Kisah Tribhuwana Tunggadewi, Sang Ratu yang Memimpin Majapahit ke Masa Kejayaan
Jum'at, 12 Juli 2024 - 07:51 WIB
Pada tahun 1328, Kerajaan Majapahit mencatat sejarah penting dengan naik tahtanya Tribhuwana Tunggadewi sebagai penguasa perempuan pertama. Tribhuwana, yang merupakan putri dari pendiri Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya, dan Gayatri, memimpin dengan gelar Sri Tribhuwanatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani. Keputusan ini diambil setelah kematian Raja Jayanagara yang tewas ditikam saat sakit.
Saat Tribhuwana Tunggadewi memimpin, ibunya, Gayatri, masih hidup dan berperan sebagai penasihat utamanya. Gayatri memilih menjadi pendeta agama, memungkinkan putrinya untuk naik tahta dan memimpin kerajaan. Kepemimpinan Tribhuwana didampingi oleh suaminya, Kertawardhana, dan pada awal pemerintahannya, Patih Amangkubhumi Arya Tadah menjadi penasehat pentingnya.
Selama beberapa tahun pertama pemerintahannya, Arya Tadah menunjukkan dedikasi yang besar. Namun, pada tahun 1251 Saka, Arya Tadah merasa kesehatannya semakin menurun dan memohon kepada Tribhuwana untuk melepaskan jabatannya. Meskipun awalnya menolak karena belum menemukan pengganti yang tepat, Tribhuwana akhirnya menerima permintaan Arya Tadah setelah ia mengusulkan Gajah Mada sebagai penggantinya.
Gajah Mada, yang sudah menunjukkan keberanian dan kecakapannya dengan menyelamatkan Jayanagara dan keluarga kerajaan dari pemberontakan yang dipimpin oleh Ra Kuti, dianggap sebagai pilihan yang tepat. Tribhuwana pun mengangkat Gajah Mada sebagai Patih Amangkubhumi yang baru. Gajah Mada kemudian memainkan peran penting dalam memperluas kekuasaan Majapahit dan mengukuhkan kejayaan kerajaan.
Kepemimpinan Tribhuwana Tunggadewi ditandai dengan kebijaksanaan dan kemampuannya dalam mengelola pemerintahan serta mempertahankan stabilitas kerajaan. Ia berhasil memimpin Majapahit melalui masa-masa yang penuh tantangan, baik dari dalam maupun luar kerajaan. Tribhuwana Tunggadewi juga dikenal karena membangun fondasi yang kuat untuk kejayaan Majapahit di masa mendatang.
Pada tahun 1350, Tribhuwana Tunggadewi menyerahkan tampuk kekuasaan kepada putranya, Hayam Wuruk, yang kemudian melanjutkan kepemimpinan Majapahit dan membawa kerajaan tersebut mencapai puncak kejayaannya. Tribhuwana Tunggadewi dikenang sebagai sosok penguasa perempuan yang tangguh dan visioner, yang mampu membawa Majapahit melalui masa-masa sulit dan menyiapkan jalan bagi kejayaan yang lebih besar di masa mendatang.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
Saat Tribhuwana Tunggadewi memimpin, ibunya, Gayatri, masih hidup dan berperan sebagai penasihat utamanya. Gayatri memilih menjadi pendeta agama, memungkinkan putrinya untuk naik tahta dan memimpin kerajaan. Kepemimpinan Tribhuwana didampingi oleh suaminya, Kertawardhana, dan pada awal pemerintahannya, Patih Amangkubhumi Arya Tadah menjadi penasehat pentingnya.
Selama beberapa tahun pertama pemerintahannya, Arya Tadah menunjukkan dedikasi yang besar. Namun, pada tahun 1251 Saka, Arya Tadah merasa kesehatannya semakin menurun dan memohon kepada Tribhuwana untuk melepaskan jabatannya. Meskipun awalnya menolak karena belum menemukan pengganti yang tepat, Tribhuwana akhirnya menerima permintaan Arya Tadah setelah ia mengusulkan Gajah Mada sebagai penggantinya.
Gajah Mada, yang sudah menunjukkan keberanian dan kecakapannya dengan menyelamatkan Jayanagara dan keluarga kerajaan dari pemberontakan yang dipimpin oleh Ra Kuti, dianggap sebagai pilihan yang tepat. Tribhuwana pun mengangkat Gajah Mada sebagai Patih Amangkubhumi yang baru. Gajah Mada kemudian memainkan peran penting dalam memperluas kekuasaan Majapahit dan mengukuhkan kejayaan kerajaan.
Kepemimpinan Tribhuwana Tunggadewi ditandai dengan kebijaksanaan dan kemampuannya dalam mengelola pemerintahan serta mempertahankan stabilitas kerajaan. Ia berhasil memimpin Majapahit melalui masa-masa yang penuh tantangan, baik dari dalam maupun luar kerajaan. Tribhuwana Tunggadewi juga dikenal karena membangun fondasi yang kuat untuk kejayaan Majapahit di masa mendatang.
Pada tahun 1350, Tribhuwana Tunggadewi menyerahkan tampuk kekuasaan kepada putranya, Hayam Wuruk, yang kemudian melanjutkan kepemimpinan Majapahit dan membawa kerajaan tersebut mencapai puncak kejayaannya. Tribhuwana Tunggadewi dikenang sebagai sosok penguasa perempuan yang tangguh dan visioner, yang mampu membawa Majapahit melalui masa-masa sulit dan menyiapkan jalan bagi kejayaan yang lebih besar di masa mendatang.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
(hri)
tulis komentar anda