Melalui KudusAsik, BLDF Melindungi Masyarakat Kudus dari Ancaman Bencana yang Mematikan
Selasa, 26 November 2024 - 14:22 WIB
Pada manusia, kandungan Timbal di air lindi mengakibatkan gangguan pada otak, ginjal, dan hati. Paparan Merkuri dapat mengakibatkan kanker, terganggunya fungsi hati dan sistem saraf. Air lindi juga mengandung Kadmium yang menyebabkan perut mual, muntah-muntah, diare, luka hati, hingga gagal ginjal. Selain kandungan logam, air lindi didapati mengandung mikroba parasit seperti kutu air yang menyebabkan gatal-gatal pada kulit.
Walhi Yogyakarta pada Mei lalu melaporkan akibat tercemar air lindi dari sampah organik yang ada di TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) Piyungan Yogyakarta, air sumur warga setempat tercemar kandungan Klorin yang tinggi, menyebabkan beberapa warga terkena stroke.
Pengelolaan sampah organik yang dilakukan BLDF ternyata bukan saja telah mengurangi persoalan sampah di Kudus, namun juga melindungi masyarakat setempat dari ancaman bencana yang mematikan akibat sampah organik.
Menyasar Generasi Muda
Untuk mengelola sampah di Kudus, BLDF tidak bisa melakukannya sendirian. Director Communications Djarum Foundation Mutiara Diah Asmara, menjelaskan pihaknya harus berkolaborasi dengan masyarakat setempat. Untuk mengumpulkan sampah organik yang kemudian diolah di Kompleks Djarum Oasis, BDLF menggandeng sejumlah mitra.
Mulai dari perusahaan, usaha katering, rumah makan, rumah sakit dan klinik, hotel, sekolah dan pondok pesantren, panti asuhan, pasar tradisional , mini market, kompleks perumahan hingga masyarakat desa yang berdomisili di Kabupaten Kudus.
Sampah organik dikumpulkan dari para mitra ini dengan sistem jemput bola. “Untuk mengelola sampah kami tidak bisa sendirian, kami juga mengajak masyarakat luas”, ujar Mutiara Diah Asmara. Jumlah mitra pengelolaan sampah organik ini terus bertambah. Jika pada 2018 baru ada 61 mitra. Tahun 2024 ini jumlahnya sudah bertambah menjadi 312 mitra. Targetnya pada 2025 akan berkembang lagi menjadi 340.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Kudus terhadap pengelolaan sampah, BDLF membuat Gerakan Kudus Asik (Kudus Apik Resik). Mutiara Diah Asmara menjelaskan program Kudus Asik ini didorong sejak 2022 melalui kampanye digital tentang pengelolaan sampah berkelanjutan di Instagram @kudus.asik, yang menyasar generasi muda Kabupaten Kudus. Serta bermitra dengan berbagai pihak untuk mengelola sampah organik tersebut.
Gerakan yang diinisiasi BLDF ini bertujuan untuk membuat Kudus menjadi kota yang apik dan resik. Dengan mengedukasi warga, khususnya kaum muda, mengenai pengelolaan sampah. Program Kudus Asik juga diluncurkan sebagai upaya untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan capaian kota yang bersih dan terjaga lewat pengelolaan sampah berkelanjutan.
Walhi Yogyakarta pada Mei lalu melaporkan akibat tercemar air lindi dari sampah organik yang ada di TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) Piyungan Yogyakarta, air sumur warga setempat tercemar kandungan Klorin yang tinggi, menyebabkan beberapa warga terkena stroke.
Pengelolaan sampah organik yang dilakukan BLDF ternyata bukan saja telah mengurangi persoalan sampah di Kudus, namun juga melindungi masyarakat setempat dari ancaman bencana yang mematikan akibat sampah organik.
Menyasar Generasi Muda
Untuk mengelola sampah di Kudus, BLDF tidak bisa melakukannya sendirian. Director Communications Djarum Foundation Mutiara Diah Asmara, menjelaskan pihaknya harus berkolaborasi dengan masyarakat setempat. Untuk mengumpulkan sampah organik yang kemudian diolah di Kompleks Djarum Oasis, BDLF menggandeng sejumlah mitra.
Mulai dari perusahaan, usaha katering, rumah makan, rumah sakit dan klinik, hotel, sekolah dan pondok pesantren, panti asuhan, pasar tradisional , mini market, kompleks perumahan hingga masyarakat desa yang berdomisili di Kabupaten Kudus.
Sampah organik dikumpulkan dari para mitra ini dengan sistem jemput bola. “Untuk mengelola sampah kami tidak bisa sendirian, kami juga mengajak masyarakat luas”, ujar Mutiara Diah Asmara. Jumlah mitra pengelolaan sampah organik ini terus bertambah. Jika pada 2018 baru ada 61 mitra. Tahun 2024 ini jumlahnya sudah bertambah menjadi 312 mitra. Targetnya pada 2025 akan berkembang lagi menjadi 340.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Kudus terhadap pengelolaan sampah, BDLF membuat Gerakan Kudus Asik (Kudus Apik Resik). Mutiara Diah Asmara menjelaskan program Kudus Asik ini didorong sejak 2022 melalui kampanye digital tentang pengelolaan sampah berkelanjutan di Instagram @kudus.asik, yang menyasar generasi muda Kabupaten Kudus. Serta bermitra dengan berbagai pihak untuk mengelola sampah organik tersebut.
Gerakan yang diinisiasi BLDF ini bertujuan untuk membuat Kudus menjadi kota yang apik dan resik. Dengan mengedukasi warga, khususnya kaum muda, mengenai pengelolaan sampah. Program Kudus Asik juga diluncurkan sebagai upaya untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan capaian kota yang bersih dan terjaga lewat pengelolaan sampah berkelanjutan.
(edc)
tulis komentar anda