Menkes Jerman Sebut Vaksin COVID-19 Buatan Rusia Berbahaya
Kamis, 13 Agustus 2020 - 11:39 WIB
BERLIN - Vaksin COVID-19 yang diproduksi Rusia disebut berbahaya karena tidak melalui uji coba fase 3.
"Bisa berbahaya untuk mulai memvaksinasi jutaan, jika bukan milyaran, orang terlalu dini karena itu bisa mematikan penerimaan vaksinasi jika terjadi kesalahan, jadi saya sangat skeptis tentang apa yang terjadi di Rusia ," tukas Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn kepada stasiun radio Jerman Deutschlandfunk.
"Saya akan senang jika kami memiliki vaksin awal yang bagus, tetapi berdasarkan semua yang kami ketahui - dan itulah masalah mendasar, yaitu bahwa Rusia tidak memberi tahu kami banyak-vaksin ini belum cukup diuji," katanya seperti dikutip dari Business Insider, Kamis (13/8/2020). Baca : Membludak, Pesanan Vaksin COVID-19 Rusia Capai Angka 1 Miliar Dosis
Pernyataan Spahn menegaskan pernyataan Dr. Anthony Fauci, ahli penyakit menular Amerika Serikat (AS), yang mengatakan dia "sangat meragukan" bahwa Moskow telah mengembangkan vaksin yang aman dan efektif yang siap digunakan.
Namun, vaksin tersebut belum menyelesaikan uji coba fase 3, yang dianggap penting dalam mendemonstrasikan keamanan dan kemanjuran vaksin serta biasanya diselesaikan sebelum persetujuan regulasi diberikan.
Putin menegaskan vaksin itu telah diuji sepenuhnya. "Saya tahu ini bekerja cukup efektif, membentuk kekebalan yang kuat, dan, saya ulangi, sudah melewati semua pemeriksaan yang diperlukan," katanya, Selasa.
Dia menambahkan bahwa salah satu putrinya telah diinokulasi dengan suntikan pengobatan dan merasa sehat. Namun peringatan yang dikeluarkan oleh orang-orang seperti Fauci dan Spahn menggarisbawahi kekhawatiran bahwa Rusia telah mengambil jalan pintas untuk mencetak poin melawan rival geopolitik mereka. Vaksin itu bahkan disebut "Sputnik V," merujuk pada satelit yang dikirim Uni Soviet ke luar angkasa sebelum AS meluncurkannya.
"Jika kami ingin mengambil risiko melukai banyak orang atau memberi mereka sesuatu yang tidak berhasil, kami dapat mulai melakukan ini, Anda tahu, minggu depan jika kami mau - tapi bukan itu cara kerjanya," ujarnya sembari mengungkapkan bahwa AS memiliki banyak vaksin dalam pengembangan. Baca Juga : Siapakah Penerima Pertama Vaksin COVID-19? Dilema Global AS
Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa lalu mengatakan pemerintahnya telah memberikan persetujuan regulasi untuk vaksin virus Corona pertama di dunia dan berharap untuk segera memulai produksi massal.
"Bisa berbahaya untuk mulai memvaksinasi jutaan, jika bukan milyaran, orang terlalu dini karena itu bisa mematikan penerimaan vaksinasi jika terjadi kesalahan, jadi saya sangat skeptis tentang apa yang terjadi di Rusia ," tukas Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn kepada stasiun radio Jerman Deutschlandfunk.
"Saya akan senang jika kami memiliki vaksin awal yang bagus, tetapi berdasarkan semua yang kami ketahui - dan itulah masalah mendasar, yaitu bahwa Rusia tidak memberi tahu kami banyak-vaksin ini belum cukup diuji," katanya seperti dikutip dari Business Insider, Kamis (13/8/2020). Baca : Membludak, Pesanan Vaksin COVID-19 Rusia Capai Angka 1 Miliar Dosis
Pernyataan Spahn menegaskan pernyataan Dr. Anthony Fauci, ahli penyakit menular Amerika Serikat (AS), yang mengatakan dia "sangat meragukan" bahwa Moskow telah mengembangkan vaksin yang aman dan efektif yang siap digunakan.
Namun, vaksin tersebut belum menyelesaikan uji coba fase 3, yang dianggap penting dalam mendemonstrasikan keamanan dan kemanjuran vaksin serta biasanya diselesaikan sebelum persetujuan regulasi diberikan.
Putin menegaskan vaksin itu telah diuji sepenuhnya. "Saya tahu ini bekerja cukup efektif, membentuk kekebalan yang kuat, dan, saya ulangi, sudah melewati semua pemeriksaan yang diperlukan," katanya, Selasa.
Dia menambahkan bahwa salah satu putrinya telah diinokulasi dengan suntikan pengobatan dan merasa sehat. Namun peringatan yang dikeluarkan oleh orang-orang seperti Fauci dan Spahn menggarisbawahi kekhawatiran bahwa Rusia telah mengambil jalan pintas untuk mencetak poin melawan rival geopolitik mereka. Vaksin itu bahkan disebut "Sputnik V," merujuk pada satelit yang dikirim Uni Soviet ke luar angkasa sebelum AS meluncurkannya.
"Jika kami ingin mengambil risiko melukai banyak orang atau memberi mereka sesuatu yang tidak berhasil, kami dapat mulai melakukan ini, Anda tahu, minggu depan jika kami mau - tapi bukan itu cara kerjanya," ujarnya sembari mengungkapkan bahwa AS memiliki banyak vaksin dalam pengembangan. Baca Juga : Siapakah Penerima Pertama Vaksin COVID-19? Dilema Global AS
Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa lalu mengatakan pemerintahnya telah memberikan persetujuan regulasi untuk vaksin virus Corona pertama di dunia dan berharap untuk segera memulai produksi massal.
(sri)
tulis komentar anda