Kisah Laksamana Malahayati, Singa Betina Tanah Rencong Penjaga Selat Malaka
Rabu, 07 Agustus 2024 - 06:32 WIB
Pada 21 Juni 1599, dua kapal Belanda, de Leeuw dan de Leeuwin, mencoba bersandar di pelabuhan Aceh Besar. Karena reputasi buruk mereka, Sultan menolak memberi izin. Malahayati dan pasukannya diperintahkan untuk mengusir kapal-kapal tersebut.
Penolakan itu berujung pada pertempuran sengit. Dalam duel di atas kapal musuh pada 11 September 1599, Malahayati berhasil membunuh Cornelis de Houtman, sementara saudaranya, Frederik, ditangkap dan dipenjarakan.
Selain sebagai panglima perang, Malahayati juga dikenal sebagai diplomat ulung. Ia berhasil mengajukan syarat ganti rugi kepada Belanda untuk membebaskan tawanan perang mereka. Malahayati juga menerima utusan Ratu Elizabeth I, James Lancaster.
Utusan itu datang untuk berdagang rempah-rempah Aceh. Perundingan ini sukses, mengamankan hubungan dagang yang damai. Malahayati wafat pada 1615 dan dimakamkan di dekat bentengnya di Desa Lamreh, Krueng Raya.
Pada 9 November 2017, Presiden Joko Widodo menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional. Namanya juga diabadikan sebagai nama kapal perang TNI-AL dan pelabuhan di Desa Lamreh, Krueng Raya, yang kini kembali beroperasi setelah sempat mangkrak pasca-tsunami 2004.
Penolakan itu berujung pada pertempuran sengit. Dalam duel di atas kapal musuh pada 11 September 1599, Malahayati berhasil membunuh Cornelis de Houtman, sementara saudaranya, Frederik, ditangkap dan dipenjarakan.
Selain sebagai panglima perang, Malahayati juga dikenal sebagai diplomat ulung. Ia berhasil mengajukan syarat ganti rugi kepada Belanda untuk membebaskan tawanan perang mereka. Malahayati juga menerima utusan Ratu Elizabeth I, James Lancaster.
Utusan itu datang untuk berdagang rempah-rempah Aceh. Perundingan ini sukses, mengamankan hubungan dagang yang damai. Malahayati wafat pada 1615 dan dimakamkan di dekat bentengnya di Desa Lamreh, Krueng Raya.
Pada 9 November 2017, Presiden Joko Widodo menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional. Namanya juga diabadikan sebagai nama kapal perang TNI-AL dan pelabuhan di Desa Lamreh, Krueng Raya, yang kini kembali beroperasi setelah sempat mangkrak pasca-tsunami 2004.
(ams)
tulis komentar anda