Kisah Oei Tiong Ham, Raja Gula Nusantara Crazy Rich Pertama Asia Tenggara

Sabtu, 28 Oktober 2023 - 07:08 WIB
Pada 1900, Oei Tjie Sien meninggal dunia di Landhuis Penggiling (Distrik Simongan) pada usia 65 tahun. Sepeninggalnya Oei Tjie Sien, bisnis Kian Gwan yang berarti Sumber Semua Kebahagiaan dilanjutkan oleh anaknya Oei Tiong Ham.



Di tangan Oei Tiong Ham, bisnis Kian Gwan tumbuh sangat pesat. Bisnis utama Kian Gwan saat itu adalah gula, selain karet, kapuk randu, kopi, tepung tepioka, lada, jagung kacang tanah, buah jarak, dan minyak sereh.

Dengan bantuan uang tunai sebesar USD300.000,00 dari seorang tua berkebangsaan Jerman, bekas konsul Jerman di Hindia Belanda, Oei Tiong Ham mengirim pegawainya orang Belanda dan China ke pabrik-pabrik di Eropa.

Langkah Oei Tiong Ham mengirim para pekerjanya ke Eropa untuk mempelajari bagaimana cara menjalankan dan memperbaiki mesin-mesin baru dan metode produksi baru. Pengiriman tenaga ahli ke luar ini dia lakukan secara periodik.

Hasilnya, pabrik gula milik Kian Gwan menjadi pabrik modern pertama di Hindia Belanda. Saat itu, Oei Tiog Ham telah menjadi pengusaha paling kaya di Hindia Belanda dan Asia yang sangat disegani dunia.



Sejumlah surat kabar yang terbit saat itu, seperti De Locomotief di Semarang, Java Bode, Nieuws van den Dag di Batavia, dan Soerabaiasch Handelsblad menulis Oei Tiong Ham sebagai The Richest man between Shanghai and Australia.

Tidak banyak yang tahu, bahwa pada 1921 Oei Tiong Ham membayar kerugian perang Belanda dari keuntungan bisnisnya hingga 35 juta gulden. Pembayaran itu dilakukan dengan menggunakan cek yang ditarik dari Javasche Bank.

Tidak hanya itu, dia juga diminta untuk membayar pajak penghasilan lain oleh Pemerintah Kolonial Belanda selama masa perang yang dianggap sebagai pajak ganda penghasilan. Tetapi dia menolak dan akhirnya memilih kabur ke Singapura.

Di Singapura, Oei Tiong Ham dikenal sebagai juragan tanah. Hingga tahun 1924, tanah milik Oei Tiong Ham telah mencapai seperempat luas Kepulauan Singapura. Selain tanah-tanah, Oei Tiong Ham juga memiliki banyak rumah-rumah.



Hingga hari ini, sebagai penghargaan terhadapnya ada satu nama jalan yang memakai nama Oei Tiong Ham. Tempat itu adalah Oei Tiong Ham Park yang letaknya di samping Jalan Raya Holland Road yang menjurus ke daerah Industri Jurong.

Selama menetap di Singapura, Oei Tiong Ham menjadi orang yang sangat dermawan. Dia menyumbang 150 Straits Dollar kepada Malayan University, dan USD40.000 kepada Joseph School yang memiliki sekolah rendah hingga setingkat HBS.

Lima tahun sebelum kematiannya, Oei Tiong Ham mendirikan Bank Vereeniging Oei Tiong Ham dengan modal 4 juta rupiah Hindia Belanda. Setelah perang dunia pertama pada 1919, modalnya yang terhitung lima pabrik gula mencapai 40 juta gulden penuh.

Sejak sukses memimpin Kian Gwan, sejak 1900-1924, kekayaan Mayor Oei Tiong Ham ditaksir mencapai 200 juta gulden. Dari jumlah itu, setengah adalah uang kontan, termasuk uang yang didepositokan ke bank-bank.



Oei Tiong Ham diketahui memiliki delapan orang istri dan 26 orang anak. Seluruh kekayaannya diwariskan kepada semua anak-anaknya sesuai dengan wasiat yang ditulis sendiri olehnya sebelum meninggal dunia.

Kendati ditinggal pergi Oei Tiong Ham, bisnis Kian Gwan yang berkembang menjadi Bank Vereeniging Oei Tiong Ham, pabrik gula Oei Tiong Ham, perusahaan kapal Heap Eng Moh, NV Midden Java Veem, Soen Bie Kongsi dan lainnya tetap berjalan.

Jika pada perang dunia pertama membawa dampak yang sangat menguntungkan bagi Kian Gwan dengan naiknya harga gula, maka pada perang dunia kedua membawa badai yang merontokkan bisnis Kian Gwan satu persatu hingga kehancurannya.

Tidak bisanya Kian Gwan atau Oei Tiong Ham Concern beradaptasi dengan gelora revolusi yang tengah pecah di Indonesia, membuat perusahaan dagang raksasa ini digulung sejarah. Pada 10 Juli 1961, seluruh aset Oei Tiong Ham Concern disita.

Penyitaan seluruh aset Oei Tiong Ham Concern berlangsung saat Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan resmi untuk menasionalisasi semua perusahaan Belanda. Namun pernyitaan itu lebih diartikan sebagai perebutan paksa.

Dalam satu wawancara, salah satu pewaris binis Oei Tiong Ham Concern, yakni Oei Tjong Ie menyatakan, penyitaan itu akibat peran dirinya dalam aksi penyelundupan kopra dari Sulawesi dan kasus pengadilan melawan pemerintah Indonesia di Belanda.

Dalam pengadilan itu, pihaknya mengaku menang dan berhasil menyelamatkan tas surat saham yang diblokir di Javasche Bank. Di luar itu, dia melihat adanya kebijakan Oei Tiong Ham Concern yang salah dalam menilai situasi di Indonesia.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More