Kisah Pangeran Diponegoro Marah Besar ke Sultan Muda Keraton Yogyakarta Akibat Hilangnya Tradisi Jawa
Senin, 18 November 2024 - 05:50 WIB
Melainkan tertarik pada benda-benda seni, menunggang kuda, hingga mendengarkan gamelan Jawa, sebagaimana ada pada Babad Keraton Yogyakarta.
Dikutip dari buku "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785 - 1855", dari sejarawan Peter Carey, satu kebiasaan sultan muda lain yang sarat kontroversi yakni ia gemar mengenakan seragam-seragam tentara Eropa.
Sehingga pejabat-pejabat senior Keraton Yogyakarta sangat kesulitan untuk membujuknya tidak menggunakan pakaian Eropa itu.
Padahal ada beberapa upacara keraton yang sakral salah satunya garebeg, yang tidak seharusnya mengenakan pakaian ala-ala Eropa, melainkan mengenakan besaran pakaian Jawa.
Beberapa waktu memerintah Keraton Yogya, Sultan HB IV menikah. Ia menikahi putri tertua patih yang dibunuh Danurejo II, pada 13 Mei 1816.
Pernikahan ini dirayakan besar-besaran dengan pertunjukan wayang tiga hari berturut-turut, yang menampilkan berbagai cerita dan jenis wayang.
Serial cerita lakon Panji (wayang gedog), Menak (wayang jemblung), dan Damar Wulan (wayang krucil), dipentaskan.
Tak ketinggalan tari topeng, Cina (jenggi) dan gambyong, turut dibawakan di akhir pertunjukan wayang, acara kemudian ditutup dengan pertunjukan kembang api Cina.
Mengenai sang mempelai perempuan raja muda itu yang bergelar Ratu Kencono, konon dikisahkan sebagai, perempuan yang cantik dan begitu menarik dipandang.
Tapi kemudian ia menderita sakit jiwa, psikologinya terguncang berat. Hal ini terbukti waktu dia menikam salah satu selir sampai terluka. Salah satu istri selir tersebut yang telah diinstruksikan oleh Ratu Ibu untuk tidur dengannya, ketika ia masih berusia 13 tahun.
Dikutip dari buku "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785 - 1855", dari sejarawan Peter Carey, satu kebiasaan sultan muda lain yang sarat kontroversi yakni ia gemar mengenakan seragam-seragam tentara Eropa.
Sehingga pejabat-pejabat senior Keraton Yogyakarta sangat kesulitan untuk membujuknya tidak menggunakan pakaian Eropa itu.
Padahal ada beberapa upacara keraton yang sakral salah satunya garebeg, yang tidak seharusnya mengenakan pakaian ala-ala Eropa, melainkan mengenakan besaran pakaian Jawa.
Beberapa waktu memerintah Keraton Yogya, Sultan HB IV menikah. Ia menikahi putri tertua patih yang dibunuh Danurejo II, pada 13 Mei 1816.
Pernikahan ini dirayakan besar-besaran dengan pertunjukan wayang tiga hari berturut-turut, yang menampilkan berbagai cerita dan jenis wayang.
Serial cerita lakon Panji (wayang gedog), Menak (wayang jemblung), dan Damar Wulan (wayang krucil), dipentaskan.
Tak ketinggalan tari topeng, Cina (jenggi) dan gambyong, turut dibawakan di akhir pertunjukan wayang, acara kemudian ditutup dengan pertunjukan kembang api Cina.
Mengenai sang mempelai perempuan raja muda itu yang bergelar Ratu Kencono, konon dikisahkan sebagai, perempuan yang cantik dan begitu menarik dipandang.
Tapi kemudian ia menderita sakit jiwa, psikologinya terguncang berat. Hal ini terbukti waktu dia menikam salah satu selir sampai terluka. Salah satu istri selir tersebut yang telah diinstruksikan oleh Ratu Ibu untuk tidur dengannya, ketika ia masih berusia 13 tahun.
tulis komentar anda