Surabaya Kembali Zona Merah, INTI dan Seniman Sebar Masker di Pasar
Sabtu, 22 Agustus 2020 - 11:52 WIB
SURABAYA - Kembalinya Kota Surabaya menjadi zona merah COVID-19 menjadi perhatian banyak pihak. Padahal beberapa hari yang lalu, selama 9 hari kota pahlawan sudah memasuki zona orange.
Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Surabaya Richard Susanto, menuturkan bahwa penanganan pandemi COVID-19 bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau kelompok, tapi menjadi tanggung jawab bersama supaya segera terbebas dari ancaman COVID-19.
"Untuk keluar dari krisis Pandemi, ini tanggung jawab kita semua bukan kelompok," katanya disela kampanye dan pembagian masker di Pasar Kembang, Surabaya, Sabtu (22/8/2020).
Richard yakin, jika kebersamaan dan kesadaran masyarakat dengan mentaati protokol kesehatan ketika beraktifitas maka penularan wabah Corona bisa dibendung.
Seperti saat beraktifitas di Pasar Tradisional, pihaknya mendorong para pedangan dan pengunjung supaya terus mengenakam masker dan berusaha menjaga jarak meskipun itu tidak mudah.
"Kita yakin bahwa kita pasti bisa bangkit kembali dengan mengikuti protokol kesehatan supaya perekonomian bisa jalan," tegasnya.
Kampanye pencegahan virus Corona yang dilakukan INTI Surabaya bersama seniman Ludruk Meimura ini mendapatkan sambutan meriah dari masyarakat di Pasar.
Kostum Ludruk dan parikan Meimura cukup menyedot perhatian. Dalam sekejab, sekitar 350 masker dan brosur sosialisasi new normal life ludes. (Baca: Cari Tambahan Penghasilan Halal, Seorang Polisi di Madiun Jadi Tukang Las).
Meimura bersyukur semakin banyak kelompok masyarakat yang peduli terhadap pencegahan wabah COVID-19. Apalagi masyarakat juga antusias menerima masker yang dibagikan. Di Pasar Kembang ini, kata Mei, merupakan ke-15 kalinya ia melakukan sosialisasi dengan mengusung lakon monolog Ludruk Besut, Rusmini.
"Bapak, Ibu, Cak, Ning, Sing ayu, ngganteng, ojo lali nggawe maskere. Cuci tangan, jaga jarak, iku senjata ngelawan Corona. Suroboyo Kota Pahlawan Rakyate cerdas ngerti kesehatan. Ayoo sing kompak saling njogo supoyo menang lawan Corona. Eling anak, putu, ngenteni nok Omah," tutur Besut dan Rusmini.
Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Surabaya Richard Susanto, menuturkan bahwa penanganan pandemi COVID-19 bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau kelompok, tapi menjadi tanggung jawab bersama supaya segera terbebas dari ancaman COVID-19.
"Untuk keluar dari krisis Pandemi, ini tanggung jawab kita semua bukan kelompok," katanya disela kampanye dan pembagian masker di Pasar Kembang, Surabaya, Sabtu (22/8/2020).
Richard yakin, jika kebersamaan dan kesadaran masyarakat dengan mentaati protokol kesehatan ketika beraktifitas maka penularan wabah Corona bisa dibendung.
Seperti saat beraktifitas di Pasar Tradisional, pihaknya mendorong para pedangan dan pengunjung supaya terus mengenakam masker dan berusaha menjaga jarak meskipun itu tidak mudah.
"Kita yakin bahwa kita pasti bisa bangkit kembali dengan mengikuti protokol kesehatan supaya perekonomian bisa jalan," tegasnya.
Kampanye pencegahan virus Corona yang dilakukan INTI Surabaya bersama seniman Ludruk Meimura ini mendapatkan sambutan meriah dari masyarakat di Pasar.
Kostum Ludruk dan parikan Meimura cukup menyedot perhatian. Dalam sekejab, sekitar 350 masker dan brosur sosialisasi new normal life ludes. (Baca: Cari Tambahan Penghasilan Halal, Seorang Polisi di Madiun Jadi Tukang Las).
Meimura bersyukur semakin banyak kelompok masyarakat yang peduli terhadap pencegahan wabah COVID-19. Apalagi masyarakat juga antusias menerima masker yang dibagikan. Di Pasar Kembang ini, kata Mei, merupakan ke-15 kalinya ia melakukan sosialisasi dengan mengusung lakon monolog Ludruk Besut, Rusmini.
"Bapak, Ibu, Cak, Ning, Sing ayu, ngganteng, ojo lali nggawe maskere. Cuci tangan, jaga jarak, iku senjata ngelawan Corona. Suroboyo Kota Pahlawan Rakyate cerdas ngerti kesehatan. Ayoo sing kompak saling njogo supoyo menang lawan Corona. Eling anak, putu, ngenteni nok Omah," tutur Besut dan Rusmini.
(nag)
Lihat Juga :
tulis komentar anda