Pekon Masuk Desa Tertinggal di Lampung Barat, Dua Balita Dinyatakan Gagal Pertumbuhan
Selasa, 22 September 2020 - 14:20 WIB
LAMPUNG BARAT - Dua balita di Desa Pekon Pancur Mas, Lampung Barat, Lampung, dinyatakan terindikasi kondisi gagal pertumbuhan pada anak atau stunting saat di data melalui aplikasi Pencatatan Dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e- PPGBM).
(Baca juga: Nyambi Jadi Bandar Judi Online, Petani Wajo Dibekuk Polisi)
Pekon Pancur Mas merupakan satu-satunya desa berstatus tertinggal yang ada di Lampung Barat. Lokasi desa yang berada di pegunungan, membuat masyarakat kesulitan mendapatkan layanan kesehatan.
(Baca juga: Sabu 2 Ons dalam Anus Kurir asal Medan Seharga Rp400 Juta)
Tak hanya itu, sanitasi yang buruk serta sulitnya mendapatkan air bersih di duga menjadi penyebab balita di pekon tersebut terindikasi stunting.
Salah satu dari dua balita yang di nyatakan suspek stunting adalah Aliansyah Saputra (3), anak dari pasangan bapak Ahmadi (52) dan ibu Muslina (19).
Di usianya yang ke 3 tahun, balita tersebut hanya memiliki tinggi badan tak lebih dari 85 centimeter serta berat badan tak kurang dari 12 kilogram.
Orangtuanya mengaku tak banyak tahu soal anaknya yang terindikasi stunting. Setelah dinyatakan suspek oleh bidan desa, ia hanya merasa kaget namun tak tau harus berbuat apa.
"Saya itu tidak tahu apa itu stunting, tahu juga karna di kasih tahu sama bu bidan. Saya kaget banget mendengar anak saya terindikasi stunting. Kalau makan dia engga ada masalah, cuma setiap bulan pasti dia batuk pilek, itu udah terjadi dari dia umur 3 bulan," jelas Muslina, ibunda Aliansyah.
Kader Posyandu setempat mengatakan, sudah 2 bulan terakhir Aliansyah dinyatakan terindikasi stunting, itu pun setelah dilakukan input data melalui E-PPGBM.
"Ya, kami ini kan orang awam pak, sebelum ada pelatihan tentang stunting kami tidak tau apa itu stunting. Baru 2 bulan terakhir kami tahu kalau anak ibu Muslina terindikasi stunting, itu juga ketahuan setelah bu bidan desa meng-input data Pertumbuhan ke Aplikasi itu. Berat badannya sama tinggi badannya itu pak yang mengindikasikan, soalnya umur dia 3 tahun sama dengan berat dan tinggi badan kawannya yang usianya masih 2 tahun," ujarnya.
(Baca juga: Nyambi Jadi Bandar Judi Online, Petani Wajo Dibekuk Polisi)
Pekon Pancur Mas merupakan satu-satunya desa berstatus tertinggal yang ada di Lampung Barat. Lokasi desa yang berada di pegunungan, membuat masyarakat kesulitan mendapatkan layanan kesehatan.
(Baca juga: Sabu 2 Ons dalam Anus Kurir asal Medan Seharga Rp400 Juta)
Tak hanya itu, sanitasi yang buruk serta sulitnya mendapatkan air bersih di duga menjadi penyebab balita di pekon tersebut terindikasi stunting.
Salah satu dari dua balita yang di nyatakan suspek stunting adalah Aliansyah Saputra (3), anak dari pasangan bapak Ahmadi (52) dan ibu Muslina (19).
Di usianya yang ke 3 tahun, balita tersebut hanya memiliki tinggi badan tak lebih dari 85 centimeter serta berat badan tak kurang dari 12 kilogram.
Orangtuanya mengaku tak banyak tahu soal anaknya yang terindikasi stunting. Setelah dinyatakan suspek oleh bidan desa, ia hanya merasa kaget namun tak tau harus berbuat apa.
"Saya itu tidak tahu apa itu stunting, tahu juga karna di kasih tahu sama bu bidan. Saya kaget banget mendengar anak saya terindikasi stunting. Kalau makan dia engga ada masalah, cuma setiap bulan pasti dia batuk pilek, itu udah terjadi dari dia umur 3 bulan," jelas Muslina, ibunda Aliansyah.
Kader Posyandu setempat mengatakan, sudah 2 bulan terakhir Aliansyah dinyatakan terindikasi stunting, itu pun setelah dilakukan input data melalui E-PPGBM.
"Ya, kami ini kan orang awam pak, sebelum ada pelatihan tentang stunting kami tidak tau apa itu stunting. Baru 2 bulan terakhir kami tahu kalau anak ibu Muslina terindikasi stunting, itu juga ketahuan setelah bu bidan desa meng-input data Pertumbuhan ke Aplikasi itu. Berat badannya sama tinggi badannya itu pak yang mengindikasikan, soalnya umur dia 3 tahun sama dengan berat dan tinggi badan kawannya yang usianya masih 2 tahun," ujarnya.
(zil)
tulis komentar anda