Tanpa Lockdown Total, Yuk! Intip Cara Taiwan Taklukkan COVID-19
Selasa, 05 Mei 2020 - 13:33 WIB
Mengantisipasi tingginya permintaan akan masker pada akhir Januari, pemerintah Taiwan mulai menjatah pasokan masker yang ada. Warga Taiwan sekarang dapat pergi ke toko obat yang ditunjuk di seluruh pulau itu untuk berbaris dan membeli masker dalam jumlah tertentu setiap minggu. Chi menunjukkan bahwa kebijakan ini juga telah digandakan di negara-negara lain seperti Korea Selatan dan Prancis.
"Taiwan meningkatkan kekuatan sektor manufakturnya dan menginvestasikan sekitar USD6,8 juta untuk menciptakan 60 lini produksi masker baru," kata Chi, seperti dikutip DW.com.
"Ini meningkatkan kapasitas produksi harian Taiwan dari 1,8 juta masker menjadi 8 juta masker. Ini disebut 'Masker Keajaiban Taiwan'."
Teknologi untuk Deteksi Dini
Pemerintah Taiwan juga telah menggunakan teknologi data untuk membantu petugas medis mengidentifikasi dan melacak pasien suspect COVID-19 dan individu yang berisiko tinggi.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association, Dr Jason Wang, seorang ahli kebijakan kesehatan masyarakat di Universitas Stanford di AS, menyoroti penggunaan teknologi Taiwan untuk melacak keberadaan mereka yang berada di bawah karantina.
"Pemerintah akan memanggil Anda dan mencoba mencari tahu di mana Anda berada," kata Wang. "Mereka dapat melacak orang-orang dengan telepon mereka, yang memungkinkan mereka memastikan semua orang yang seharusnya menjalani wajib karantina 14 hari dan tidak melanggar peraturan dengan menyelinap keluar dari lokasi karantina mereka."
Pemerintah Taiwan juga memberikan dukungan bagi mereka yang dikarantina. Para pemimpin desa setempat membawa satu tas perlengkapan kebutuhan pokok seperti makanan atau pun buku kepada individu yang dikarantina. Karena sebagian besar karantina diberlakukan, pemerintah Taiwan juga meluncurkan program kesejahteraan yang memberikan tunjangan harian USD30 bagi mereka yang terkena karantina selama periode dua minggu.
"Ini memberi orang Taiwan lebih banyak insentif untuk melaporkan gejala mereka dengan jujur," kata Wang.
"Itulah cara demokrasi menangani karantina selama wabah coronavirus, dan itu sangat berbeda dari pemerintah otoriter. Saya pikir ini adalah kasus di mana demokrasi harus memanfaatkan data dan teknologi mereka dengan tepat, sehingga mereka dapat membuat orang tertarik ke tempat yang tepat dan menindaklanjuti dengan perawatan yang tepat."
"Taiwan meningkatkan kekuatan sektor manufakturnya dan menginvestasikan sekitar USD6,8 juta untuk menciptakan 60 lini produksi masker baru," kata Chi, seperti dikutip DW.com.
"Ini meningkatkan kapasitas produksi harian Taiwan dari 1,8 juta masker menjadi 8 juta masker. Ini disebut 'Masker Keajaiban Taiwan'."
Teknologi untuk Deteksi Dini
Pemerintah Taiwan juga telah menggunakan teknologi data untuk membantu petugas medis mengidentifikasi dan melacak pasien suspect COVID-19 dan individu yang berisiko tinggi.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association, Dr Jason Wang, seorang ahli kebijakan kesehatan masyarakat di Universitas Stanford di AS, menyoroti penggunaan teknologi Taiwan untuk melacak keberadaan mereka yang berada di bawah karantina.
"Pemerintah akan memanggil Anda dan mencoba mencari tahu di mana Anda berada," kata Wang. "Mereka dapat melacak orang-orang dengan telepon mereka, yang memungkinkan mereka memastikan semua orang yang seharusnya menjalani wajib karantina 14 hari dan tidak melanggar peraturan dengan menyelinap keluar dari lokasi karantina mereka."
Pemerintah Taiwan juga memberikan dukungan bagi mereka yang dikarantina. Para pemimpin desa setempat membawa satu tas perlengkapan kebutuhan pokok seperti makanan atau pun buku kepada individu yang dikarantina. Karena sebagian besar karantina diberlakukan, pemerintah Taiwan juga meluncurkan program kesejahteraan yang memberikan tunjangan harian USD30 bagi mereka yang terkena karantina selama periode dua minggu.
"Ini memberi orang Taiwan lebih banyak insentif untuk melaporkan gejala mereka dengan jujur," kata Wang.
"Itulah cara demokrasi menangani karantina selama wabah coronavirus, dan itu sangat berbeda dari pemerintah otoriter. Saya pikir ini adalah kasus di mana demokrasi harus memanfaatkan data dan teknologi mereka dengan tepat, sehingga mereka dapat membuat orang tertarik ke tempat yang tepat dan menindaklanjuti dengan perawatan yang tepat."
tulis komentar anda