Persiapan Calhaj Tertua asal Malang Berusia 92 Tahun, Jalan Tak Pakai Alas Kaki Sambil Angkat Kayu
loading...
A
A
A
MALANG - SOSOK Paitun, calon menjadi jemaah haji (Calhaj) tertua yang tercatat berangkat dari Kabupaten Malang. Perempuan asal Dusun Pabrian RT 15 RW 3, Desa Sukonolo, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur tercatat berusia 92 tahun dari Kartu Identitas Penduduk (KTP)-nya.
Sekilas ditemui di rumah sederhananya, perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai pencari kayu ini memang masih terlihat sehat. Usia 92 tahun tak nampak dari sisi fisik badannya, bahkan sang perempuan yang hidup sendiri di rumahnya ini masih bisa mengangkat beban kayu.
Tapi ketika berkomunikasi dengan orang lain, barulah tampak Paitun terlihat kesulitan. Faktor usia yang renta membuatnya secara kesadaran berpikir mulai menurun, tapi ia masih memiliki ingatan kuat.
Yuyun Maslahah, selaku keponakan Paitun menyebut, bibinya itu memang mengalami kendala komunikasi dengan orang yang baru dikenal. Acap kali ada kesulitan saat diajak berkomunikasi, meskipun sebenarnya daya ingat Paitun tidak hilang.
"Fisik masih kuat, cuma memang kalau diajak berbicara dengan orang-orang yang baru dikenal itu agak susah, seperti nggak nyambung. Kalau fisik kuat, kemana-mana masih jalan kaki," ucap Yuyun Maslahah, menemani sang bibi di rumahnya pada Jumat (10/5/2024).
Yuyun menjelaskan, bila sehari-hari Paitun masih mencari kayu-kayu untuk bahan bakar saat memasaknya. Paitun berjalan kaki keluar dari rumahnya biasanya sejak pagi hingga menjelang siang, atau bahkan bisa sampai sore.
"Jalan kaki nyari kayu, buat bahan tungku di dapur rumah. Nyari di tegalan (sawah dan kebun), pagi biasanya berangkat, kadang (pulang) siang jam 11, kadang sampai habis dhuhur," kata dia.
Bahkan biasanya pernah bibinya itu kembali keluar rumah mencari kayu, seusai salat dhuhur. Aktivitas itu dilakukannya setelah tak lagi bercocok tanam menjadi buruh tani di usianya yang sudah menginjak 92 tahun.
"Ya kalau dulu mburuh, buruh tani di sawah, ya padi, ya tebu, cuma karena sudah tua nggak dibolehin (lagi kerja), sekarang cari kayu itu, ya untuk kesibukannya, ngangkat kayu ya masih kuat," ujarnya.
Menurutnya, aktivitas Paitun mencari kayu tak bisa dilarangnya dan keluarganya. Apalagi aktivitas itu untuk membuat fisik Paitun sehat, dan bisa memberikan kesegaran di pikiran.
"Nggak pernah saya dan keluarga larang, keluar gitu jalan kaki, nyeker tanpa alas kaki nyari kayu, ya biar saja kan belajar, besok kan di sana (di Arab Saudi haji) juga harus banyak jalan. Saya biarkan saja," tegasnya.
Biasanya Paitun diceritakan Yuyun, mencari kayu di sejumlah perkebunan dan persawahan tak jauh dari rumahnya. Tapi karena ketika pulang biasanya memutar dan ingin berjalan-jalan, Paitun memutuskan pulang melalui jalan berbeda yang lebih jauh.
"Ya nyarinya di tegalan dekat, cuma pulangnya biasanya jauh, karena memutar. Itu jalan kaki, nggak pakai alas kaki. Sudah rutin dilakukannya ya hampir tiap hari," ujarnya.
Rumah Paitun dan Yuyun, keponakannya yang berhimpitan membuatnya tahu aktivitas sehari-hari Paitun. Memang sejak sang bibi bercerai dengan suaminya dan tidak punya anak, dia-lah dan beberapa keluarga dekatnya yang merawat Paitun.
"Ya sehari-hari di sini (rumahnya Paitun) sendiri, tapi kan rumah saya ini mepet, temboknya saja gandeng. Sering nengokin, makanya tahu aktivitasnya. Ya bibi ini ikut saya dan keluarga hitungannya," jelasnya.
Kedekatannya dengan Paitun, membuatnya sudah menganggap sebagai ibu sendiri, apalagi ibu Yuyun yang juga masih keluarga dekat dengan Paitun, telah meninggal dunia. Anaknya juga memiliki kedekatan dengan Paitun, dan telah dianggap sebagai cucunya sendiri.
"Ya di sini sama anak saya (tinggal), yang ngerameni ya anak saya itu, dianggap cucu sama bibi ini," ungkapnya.
Yuyun bersyukur, bibinya akhirnya mendapat panggilan ke Baitullah untuk berhaji. Sebab sebenarnya Paitun dijadwalkan berangkat bukan pada tahun 2024 ini. Bahkan ketika hendak berangkat kemarin, petugas kesehatan yang mengecek kesehatan Paitun juga nyaris tidak mengizinkan berangkat.
"Katanya pikun (pelupa), kan istithaah katanya, saya bilang bibi ini nggak pikun, kesehatannya juga normal. Semuanya normal, cuma memang punya lambung, makannya juga kadang nggak mau. Tapi Alhamdulillah ketika dicek-cek, akhirnya bisa berangkat," tandasnya.
Sekilas ditemui di rumah sederhananya, perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai pencari kayu ini memang masih terlihat sehat. Usia 92 tahun tak nampak dari sisi fisik badannya, bahkan sang perempuan yang hidup sendiri di rumahnya ini masih bisa mengangkat beban kayu.
Tapi ketika berkomunikasi dengan orang lain, barulah tampak Paitun terlihat kesulitan. Faktor usia yang renta membuatnya secara kesadaran berpikir mulai menurun, tapi ia masih memiliki ingatan kuat.
Yuyun Maslahah, selaku keponakan Paitun menyebut, bibinya itu memang mengalami kendala komunikasi dengan orang yang baru dikenal. Acap kali ada kesulitan saat diajak berkomunikasi, meskipun sebenarnya daya ingat Paitun tidak hilang.
"Fisik masih kuat, cuma memang kalau diajak berbicara dengan orang-orang yang baru dikenal itu agak susah, seperti nggak nyambung. Kalau fisik kuat, kemana-mana masih jalan kaki," ucap Yuyun Maslahah, menemani sang bibi di rumahnya pada Jumat (10/5/2024).
Yuyun menjelaskan, bila sehari-hari Paitun masih mencari kayu-kayu untuk bahan bakar saat memasaknya. Paitun berjalan kaki keluar dari rumahnya biasanya sejak pagi hingga menjelang siang, atau bahkan bisa sampai sore.
"Jalan kaki nyari kayu, buat bahan tungku di dapur rumah. Nyari di tegalan (sawah dan kebun), pagi biasanya berangkat, kadang (pulang) siang jam 11, kadang sampai habis dhuhur," kata dia.
Bahkan biasanya pernah bibinya itu kembali keluar rumah mencari kayu, seusai salat dhuhur. Aktivitas itu dilakukannya setelah tak lagi bercocok tanam menjadi buruh tani di usianya yang sudah menginjak 92 tahun.
"Ya kalau dulu mburuh, buruh tani di sawah, ya padi, ya tebu, cuma karena sudah tua nggak dibolehin (lagi kerja), sekarang cari kayu itu, ya untuk kesibukannya, ngangkat kayu ya masih kuat," ujarnya.
Menurutnya, aktivitas Paitun mencari kayu tak bisa dilarangnya dan keluarganya. Apalagi aktivitas itu untuk membuat fisik Paitun sehat, dan bisa memberikan kesegaran di pikiran.
"Nggak pernah saya dan keluarga larang, keluar gitu jalan kaki, nyeker tanpa alas kaki nyari kayu, ya biar saja kan belajar, besok kan di sana (di Arab Saudi haji) juga harus banyak jalan. Saya biarkan saja," tegasnya.
Biasanya Paitun diceritakan Yuyun, mencari kayu di sejumlah perkebunan dan persawahan tak jauh dari rumahnya. Tapi karena ketika pulang biasanya memutar dan ingin berjalan-jalan, Paitun memutuskan pulang melalui jalan berbeda yang lebih jauh.
"Ya nyarinya di tegalan dekat, cuma pulangnya biasanya jauh, karena memutar. Itu jalan kaki, nggak pakai alas kaki. Sudah rutin dilakukannya ya hampir tiap hari," ujarnya.
Rumah Paitun dan Yuyun, keponakannya yang berhimpitan membuatnya tahu aktivitas sehari-hari Paitun. Memang sejak sang bibi bercerai dengan suaminya dan tidak punya anak, dia-lah dan beberapa keluarga dekatnya yang merawat Paitun.
"Ya sehari-hari di sini (rumahnya Paitun) sendiri, tapi kan rumah saya ini mepet, temboknya saja gandeng. Sering nengokin, makanya tahu aktivitasnya. Ya bibi ini ikut saya dan keluarga hitungannya," jelasnya.
Kedekatannya dengan Paitun, membuatnya sudah menganggap sebagai ibu sendiri, apalagi ibu Yuyun yang juga masih keluarga dekat dengan Paitun, telah meninggal dunia. Anaknya juga memiliki kedekatan dengan Paitun, dan telah dianggap sebagai cucunya sendiri.
"Ya di sini sama anak saya (tinggal), yang ngerameni ya anak saya itu, dianggap cucu sama bibi ini," ungkapnya.
Yuyun bersyukur, bibinya akhirnya mendapat panggilan ke Baitullah untuk berhaji. Sebab sebenarnya Paitun dijadwalkan berangkat bukan pada tahun 2024 ini. Bahkan ketika hendak berangkat kemarin, petugas kesehatan yang mengecek kesehatan Paitun juga nyaris tidak mengizinkan berangkat.
"Katanya pikun (pelupa), kan istithaah katanya, saya bilang bibi ini nggak pikun, kesehatannya juga normal. Semuanya normal, cuma memang punya lambung, makannya juga kadang nggak mau. Tapi Alhamdulillah ketika dicek-cek, akhirnya bisa berangkat," tandasnya.
(shf)