Kisah Perang Bubat antara Majapahit dengan Sunda di Lapangan Ibu Kota
Senin, 03 Juli 2023 - 07:20 WIB
Keberadaan Bubat juga dikuatkan oleh Catatan Perjalanan Bujangga Manik. Pada catatannya Bujangga Manik diketahui pernah mengunjungi ibu kota Kerajaan Majapahit.
Lapangan Bubat yang disebutnya menjadi petunjuk kuat keberadaan dirinya sesudah melewati empat daerah selepas dari Kali Brantas. Selepas Jombang, ia berjalan ke timur hingga mencapai Trowulan Di sana, ia tinggal di Bubat.
Dari Bubat, Bujangga Manik berjalan menuju Manguntur. Di wilayah kotaraja Majapahit, ia mencatat nama-nama Darma Anar, Karang Kajraman, Karang Jaka, dan Palintahan.
Dari nama-nama itu, hanya Palintahan yang memiliki petunjuk sebagai Plintahan, nama wilayah di tenggara Gunung Pananggungan atau sering disebut dengan Pawitra.
Selepas Gunung Pananggungan, Bujangga Manik berjalan menuju Gunung Brahma atau kini disebut Gunung Bromo. Sebelum mencapai Lesan, ia berjalan ke arah Gending atau kini sebelah timur Probolinggo.
Di antara dua daerah ini, ia menyeberangi Ci-Rabut Wahangan (Kali Pinangan). Dari sini, ia melanjutkan perjalanan menuju Gunung Arum (Gunung Ringgit) yang terletak di sebelah barat Panarukan di lurah (daerah) Telaga Wurung, Gunung Ijen, dan Gunung Raung.
Setelah melewati Raung, Bujangga Manik sampai di Balungbungan (Blambangan atau Banyuwangi) yang semula berupa bandar laut cukup besar. Ia berlayar menuju Bali.
Dari Bali, ia kembali ke Jawa, dengan jung anjang 25 depa dan lebar 8 depa, ia berlayar dari Jawa ke Palembang dan Parayaman.
Nahkodanya bernama Belasagara. Turun di Blambangan, resi itu menuju Padangalun, Gunung Watangan atau ebelah timur Puger atau dekat Pulau Nusa Barung, Sarampon, Sadeng, dan Kenep.
Lapangan Bubat yang disebutnya menjadi petunjuk kuat keberadaan dirinya sesudah melewati empat daerah selepas dari Kali Brantas. Selepas Jombang, ia berjalan ke timur hingga mencapai Trowulan Di sana, ia tinggal di Bubat.
Dari Bubat, Bujangga Manik berjalan menuju Manguntur. Di wilayah kotaraja Majapahit, ia mencatat nama-nama Darma Anar, Karang Kajraman, Karang Jaka, dan Palintahan.
Dari nama-nama itu, hanya Palintahan yang memiliki petunjuk sebagai Plintahan, nama wilayah di tenggara Gunung Pananggungan atau sering disebut dengan Pawitra.
Selepas Gunung Pananggungan, Bujangga Manik berjalan menuju Gunung Brahma atau kini disebut Gunung Bromo. Sebelum mencapai Lesan, ia berjalan ke arah Gending atau kini sebelah timur Probolinggo.
Di antara dua daerah ini, ia menyeberangi Ci-Rabut Wahangan (Kali Pinangan). Dari sini, ia melanjutkan perjalanan menuju Gunung Arum (Gunung Ringgit) yang terletak di sebelah barat Panarukan di lurah (daerah) Telaga Wurung, Gunung Ijen, dan Gunung Raung.
Setelah melewati Raung, Bujangga Manik sampai di Balungbungan (Blambangan atau Banyuwangi) yang semula berupa bandar laut cukup besar. Ia berlayar menuju Bali.
Dari Bali, ia kembali ke Jawa, dengan jung anjang 25 depa dan lebar 8 depa, ia berlayar dari Jawa ke Palembang dan Parayaman.
Nahkodanya bernama Belasagara. Turun di Blambangan, resi itu menuju Padangalun, Gunung Watangan atau ebelah timur Puger atau dekat Pulau Nusa Barung, Sarampon, Sadeng, dan Kenep.
tulis komentar anda