Kisah Syekh Magelung Sakti, Panglima Perang Mesir Penakluk Hati Nyi Mas Gandasari
Sabtu, 21 Oktober 2023 - 06:10 WIB
Konon sejak dilahirkan ke alam dunia, rambut Syarif Syam memang sudah tidak bisa dipotong oleh sejenis benda tajam apapun.Sehingga pada usia 30 tahun, Syarif Syam diambil Istana Mesir untuk menjadi panglima perang dalam mengalahkan pasukan Romawi dan Tartar.
Dari sinilah namanya mulai masyhur di kalangan masyarakat luas sebagai panglima perang sakti di antara para prajurit perang yang ada sebelumnya.Betapa tidak, kepiawaian panglima perang bisa terlihat saat mengatur strategi perang serta keandalannya memainkan pedang.
Bahkan cakap menggunakan tombak serta ketepatan dalam memanah.Berbeda dengan Syarif Syam yang akhimya dikenal dengan sebutan Panglima Mohammad Syam Magelung Sakti, jika dia mengibaskan rambut panjang dan keras mirip kawat baja ke arah musuh-musuhnya.
Akibatnya sudah dapat diduga, para musuh tak ada yang berani mendekat, dan lari pontang-panting karenanya. Sampai usia 32 tahun, selama 12 tahun kemasyhurannya sebagai sosok panglima perang berambut sakti itu benar-benar tak tertandingi.
Hingga usia 34 tahun dia mendapat petunjuk, yang mengharuskannya mencari guru sebagai pembimbingnya yang juga dapat memotong rambutnya. Tanpa pertimbangan, dia langsung meninggalkan istana raja Mesir yang saat itu benar-benar amat membutuhkan tenaganya.
Dengan perbekalan secukupnya dan berteman ratusan kitab, Syarif Syam mulai mengarungi belahan dunia menggunakan jukung (sejenis perahu kecil bercadik).Dalam perjalanan ini, dia mulai singgah mendatangi beberapa ulama terkenal untuk menerimanya sebagai murid.
Di antaranya Syeikh Dzatul Ulum di Libanon, Syeikh Attijani di Yaman bagian Selatan, Syeikh Qowi bin Subhan bin Arsy di Beirut, Syeikh Assamargondi bin Zubair bin Hasan India, Syeikh Muaiwiyyah As- Salam, Malaita, Syeikh Mahmud.
Kemudian Yarussalem, Syeikh Zakariyya bin Salam bin Zaab Tunisia, Syeikh Marwan bin Sofyan Siddrul Muta’alim, Campa, dan masih banyak yang lainnya. Tapi, walau begitu banyak para waliyulloh yang didatangi, tak satupun di antara mereka yang sanggup memotong rambutnya.
Dari sinilah namanya mulai masyhur di kalangan masyarakat luas sebagai panglima perang sakti di antara para prajurit perang yang ada sebelumnya.Betapa tidak, kepiawaian panglima perang bisa terlihat saat mengatur strategi perang serta keandalannya memainkan pedang.
Bahkan cakap menggunakan tombak serta ketepatan dalam memanah.Berbeda dengan Syarif Syam yang akhimya dikenal dengan sebutan Panglima Mohammad Syam Magelung Sakti, jika dia mengibaskan rambut panjang dan keras mirip kawat baja ke arah musuh-musuhnya.
Akibatnya sudah dapat diduga, para musuh tak ada yang berani mendekat, dan lari pontang-panting karenanya. Sampai usia 32 tahun, selama 12 tahun kemasyhurannya sebagai sosok panglima perang berambut sakti itu benar-benar tak tertandingi.
Hingga usia 34 tahun dia mendapat petunjuk, yang mengharuskannya mencari guru sebagai pembimbingnya yang juga dapat memotong rambutnya. Tanpa pertimbangan, dia langsung meninggalkan istana raja Mesir yang saat itu benar-benar amat membutuhkan tenaganya.
Dengan perbekalan secukupnya dan berteman ratusan kitab, Syarif Syam mulai mengarungi belahan dunia menggunakan jukung (sejenis perahu kecil bercadik).Dalam perjalanan ini, dia mulai singgah mendatangi beberapa ulama terkenal untuk menerimanya sebagai murid.
Di antaranya Syeikh Dzatul Ulum di Libanon, Syeikh Attijani di Yaman bagian Selatan, Syeikh Qowi bin Subhan bin Arsy di Beirut, Syeikh Assamargondi bin Zubair bin Hasan India, Syeikh Muaiwiyyah As- Salam, Malaita, Syeikh Mahmud.
Kemudian Yarussalem, Syeikh Zakariyya bin Salam bin Zaab Tunisia, Syeikh Marwan bin Sofyan Siddrul Muta’alim, Campa, dan masih banyak yang lainnya. Tapi, walau begitu banyak para waliyulloh yang didatangi, tak satupun di antara mereka yang sanggup memotong rambutnya.
tulis komentar anda