Kisah Tragis Pangeran Diponegoro Dikhianati Rakyatnya, Picu Kematian Panglima Ngabehi
Jum'at, 26 Juli 2024 - 06:11 WIB
Perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belandadiwarnai dengan pengkhianatan pejabat dan kematian panglima perang. Hal itu semakin memberatkan perjuangannya dalam 15 bulan terakhir di masa Perang Jawa.
Saat Pangeran Diponegoro menyusun strategi untuk melawan Belanda sambil melarikan diri dari kejaran mereka, rakyat di daerah kekuasaannya berbalik melawan pejabat-pejabat culas yang mendukung Diponegoro.
Hasrat penduduk akan perdamaian memicu mereka menghabisi pejabat-pejabat ini. Kebijakan para komandan benteng Belandaturut mempengaruhi situasi.
Mereka berhasil merebut hati penduduk setempat dengan menjanjikan pemberian bajak gratis, hewan penghela, dan benih gratis, jika mereka bersedia pindah ke wilayah Belanda.
Selain itu, Belanda menurunkan pajak, mengurangi kewajiban kerja bakti, dan menaikkan upah buruh harian di sekitar benteng untuk mendorong para petani dan keluarganya tetap tinggal di dekat benteng.
“Alhasil pada September 1820, tahun keempat perang perlawanan terorganisasi terhadap Belanda di daerah-daerah subur pangan di Jawa Tengah bagian selatan berakhir sudah,” demikian dikutip dari buku“Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro: 1785 - 1825”.
Ikatan rasa saling percaya dan kerja samaantara pasukan Pangeran Diponegoro dan penduduk desa setempat telah rusak. Tanpa dukungan rakyat, tidak mungkin lagi Pangeran Diponegoro melancarkan perang gerilya dengan berhasil.
Saat Pangeran Diponegoro menyusun strategi untuk melawan Belanda sambil melarikan diri dari kejaran mereka, rakyat di daerah kekuasaannya berbalik melawan pejabat-pejabat culas yang mendukung Diponegoro.
Hasrat penduduk akan perdamaian memicu mereka menghabisi pejabat-pejabat ini. Kebijakan para komandan benteng Belandaturut mempengaruhi situasi.
Baca Juga
Mereka berhasil merebut hati penduduk setempat dengan menjanjikan pemberian bajak gratis, hewan penghela, dan benih gratis, jika mereka bersedia pindah ke wilayah Belanda.
Selain itu, Belanda menurunkan pajak, mengurangi kewajiban kerja bakti, dan menaikkan upah buruh harian di sekitar benteng untuk mendorong para petani dan keluarganya tetap tinggal di dekat benteng.
“Alhasil pada September 1820, tahun keempat perang perlawanan terorganisasi terhadap Belanda di daerah-daerah subur pangan di Jawa Tengah bagian selatan berakhir sudah,” demikian dikutip dari buku“Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro: 1785 - 1825”.
Ikatan rasa saling percaya dan kerja samaantara pasukan Pangeran Diponegoro dan penduduk desa setempat telah rusak. Tanpa dukungan rakyat, tidak mungkin lagi Pangeran Diponegoro melancarkan perang gerilya dengan berhasil.
Baca Juga
tulis komentar anda