Persiapan Calhaj Tertua asal Malang Berusia 92 Tahun, Jalan Tak Pakai Alas Kaki Sambil Angkat Kayu
Jum'at, 10 Mei 2024 - 11:01 WIB
Bahkan biasanya pernah bibinya itu kembali keluar rumah mencari kayu, seusai salat dhuhur. Aktivitas itu dilakukannya setelah tak lagi bercocok tanam menjadi buruh tani di usianya yang sudah menginjak 92 tahun.
"Ya kalau dulu mburuh, buruh tani di sawah, ya padi, ya tebu, cuma karena sudah tua nggak dibolehin (lagi kerja), sekarang cari kayu itu, ya untuk kesibukannya, ngangkat kayu ya masih kuat," ujarnya.
Menurutnya, aktivitas Paitun mencari kayu tak bisa dilarangnya dan keluarganya. Apalagi aktivitas itu untuk membuat fisik Paitun sehat, dan bisa memberikan kesegaran di pikiran.
"Nggak pernah saya dan keluarga larang, keluar gitu jalan kaki, nyeker tanpa alas kaki nyari kayu, ya biar saja kan belajar, besok kan di sana (di Arab Saudi haji) juga harus banyak jalan. Saya biarkan saja," tegasnya.
Biasanya Paitun diceritakan Yuyun, mencari kayu di sejumlah perkebunan dan persawahan tak jauh dari rumahnya. Tapi karena ketika pulang biasanya memutar dan ingin berjalan-jalan, Paitun memutuskan pulang melalui jalan berbeda yang lebih jauh.
"Ya nyarinya di tegalan dekat, cuma pulangnya biasanya jauh, karena memutar. Itu jalan kaki, nggak pakai alas kaki. Sudah rutin dilakukannya ya hampir tiap hari," ujarnya.
Rumah Paitun dan Yuyun, keponakannya yang berhimpitan membuatnya tahu aktivitas sehari-hari Paitun. Memang sejak sang bibi bercerai dengan suaminya dan tidak punya anak, dia-lah dan beberapa keluarga dekatnya yang merawat Paitun.
"Ya sehari-hari di sini (rumahnya Paitun) sendiri, tapi kan rumah saya ini mepet, temboknya saja gandeng. Sering nengokin, makanya tahu aktivitasnya. Ya bibi ini ikut saya dan keluarga hitungannya," jelasnya.
Kedekatannya dengan Paitun, membuatnya sudah menganggap sebagai ibu sendiri, apalagi ibu Yuyun yang juga masih keluarga dekat dengan Paitun, telah meninggal dunia. Anaknya juga memiliki kedekatan dengan Paitun, dan telah dianggap sebagai cucunya sendiri.
"Ya di sini sama anak saya (tinggal), yang ngerameni ya anak saya itu, dianggap cucu sama bibi ini," ungkapnya.
"Ya kalau dulu mburuh, buruh tani di sawah, ya padi, ya tebu, cuma karena sudah tua nggak dibolehin (lagi kerja), sekarang cari kayu itu, ya untuk kesibukannya, ngangkat kayu ya masih kuat," ujarnya.
Menurutnya, aktivitas Paitun mencari kayu tak bisa dilarangnya dan keluarganya. Apalagi aktivitas itu untuk membuat fisik Paitun sehat, dan bisa memberikan kesegaran di pikiran.
"Nggak pernah saya dan keluarga larang, keluar gitu jalan kaki, nyeker tanpa alas kaki nyari kayu, ya biar saja kan belajar, besok kan di sana (di Arab Saudi haji) juga harus banyak jalan. Saya biarkan saja," tegasnya.
Biasanya Paitun diceritakan Yuyun, mencari kayu di sejumlah perkebunan dan persawahan tak jauh dari rumahnya. Tapi karena ketika pulang biasanya memutar dan ingin berjalan-jalan, Paitun memutuskan pulang melalui jalan berbeda yang lebih jauh.
"Ya nyarinya di tegalan dekat, cuma pulangnya biasanya jauh, karena memutar. Itu jalan kaki, nggak pakai alas kaki. Sudah rutin dilakukannya ya hampir tiap hari," ujarnya.
Rumah Paitun dan Yuyun, keponakannya yang berhimpitan membuatnya tahu aktivitas sehari-hari Paitun. Memang sejak sang bibi bercerai dengan suaminya dan tidak punya anak, dia-lah dan beberapa keluarga dekatnya yang merawat Paitun.
"Ya sehari-hari di sini (rumahnya Paitun) sendiri, tapi kan rumah saya ini mepet, temboknya saja gandeng. Sering nengokin, makanya tahu aktivitasnya. Ya bibi ini ikut saya dan keluarga hitungannya," jelasnya.
Kedekatannya dengan Paitun, membuatnya sudah menganggap sebagai ibu sendiri, apalagi ibu Yuyun yang juga masih keluarga dekat dengan Paitun, telah meninggal dunia. Anaknya juga memiliki kedekatan dengan Paitun, dan telah dianggap sebagai cucunya sendiri.
"Ya di sini sama anak saya (tinggal), yang ngerameni ya anak saya itu, dianggap cucu sama bibi ini," ungkapnya.
tulis komentar anda