Legenda Cerita Rakyat Sumsel, Antu Banyu di Negeri Sembilan Sungai
Senin, 21 September 2020 - 05:00 WIB
Sejak dulu sampai sekarang, jika seorang anak kecil sering bermain atau berenang terlalu lama di sungai, biasanya akan ditegur oleh orangnya dengan mengatakan “Ati-ati maen di sungi, gek diambek antu banyu!” (hati-hati main/mandi di sungai, nanti diambil hantu air).
Ada dua versi mengenai awal mula munculnya Antu Banyu. Pertama, kisah mengenai putra mahkota kerajaan yang menderita bau badan dengan putri dari negara seberang.
Pangeran ini badannya berbau amis yang kuat sekali sehingga banyak yang menjauhi dan enggan menikah dengannya.
Sampai ada seorang raja yang bersedia menikahkan putrinya dengan pangeran amis. Namun, ketika pernikahan akan berlangsung, kedua mempelai diarak keliling berdua di dalam sebuah tenda.
Hanya dalam waktu setengah hari, si putri yang merasa tidak tahan dengan bau badan pangeran lalu nekat menceburkan diri ke dalam sungai dan tenggelam. Putri inilah yang menjadi Antu Banyu.
Versi lainnya menyebutkan, ada seorang perempuan muda yang sangat menyukai air pasang. Bila air sedang tinggi dia akan diam-diam berenang sehingga membuat marah orang tuanya.
Akhirnya setelah kesabaran itu habis sementara si anak tetap saja berenang di air pasang maka si orang tua lalu mengutuk anak perempuan mereka menjadi ‘Antu Banyu’.
Sebagian masyarakat menyatakan, Antu Banyu memiliki rambut panjang dan keras, seperti satang (buluh yang panjang).
Selain rambut tersebut berat juga tajam. Antu Banyu yang memiliki habitat hidup di air biasanya menghuni gua-gua, lorong-lorong atau pusaran yang ada di dalam sungai, dan di waktu-waktu tertentu akan memangsa korbannya.
Caranya memangsa korban dengan cara menaikkan rambutnya ke perahu atau ketek. Saat perahu atau ketek akan karam, dengan cepat Antu Banyu akan memangsa korbannya.
Ada dua versi mengenai awal mula munculnya Antu Banyu. Pertama, kisah mengenai putra mahkota kerajaan yang menderita bau badan dengan putri dari negara seberang.
Pangeran ini badannya berbau amis yang kuat sekali sehingga banyak yang menjauhi dan enggan menikah dengannya.
Sampai ada seorang raja yang bersedia menikahkan putrinya dengan pangeran amis. Namun, ketika pernikahan akan berlangsung, kedua mempelai diarak keliling berdua di dalam sebuah tenda.
Hanya dalam waktu setengah hari, si putri yang merasa tidak tahan dengan bau badan pangeran lalu nekat menceburkan diri ke dalam sungai dan tenggelam. Putri inilah yang menjadi Antu Banyu.
Versi lainnya menyebutkan, ada seorang perempuan muda yang sangat menyukai air pasang. Bila air sedang tinggi dia akan diam-diam berenang sehingga membuat marah orang tuanya.
Akhirnya setelah kesabaran itu habis sementara si anak tetap saja berenang di air pasang maka si orang tua lalu mengutuk anak perempuan mereka menjadi ‘Antu Banyu’.
Sebagian masyarakat menyatakan, Antu Banyu memiliki rambut panjang dan keras, seperti satang (buluh yang panjang).
Selain rambut tersebut berat juga tajam. Antu Banyu yang memiliki habitat hidup di air biasanya menghuni gua-gua, lorong-lorong atau pusaran yang ada di dalam sungai, dan di waktu-waktu tertentu akan memangsa korbannya.
Caranya memangsa korban dengan cara menaikkan rambutnya ke perahu atau ketek. Saat perahu atau ketek akan karam, dengan cepat Antu Banyu akan memangsa korbannya.
tulis komentar anda