Pakar Virologi UGM: Atasi COVID-19 Jangan Tergantung Vaksin

Selasa, 18 Agustus 2020 - 10:49 WIB
Pakar Virologi FKKMK UGM Mohamad Saifudin Hakim. Foto: Dok Humas UGM
YOGYAKARTA - Pakar virologi Fakultas Kedokteran Kesehata Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM , Mohamad Saifudin Hakim mengatakan pemerintah jangan hanya tergantung vaksin untuk mengatasi pandemi COVID-19 . Sebab wabah virus corona sebelumnya seperti SARS-CoV dan MERS-CoV berhasil dihentikan tanpa vaksin.

Karena itu pemerintah tetap harus melakukan berbagai upaya dalam mencgah persebaran COVID-19 ini secara maksimal. Termasuk tindakan pencegahan seperti isolasi kasus, contact tracing, karantina, memakai masker cuci tangan, dan karantina komunitas (lockdown) serta kedisiplinan masyarakat dalam menerakan protokol kesehatan sangat diperlukan.

“Vaksin bukan satu-satunya cara menghentikan pandemi COVID-19. Bahkan negara-negara yang sukses menahan laju peningkatan kasus COVID-19, seperti China sendiri, Korea Selatan, Selandia Baru dan Taiwan bisa menekan peningkatan kasus dengan upaya-upaya pencegahan penularan yang dilaksanakan dengan baik dan disiplin,” kata Hakim, Selasa (18/8/2020).



Hakim menjelaskan vaksin Sinovac yang saat ini masuk ke uji klinis fase 3 tidak menjamin bahwa uji klinisnya akan berhasil dan pasti akan efektif untuk digunakan. Apalagi banyak kandidat vaksin yang sudah menjalani uji fase 3 namun gagal karena ternyata terbukti tidak efektif. Selain itu, banyak penelitian menunjukkan bahwa antibodi yang terbentuk setelah infeksi SARS-CoV-2 secara alami ternyata tidak bertahan lama dan akan menghilang dalam 2-3 bulan.

“Jangan terburu-buru menyimpulkan bahwa vaksin yang sedang diuji klinis saat ini pasti akan efektif dan sudah pasti menjadi pilihan untuk diedarkan. Ini kesimpulan yang terlalu dini,” tandas dosen Departemen Mikrobilogi FKKMK UGM itu.(Baca juga : UGM Kembangkan Alat Radiografi Digital untuk Bantu Penanganan Covid-19 )

Hal lainnya yang harus menjadi perhatian, jika nantinya dari hasil ujicoba vaksin Sinovac berhasil dan dimasukkan ke dalam program imunisasi nasional. Maka Indonesia harus memproduksi sendiri. Sebab untuk kelanjutannya tergantung dengan ketersediaan vaksin tersebut.

“Tentu akan lebih mudah dipastikan jika kita mampu memproduksi vaksin sendiri, dibandingkan jika harus membeli dari luar negeri,” jelasnya.(Baca juga : UGM Ranking 1 Indonesia dan Peringkat 19 Kampus Terbaik Asia )
(nun)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content