Pasar Klewer Panggung Perempuan Lincah Berbisnis
Kamis, 10 September 2020 - 07:02 WIB
Meski mengalami pasang surut dari berbagai peristiwa, termasuk kebakaran, para pedagang tetap yakin ikon Pasar Klewer sebagai pasar batik terbesar di Jawa Tengah atau bahkan Indonesia bisa dipertahankan. “Pedagang menjaga betul agar tidak tereliminasi dengan yang lainnya,” tandas Ibu Kadir.
Jujugan Wisatawan
Pasar Klewer juga menjadi rujukan wisatawan yang ingin berbelanja batik di Kota Solo. Salah satu pengunjung Suyatmi, 65, mengaku sejak muda sering datang ke Pasar Klewer untuk membeli batik maupun kebutuhan sandang lainnya. Baginya Pasar Klewer sangat istimewa karena beragam kebutuhan sandang tersedia. (Baca juga: Jokowi Minta Semua Pihak Merancang Ulang Pembinaan Atlet)
“Harganya juga jauh lebih murah kalau bisa tawar-menawar,” ungkap Suyatmi. Meski sekarang banyak berdiri pusat sandang yang besar dan menjadi pesaing, perempuan asal Mojosongo, Solo, ini mengaku tidak bisa beralih dan merasa lebih puas membeli di Pasar Klewer.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Solo Heru Sunardi mengakui perjalanan Pasar Klewer dari awalnya dikenal sebagai pasar Slompretan hingga kini telah mendapat predikat sebagai pasar batik terbesar di Indonesia. Kemajuan Klewer tak lepas dari lokasi perdagangan yang sangat strategis karena berada di dekat pusat pemerintahan, yakni Keraton Kasunanan Surakarta dan Masjid Agung.
Seiring dengan industrialisasi kain batik dan kain ini tak lagi menjadi hegemoni kaum bangsawan, Klewer kian berkembang. Bahkan begitu pesatnya aktivitas ekonomi di Pasar Klewer membuat Presiden Sukarno berinisiatif mendirikan bangunan permanen untuk tempat berdagang. Ketika perkembangan Pasar Klewer makin pesat lagi, Presiden Suharto mengeluarkan inpres untuk mendirikan bangunan Pasar Klewer.
Saat itu pedagang sepeda direlokasi ke Pasar Geblegan dan pedagang burung ditempatkan di Widuran. Bangunan baru Pasar Klewer dengan dua lantai diresmikan pembangunannya oleh Presiden Suharto pada 9 Juni 1971. Mengingat aktivitas pedagang terus meningkat, didirikan bangunan pasar di sebelah timur Pasar Klewer pada 27 Desember 1986 dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ismail.
Pada 27 Desember 2014 terjadi musibah kebakaran di Pasar Klewer. Ratusan pedagang kehilangan tempat usahanya sehingga Pemkot Solo menyediakan pasar sementara di Alun-alun Lor Keraton Solo yang tak jauh dari Pasar Klewer. Pasar Klewer baru dibangun kembali dan pada 2017 dan diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pembangunan pasar berlanjut ke Pasar Klewer bagian timur. (Lihat videonya: Limbah Medis Rumah Sakit Mencemari Sungai Cisadane)
Diungkapkannya, keberadaan Kampung Laweyan dan Kauman yang sejak lama menjadi sentra batik turut andil meramaikan perdagangan batik di Pasar Klewer. “Saat ini jumlah pedagangnya mencapai 2.216 pedagang, ditambah 769 pedagang pelataran,” bebernya.
Perputaran uang di Pasar Klewer sebelum kebakaran mencapai sekitar Rp20 miliar per hari. Pascakebakaran dan kemudian memasuki masa Covid-19 diakui mengalami penurunan sangat dratis. Perputaran uang kini hanya sekitar Rp6 miliar per hari. (Ary Wahyu Wibowo)
Jujugan Wisatawan
Pasar Klewer juga menjadi rujukan wisatawan yang ingin berbelanja batik di Kota Solo. Salah satu pengunjung Suyatmi, 65, mengaku sejak muda sering datang ke Pasar Klewer untuk membeli batik maupun kebutuhan sandang lainnya. Baginya Pasar Klewer sangat istimewa karena beragam kebutuhan sandang tersedia. (Baca juga: Jokowi Minta Semua Pihak Merancang Ulang Pembinaan Atlet)
“Harganya juga jauh lebih murah kalau bisa tawar-menawar,” ungkap Suyatmi. Meski sekarang banyak berdiri pusat sandang yang besar dan menjadi pesaing, perempuan asal Mojosongo, Solo, ini mengaku tidak bisa beralih dan merasa lebih puas membeli di Pasar Klewer.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Solo Heru Sunardi mengakui perjalanan Pasar Klewer dari awalnya dikenal sebagai pasar Slompretan hingga kini telah mendapat predikat sebagai pasar batik terbesar di Indonesia. Kemajuan Klewer tak lepas dari lokasi perdagangan yang sangat strategis karena berada di dekat pusat pemerintahan, yakni Keraton Kasunanan Surakarta dan Masjid Agung.
Seiring dengan industrialisasi kain batik dan kain ini tak lagi menjadi hegemoni kaum bangsawan, Klewer kian berkembang. Bahkan begitu pesatnya aktivitas ekonomi di Pasar Klewer membuat Presiden Sukarno berinisiatif mendirikan bangunan permanen untuk tempat berdagang. Ketika perkembangan Pasar Klewer makin pesat lagi, Presiden Suharto mengeluarkan inpres untuk mendirikan bangunan Pasar Klewer.
Saat itu pedagang sepeda direlokasi ke Pasar Geblegan dan pedagang burung ditempatkan di Widuran. Bangunan baru Pasar Klewer dengan dua lantai diresmikan pembangunannya oleh Presiden Suharto pada 9 Juni 1971. Mengingat aktivitas pedagang terus meningkat, didirikan bangunan pasar di sebelah timur Pasar Klewer pada 27 Desember 1986 dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ismail.
Pada 27 Desember 2014 terjadi musibah kebakaran di Pasar Klewer. Ratusan pedagang kehilangan tempat usahanya sehingga Pemkot Solo menyediakan pasar sementara di Alun-alun Lor Keraton Solo yang tak jauh dari Pasar Klewer. Pasar Klewer baru dibangun kembali dan pada 2017 dan diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pembangunan pasar berlanjut ke Pasar Klewer bagian timur. (Lihat videonya: Limbah Medis Rumah Sakit Mencemari Sungai Cisadane)
Diungkapkannya, keberadaan Kampung Laweyan dan Kauman yang sejak lama menjadi sentra batik turut andil meramaikan perdagangan batik di Pasar Klewer. “Saat ini jumlah pedagangnya mencapai 2.216 pedagang, ditambah 769 pedagang pelataran,” bebernya.
Perputaran uang di Pasar Klewer sebelum kebakaran mencapai sekitar Rp20 miliar per hari. Pascakebakaran dan kemudian memasuki masa Covid-19 diakui mengalami penurunan sangat dratis. Perputaran uang kini hanya sekitar Rp6 miliar per hari. (Ary Wahyu Wibowo)
tulis komentar anda