Air Sungai Nil Terus Meluap Ancam Piramida dan Kerajaan Kuno

Rabu, 09 September 2020 - 09:13 WIB
Kawasan sejarah piramida kuno yang telah berumur 2.300 tahun, terancam direndam banjir akibat hujan lebat yang mengguyur wilayah itu terus menerus. Foto : SINDOnews/Doc
AL BAJRAWIYA - Kawasan sejarah piramida kuno yang telah berumur 2.300 tahun, terancam direndam banjir akibat hujan lebat yang mengguyur wilayah itu terus menerus. Sungai Nil dilaporkan mulai meluap. Baca : 3 Sekolah Terdampak Bencana di Lutra Terima Bantuan 366 Paket School Kit

Otoritas Sudan pun tengah berupaya melindungi piramid-piramid kuno . “Para petugas membangun dinding kantung pasir dan memompa air keluar dari kawasan piramid kuno,” ungkap arkeolog Marc Maillot, dilansir AFP.

Banjir di Sudan saat ini telah menewaskan sekitar 100 orang dan mengakibatkan ribuan orang lainnya mengungsi atau kehilangan rumah. Sungai Nil secara rutin meluap dan para petani sangat tergantung pada banjir untuk menyuburkan tanah pertanian. Namun banjir tahun ini sangat tidak biasa.

“Banjir tidak pernah mempengaruhi lokasi ini sebelumnya,” kata Maillot. “Situasi sekarang dapat dikontrol, tapi jika ketinggian air sungai Nil terus bertambah, maka langkah yang diambil sekarang tidak cukup.

”Kawasan al-Bajrawiya yang termasuk Situs Warisan Dunia adalah tempat Kerajaan Kush kuno yang berjarak 500 meter dari Sungai Nil. Baca Juga : Dinas PUPR Alirkan Genangan Sisa Banjir untuk Percepat Pembersihan Kota Masamba



Wilayah itu menjadi tempat bagi ratusan relik arkeologi. “Di sana terdapat piramid , kuil, istana, tempat pemakaman dan tempat lain yang menunjukkan kekayaan dan kekuasaan Negara Kushite, kekuatan besar di wilayah itu selama lebih dari 1.000 tahun dari Abad Delapan Sebelum Masehi,” papar pernyataan UNESCO.

Lebih dari 500.000 orang terkena dampak banjir yang melanda 17 dari 18 negara bagian di Sudan. Baca Lagi : Kerugian Banjir Bandang Luwu Utara Capai Angka Rp 8 Triliun
(sri)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More