili, spider plant, lidah mertua kemudian dicampur dengan alkohol 90%.
Selain mengolah tanaman menjadi produk bernilai, para petani juga diajarkan strategi berjualan di era COVID-19 dengan cara E-Marketing.
tulis komentar anda