Distribusi Apoteker di Indonesia Tak Merata, Lulusan STFI Didorong Mengabdi di Tanah Kelahiran
Sabtu, 27 April 2024 - 22:46 WIB
"Masalahnya itu, selain biaya hidup, sallary, dan akses. Kalau sallary besar, tapi Anda di Papua, kan belum tentu mau, kecuali warga asli. Kami mendorong lulusan, kalau asli Papua, balik ke Papua. Asal NTT kembali ke NTT," tutur dia.
"Alhamdulillahnya, 80 persen (apoteker lulusan STFI) balik ke daerah, walapun ada 20 persen yang kerja di Bandung atau Jakarta. Apoteker sangat mudah diserap pasar kerja. Kami melihat dari waktu tunggu lulusan kami (STFI) tidak pernah lebih dari tiga bulan setelah itu habis, langsung kerja. Kalau apoteker waktu tunggu lulusan satu bulan, S1 tiga bulan," ucap Adang Firmansyah.
Ketua STFI menyatakan, hari ini STFI menggelar pengukuhan dan pengambilan sumpah profesi apoteker. Sabanyak 82 apoteker baru dikukuhkan. Gelombang berikutnya lebih banyak, 120 apoteker. "Kegiatan ini rutin setahun dua kali," ujar Ketua STFI.
Dalam kegiatan ini, tutur Adang, STFI mengundang tiga organisasi profesi, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Farmasi Indonesia Bersatu (FIB), dengan Persatuan Apoteker Sejahtera Indonesia (PASI). Tiga organisasi itu memiliki SK Kemenkumham.
"Walaupun tiga, kami berharap melebur jadi satu. Dulunya ada satu sekarang dengan ketentuan baru, ada hak konstitusional dari pemerintah sehingga profesi bisa membuat beberapa organisasi keprofesian," tutur Adang.
Ketua STFI mengatakan, STFI sengaja menghadirkan tiga organisasi profesi tersebut, kami sosialisasi, ini lah wadah mereka (apoteker). Kalaupun tidak bisa kembali menjadi satu, diharapkan organisasi apoteker itu memiliki visi misi sama untuk kepentingan apoteker, bangsa, dan dunia kesehatan farmasi.
Ditanya tentang tantangan ke depan bagi profesi apoteker, Adang mengatakan, artificial intelegence (AI), kemajuan teknologi menjadi tantangan yang harus dihadapi. Seperti misalnya, informasi obat itu yang merupakan wilayah profesi dan keahlian apoteker, sekarang sudah bisa digantikan oleh aplikasi berteknologi AI.
"Nah itu wilayah kerja keapotekeran (terancam) tergerus. Walaupun sampai saat ini kami melihat dalam tren lima tahun terakhir, farmasi salah satu bidang yang relatif stabil. Serapan juga banyak, tapi kita harus punya kompetensi yang tidak tergantikan AI dan segala macam," ujarnya.
"Alhamdulillahnya, 80 persen (apoteker lulusan STFI) balik ke daerah, walapun ada 20 persen yang kerja di Bandung atau Jakarta. Apoteker sangat mudah diserap pasar kerja. Kami melihat dari waktu tunggu lulusan kami (STFI) tidak pernah lebih dari tiga bulan setelah itu habis, langsung kerja. Kalau apoteker waktu tunggu lulusan satu bulan, S1 tiga bulan," ucap Adang Firmansyah.
Ketua STFI menyatakan, hari ini STFI menggelar pengukuhan dan pengambilan sumpah profesi apoteker. Sabanyak 82 apoteker baru dikukuhkan. Gelombang berikutnya lebih banyak, 120 apoteker. "Kegiatan ini rutin setahun dua kali," ujar Ketua STFI.
Dalam kegiatan ini, tutur Adang, STFI mengundang tiga organisasi profesi, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Farmasi Indonesia Bersatu (FIB), dengan Persatuan Apoteker Sejahtera Indonesia (PASI). Tiga organisasi itu memiliki SK Kemenkumham.
"Walaupun tiga, kami berharap melebur jadi satu. Dulunya ada satu sekarang dengan ketentuan baru, ada hak konstitusional dari pemerintah sehingga profesi bisa membuat beberapa organisasi keprofesian," tutur Adang.
Ketua STFI mengatakan, STFI sengaja menghadirkan tiga organisasi profesi tersebut, kami sosialisasi, ini lah wadah mereka (apoteker). Kalaupun tidak bisa kembali menjadi satu, diharapkan organisasi apoteker itu memiliki visi misi sama untuk kepentingan apoteker, bangsa, dan dunia kesehatan farmasi.
Ditanya tentang tantangan ke depan bagi profesi apoteker, Adang mengatakan, artificial intelegence (AI), kemajuan teknologi menjadi tantangan yang harus dihadapi. Seperti misalnya, informasi obat itu yang merupakan wilayah profesi dan keahlian apoteker, sekarang sudah bisa digantikan oleh aplikasi berteknologi AI.
"Nah itu wilayah kerja keapotekeran (terancam) tergerus. Walaupun sampai saat ini kami melihat dalam tren lima tahun terakhir, farmasi salah satu bidang yang relatif stabil. Serapan juga banyak, tapi kita harus punya kompetensi yang tidak tergantikan AI dan segala macam," ujarnya.
(shf)
tulis komentar anda