Melalui KudusAsik, BLDF Melindungi Masyarakat Kudus dari Ancaman Bencana yang Mematikan
Selasa, 26 November 2024 - 14:22 WIB
KUDUS - Sampah sudah jadi persoalan klasik yang dihadapi hampir semua daerah perkotaan di Indonesia. Jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat terus bertambah, sementara TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah yang tersedia sudah tak mampu lagi manampung sampah yang terus bertambah itu.
Di sisi lain, masih sedikit masyarakat yang memilah sampah, agar lebih mudah dikelola. Semuanya masih melakukan praktik kumpul, angkut dan buang begitu saja ke TPA. Masih buruknya pengelolaan sampah berdampak langsung pada lingkungan dan kesehatan masyarakat. Mencerminkan juga kurangnya tata kelola perkotaan yang berkelanjutan.
Persoalan sampa juga dihadapi Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Di Kota Kretek yang dihuni oleh sekitar 874,8 ribu penduduk ini (data BPS 2024) sampah juga jadi persoalan yang serius. Pj Bupati Kudus M. Hasan Chabibie mengatakan setiap hari rata-rata sampah yang dihasilkan warga Kudus mencapai 120 ton dan itu ditampung di TPA Tanjungrejo, yang berada di Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus.
Bahkan di saat-saat tertentu seperti libur Hari Raya sampah yang masuk ke TPA Tanjungrejo bertambah hingga 150 ton per hari. Berdaarkan data yang disampaikan Sistem Informasi Sampah Nasional sekitar 64% sampah di Kudus merupakan sampah organik.
Dengan terus bertambahnya volume sampah yang masuk, diperkirakan dalam tiga tahun lagi TPA Tanjungrejo sudah tak sanggup lagi menampung sampah yang dihasilkan warga Kudus.
Persoalan sampah yang dihadapi Kudus inilah yang membuat Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) ikut membantu mengelola sampah organik yang dihasilkan masyarakat Kudus.BLDF pun membangun pusat pengelolaan sampah organik di kompleks Djarum Oasis, Bacin, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Beberapa waktu yang lalu SindoNews berkesempatan mengunjungi pusat pengelolaan sampah organik ini yang dibangun dan dikelola BDLF ini. Pusat pengelolaan sampah organik ini menyatu dengan kebun pembibitan tanaman. Tempat ini pun ditumbuhi beraneka ragam macam tanaman yang besar dan rindang. Sehingga suasana asri dan sejuk langsung terasa begitu memasuki Kompleks Djarum Oasis ini. Uniknya tidak ada bau busuk yang menyengat ataupun kerumunan lalat dan binatang lainnya yang terlihat di lokasi pengelolaan sampah organik ini.
Menurut Eri Wahyudi, Program Administration BLDF, sampah organik yang masuk sebelumnya sudah dipilah terlebih dahulu. Sampah kemudian diproses dengan teknologi fermentasi dari VRM Groundswell. Diolah dengan proses pencampuran mikroba dan fermentasi di hamparan tanah seluas satu hektare. Hasilnya berupa humisoil yang digunakan sebagai pupuk. “Saat ini kami mampu menghasilkan 70 ton humisoil per hari,”ujar Eri. Sampah organik yang diolah di tempat ini mampu mengurangi sekitar 20% sampah organik di Kudus.
Di sisi lain, masih sedikit masyarakat yang memilah sampah, agar lebih mudah dikelola. Semuanya masih melakukan praktik kumpul, angkut dan buang begitu saja ke TPA. Masih buruknya pengelolaan sampah berdampak langsung pada lingkungan dan kesehatan masyarakat. Mencerminkan juga kurangnya tata kelola perkotaan yang berkelanjutan.
Persoalan sampa juga dihadapi Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Di Kota Kretek yang dihuni oleh sekitar 874,8 ribu penduduk ini (data BPS 2024) sampah juga jadi persoalan yang serius. Pj Bupati Kudus M. Hasan Chabibie mengatakan setiap hari rata-rata sampah yang dihasilkan warga Kudus mencapai 120 ton dan itu ditampung di TPA Tanjungrejo, yang berada di Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus.
Bahkan di saat-saat tertentu seperti libur Hari Raya sampah yang masuk ke TPA Tanjungrejo bertambah hingga 150 ton per hari. Berdaarkan data yang disampaikan Sistem Informasi Sampah Nasional sekitar 64% sampah di Kudus merupakan sampah organik.
Dengan terus bertambahnya volume sampah yang masuk, diperkirakan dalam tiga tahun lagi TPA Tanjungrejo sudah tak sanggup lagi menampung sampah yang dihasilkan warga Kudus.
Persoalan sampah yang dihadapi Kudus inilah yang membuat Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) ikut membantu mengelola sampah organik yang dihasilkan masyarakat Kudus.BLDF pun membangun pusat pengelolaan sampah organik di kompleks Djarum Oasis, Bacin, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Beberapa waktu yang lalu SindoNews berkesempatan mengunjungi pusat pengelolaan sampah organik ini yang dibangun dan dikelola BDLF ini. Pusat pengelolaan sampah organik ini menyatu dengan kebun pembibitan tanaman. Tempat ini pun ditumbuhi beraneka ragam macam tanaman yang besar dan rindang. Sehingga suasana asri dan sejuk langsung terasa begitu memasuki Kompleks Djarum Oasis ini. Uniknya tidak ada bau busuk yang menyengat ataupun kerumunan lalat dan binatang lainnya yang terlihat di lokasi pengelolaan sampah organik ini.
Menurut Eri Wahyudi, Program Administration BLDF, sampah organik yang masuk sebelumnya sudah dipilah terlebih dahulu. Sampah kemudian diproses dengan teknologi fermentasi dari VRM Groundswell. Diolah dengan proses pencampuran mikroba dan fermentasi di hamparan tanah seluas satu hektare. Hasilnya berupa humisoil yang digunakan sebagai pupuk. “Saat ini kami mampu menghasilkan 70 ton humisoil per hari,”ujar Eri. Sampah organik yang diolah di tempat ini mampu mengurangi sekitar 20% sampah organik di Kudus.
tulis komentar anda