Kisah Cinta Bung Karno: Lamar Siti Oetari di Atas Jembatan Peneleh

Senin, 29 Juli 2024 - 19:12 WIB
Ketika berusia tujuh tahun, Bung Karno pindah ke Mojokerto karena tugas ayahnya. Di sana, Bung Karno menempuh pendidikan hingga usia 15 tahun.

Setelah lulus sekolah di Mojokerto, Bung Karno melanjutkan pendidikan di Hoogere Burgerschool (HBS) di Surabaya. Ia tinggal di rumah HOS Tjokroaminoto, di Jalan Peneleh Gang VII Surabaya.

Selama bersekolah di HBS, Bung Karno dikenal sebagai pemuda pintar dan cerdas. Kuncar menyebut kecerdasannya didorong oleh kebiasaan membaca di perpustakaan Freemason di Jalan Tunjungan Surabaya.

"Bung Karno menjadi member VIP perpustakaan Freemason, yang sekarang menjadi kantor BPN (Badan Pertanahan Nasional). Ironisnya, organisasi Freemason kelak dilarang oleh Bung Karno," jelasnya.

Selain bersekolah di HBS, Bung Karno pertama kali mengenal Islam pada usia 15 tahun karena ajakan HOS Tjokroaminoto untuk mengikuti pengajian rutin di depan rumahnya.

"Di depan rumah Pak Tjokro yang kini menjadi Toko Buku Peneleh, dulu merupakan markas aktivis Muhammadiyah," kata Kuncar.

Pada usia 21 tahun, Bung Karno diterima sebagai mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB) Jawa Barat. Namun, saat itu, istri HOS Tjokroaminoto meninggal dunia, membuat Bung Karno cuti kuliah selama tujuh bulan dan kembali ke Surabaya.

Di Surabaya, Bung Karno bekerja sebagai petugas kereta api di Stasiun Semut untuk membantu keuangan keluarga Tjokroaminoto.

Menurut Kuncar, adik HOS Tjokroaminoto menyarankan Bung Karno menikahi putri sulung HOS Tjokro, Siti Oetari. Bung Karno setuju menikah dengan Siti Oetari di atas Jembatan Peneleh.

"Di atas Jembatan Peneleh, Bung Karno menyatakan cintanya kepada Oetari karena melihat Pak Tjokro galau setelah istrinya meninggal," kata Kuncar.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content