Tertular Corona dari Mayat, Ahli Forensik di Thailand Meninggal

Selasa, 14 April 2020 - 20:09 WIB
Suasana Kota Bangkok, Thailand. Foto ilustrasi/azamara.com
BANGKOK - Kasus penularan virus corona dari jasad ke manusia hidup pertama di dunia terjadi di Thailand. Seorang ahli forensik di Thailand meninggal setelah terinfeksi virus COVID-19 tersbeut dari mayat yang diperiksanya.

Surat yang diterbitkan Journal of Forensic and Legal Medicine menyebutkan bahwa praktisi forensik itu bekerja di Bangkok. Surat tersebut ditulis pada 20 Maret ketika Thailand mengonfirmasi 272 kasus corona, termasuk dua tenaga medis; profesional kedokteran forensik dan asisten perawat.

”Menurut pengetahuan terbaik kami, ini adalah laporan pertama tentang infeksi COVID-19 dan kematian di antara tenaga medis di unit kedokteran forensik," tutur Won Sriwijitalai dari Pusat Medis RVT Bangkok yang turut menulis surat tersebut.



Sriwijitalai mengatakan bahwa ketika pemeriksa forensik terpapar virus SARS-CoV-2—yang menyebabkan COVID-19—sebagian besar kasus di Thailand adalah kasus impor dan virus itu tidak menyebar luas di masyarakat.

"Selain itu, ada kemungkinan rendah para profesional kedokteran forensik untuk melakukan kontak dengan pasien yang terinfeksi, tetapi mereka dapat memiliki kontak dengan sampel biologis dan mayat," lanjut surat mereka.

"Saat ini, tidak ada data tentang jumlah pasti mayat yang terkontaminasi COVID-19 karena itu bukan praktik rutin untuk memeriksa COVID-19 pada jasad-jasad di Thailand. Namun, pengendalian infeksi dan tindakan pencegahan universal diperlukan."

Mereka menyarankan para profesional forensik untuk mengenakan pakaian pelindung, termasuk jas, sarung tangan, kacamata, topi dan masker saat bekerja. Selain itu, unit patologi dan forensik harus mengikuti prosedur desinfeksi pada mayat yang digunakan di ruang operasi.

Angelique Corthals, profesor patologi di Universitas Kota New York John Jay College of Criminal Justice, yang tidak terlibat dalam kasus ini, mengatakan kepada BuzzFeed News; "Tidak hanya pemeriksa medis, tetapi teknisi kamar mayat dan orang-orang di rumah duka perlu hati-hati."

Summer Johnson McGee, seorang ahli kebijakan kesehatan di University of New Haven, juga mengatakan kepada BuzzFeed News bahwa siapa pun yang bersentuhan dengan tubuh yang telah dites positif terkena virus corona, "hidup atau mati", harus memakai alat pelindung diri untuk menghindari penyebaran virus.

"Autopsi dan penyelidikan selanjutnya menghadirkan risiko nyata bagi koroner untuk terpapar COVID-19," katanya, yang dilansir Selasa (14/4/2020).

Dalam panduan sementara tentang cara mengelola jasad korban COVID-19 yang aman yang diterbitkan pada akhir Maret, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan mayat umumnya tidak menular, kecuali dalam kasus demam berdarah seperti Ebola dan Marburg, atau jika paru-paru pasien dengan pandemi influenza tidak ditangani dengan baik.

Menurut WHO, hingga saat ini tidak ada bukti orang yang telah terinfeksi corona akibat terpapar tubuh orang yang meninggal karena COVID-19. Meskipun begitu, WHO membuka peluang perubahan cara pengelolaan jasad terinfeksi corona. "Rekomendasi ini dapat direvisi ketika bukti baru tersedia," kata badan yang beranaung di bawah PBB tersebut.
(muh)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content