Kisah Tipu Daya Raden Wijaya dan Pasukan Mongol Selepas Kehancuran Singasari
Minggu, 10 Maret 2024 - 08:28 WIB
Taktik pura-pura kembali dijalankan Raden Wijaya saat Pasukan Mongol datang. Pasukan Mongol dari Cina yang diberikan Tartar ini memang tengah mencari keberadaan Kerajaan Singasari, usai utusannya pernah diusir oleh Raja Kertanagara. Tapi sudah musnahnya Singasari, dimanfaatkan betul oleh Raden Wijaya, yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Singasari.
Pasukan Tartar ini yang nantinya juga jadi kekuatan tambahan untuk menyerang balik Jayakatwang, yang pernah menghancurkan Singasari. Pasukan ini bergabung dengan pasukan dari Madura, utusan Arya Wiraraja, yang terlebih dahulu mendarat untuk membuka Hutan Tarik, yang diberikan Jayakatwang ke Raden Wijaya.
Hutan inilah yang menjadi cikal bakal berkembangnya Kerajaan Majapahit. Kedatangan Pasukan Tar-tar dari Mongol China, mampu dimanfaatkan betul oleh Arya Wiraraja dan Raden Wijaya. Bahkan Arya Wiraraja di awal melobi secara khusus perihal hadiah putri cantik dari Daha, Kediri, kepada Mongol.
Hadiah itu sebagai bagian dari tanda persahabatan, apabila Daha, Kediri, berhasil ditaklukan. Surat itu disampaikan ke Raja Mongol melalui jasa pedagang Cina, yang kapalnya merapat di Jawa bagian timur, dikutip dari "Sandyakala di Timur Jawa (1042 - 1527 M) : Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Hindu dari Mataram Kuno II hingga Majapahit".
Singkat cerita ketika pasukan Tartar mendarat di Pulau Jawa, Ike Mese pemimpin armada pasukan membawa setengah dari pasukan kira-kira sebanyak 10.000 orang menuju Singasari. Selebihnya tetap di kapal dan akan melakukan perjalanan menggunakan jalur sungai untuk masuk ke tempat hang sama.
Akhirnya Panglima Tartar Ike Mese bertemu dengan Raden Wijaya. Momen itu menjadi hal yang dimanfaatkan betul oleh Raden Wijaya. Ia mengakui sebagai salah satu pewaris Singasari, yang menyatakan kedaulatan Mongol. Tapi skenario itu sekali lagi hanyalah pura-pura belaka.
Raden Wijaya menyampaikan bahwa Singasari sudah tiada, usai mendapat serangan dari Kerajaan Kediri di bawah kekuasaan Jayakatwang. Tahta Singasari saat ini direbut oleh Jayakatwang, sehingga atas bujuk rayu Raden Wijaya, mengajak Pasukan Tartar untuk menyerang Daha, Kediri.
Di sisi lain, penyataan Wijaya ini membuat para panglima Tartar kini lebih lega, karena mereka sudah mempunyai local friend, yang jelas akan banyak membantu menyelesaikan misi mereka di Jawa. Bahkan, tanpa prasangka curiga sedikit pun.
Sebagai seorang pelaut yang berpengalaman, Ike Mese, yang sebenarnya adalah Suku Uigur dari pedalaman Cina, bukan dari bangsa Mongol, mendahului untuk membina kerja sama dengan penguasa - penguasa lokal yang tidak setia kepada Jayakatwang.
Sementara itu, di perairan, Armada kapal Kerajaan Mongol selebihnya dipimpin langsung oleh Shih Pi memasuki Jawa dari arah Sungai Sedayu dan Kali Mas. Setelah mendarat di Jawa, ia menugaskan Ike Mese dan Kau Hsing untuk memimpin pasukan darat.
Pasukan Tartar ini yang nantinya juga jadi kekuatan tambahan untuk menyerang balik Jayakatwang, yang pernah menghancurkan Singasari. Pasukan ini bergabung dengan pasukan dari Madura, utusan Arya Wiraraja, yang terlebih dahulu mendarat untuk membuka Hutan Tarik, yang diberikan Jayakatwang ke Raden Wijaya.
Hutan inilah yang menjadi cikal bakal berkembangnya Kerajaan Majapahit. Kedatangan Pasukan Tar-tar dari Mongol China, mampu dimanfaatkan betul oleh Arya Wiraraja dan Raden Wijaya. Bahkan Arya Wiraraja di awal melobi secara khusus perihal hadiah putri cantik dari Daha, Kediri, kepada Mongol.
Hadiah itu sebagai bagian dari tanda persahabatan, apabila Daha, Kediri, berhasil ditaklukan. Surat itu disampaikan ke Raja Mongol melalui jasa pedagang Cina, yang kapalnya merapat di Jawa bagian timur, dikutip dari "Sandyakala di Timur Jawa (1042 - 1527 M) : Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Hindu dari Mataram Kuno II hingga Majapahit".
Singkat cerita ketika pasukan Tartar mendarat di Pulau Jawa, Ike Mese pemimpin armada pasukan membawa setengah dari pasukan kira-kira sebanyak 10.000 orang menuju Singasari. Selebihnya tetap di kapal dan akan melakukan perjalanan menggunakan jalur sungai untuk masuk ke tempat hang sama.
Akhirnya Panglima Tartar Ike Mese bertemu dengan Raden Wijaya. Momen itu menjadi hal yang dimanfaatkan betul oleh Raden Wijaya. Ia mengakui sebagai salah satu pewaris Singasari, yang menyatakan kedaulatan Mongol. Tapi skenario itu sekali lagi hanyalah pura-pura belaka.
Raden Wijaya menyampaikan bahwa Singasari sudah tiada, usai mendapat serangan dari Kerajaan Kediri di bawah kekuasaan Jayakatwang. Tahta Singasari saat ini direbut oleh Jayakatwang, sehingga atas bujuk rayu Raden Wijaya, mengajak Pasukan Tartar untuk menyerang Daha, Kediri.
Di sisi lain, penyataan Wijaya ini membuat para panglima Tartar kini lebih lega, karena mereka sudah mempunyai local friend, yang jelas akan banyak membantu menyelesaikan misi mereka di Jawa. Bahkan, tanpa prasangka curiga sedikit pun.
Sebagai seorang pelaut yang berpengalaman, Ike Mese, yang sebenarnya adalah Suku Uigur dari pedalaman Cina, bukan dari bangsa Mongol, mendahului untuk membina kerja sama dengan penguasa - penguasa lokal yang tidak setia kepada Jayakatwang.
Sementara itu, di perairan, Armada kapal Kerajaan Mongol selebihnya dipimpin langsung oleh Shih Pi memasuki Jawa dari arah Sungai Sedayu dan Kali Mas. Setelah mendarat di Jawa, ia menugaskan Ike Mese dan Kau Hsing untuk memimpin pasukan darat.
(hri)
tulis komentar anda