Pengguna Digital Harus Pahami Ciri-ciri Informasi Hoaks Biar Tidak Tertipu
Sabtu, 17 Juni 2023 - 22:43 WIB
PANDEGLANG - Salah satu konten negatif yang dampaknya sangat membahayakan pengguna internet adalah hoaks. Agar tidak terjebak informasi hoaks, pengguna internet harus mengenal atau memahami ciri-ciri informasi hoaks.
Plt. Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Pandeglang R. Goenara Daradjat mengatakan, ciri-ciri informasi hoaks antara lain, informasinya menciptakan kecemasan, kebencian, dan permusuhan. Lalu, sumber informasi biasanya tidak jelas, isi pesan memihak, dan tidak ada klarifikasi.
”Ciri lain, biasanya mencatut tokoh berpengaruh, judul provokatif tak sesuai isi," kata Goenara dalam diskusi literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Yayasan Sahabat Nurani Banten, di Desa Dahu, Kecamatan Cikedal, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Sabtu (17/6/2023) sore.
Selain itu, lanjut dia, pernyataan narasumber dipelintir untuk menyembunyikan fakta. "Lalu, minta dibagikan ulang (diviralkan), dan bersumber dari media abal-abal dengan alamat dan penanggung jawab tidak jelas,” kata Goenara.
Menurut Goenara, untuk menangkal informasi hoaks, dibutuhkan sikap kritis yang membuat pengguna bisa memahami serta memilah informasi. "Dengan itu ekosistem digital Indonesia tidak makin dibanjiri informasi hoaks,” ujarnya.
Dalam diskusi luring bertajuk 'Kebal Hoaks: Ayo Jadi Netizen Kritis' itu, Goenara mengakui, hoaks sangat berbahaya dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab, hoaks memanfaatkan fanatisme seseorang dengan mengatasnamakan ideologi, agama maupun suara rakyat. ”Hoaks seperti itu berpotensi memecah belah bangsa,” imbuhnya.
Data media sosial periode 2018-2022 yang dihimpun Kemenkominfo , ditemukan ada 9.546 hoaks yang tersebar di berbagai platform media sosial. "Hoaks menyebar di media sosial (92 persen), aplikasi percakapan (62 persen), dan 34 persen tersebar di situs web," tambahnya.
Sementara itu, dari perspektif kecakapan digital, tutor PJJ Ilmu Komunikasi Universitas Pelita Harapan (UPH) Herman Purba mengatakan, penyebab masyarakat mudah percaya pada hoaks karena sering hanya berpatokan kepada judul berita atau informasi untuk menarik sebuah kesimpulan.
”Selain itu, malas berpikir dan melakukan verifikasi atas informasi yang diterima, percaya pada satu sumber, mudah percaya pada informasi yang terhubung dengan perasaan (emosional), dan pada informasi yang ’viral’ di media sosial,” jelas Herman Purba.
Menurut influencer Ana Livian, selain hoaks, dalam dunia digital juga banyak ditemukan kejahatan digital berupa penipuan, bullying, phising, scam, dan kekerasan seksual. Untuk menghindarinya, dia mengimbau pengguna digital tidak merespons email yang meminta data pribadi.
”Cermati halaman yang diakses, pastikan halaman tersebut terverifikasi dan aman, tidak membagikan kode OTP, rahasiakan password dan username semua jenis akun. Lalu, buat password yang sulit, selalu melindungi data pribadi, dan waspada Love Scamming di Dating Apps,” urai Ana.
Lihat Juga: Pilkada Kota Sukabumi, Pasangan Serasi Fahmi-Dida Hadirkan Kampanye yang Sejuk dan Membahagikan Masyarakat
Plt. Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Pandeglang R. Goenara Daradjat mengatakan, ciri-ciri informasi hoaks antara lain, informasinya menciptakan kecemasan, kebencian, dan permusuhan. Lalu, sumber informasi biasanya tidak jelas, isi pesan memihak, dan tidak ada klarifikasi.
Baca Juga
”Ciri lain, biasanya mencatut tokoh berpengaruh, judul provokatif tak sesuai isi," kata Goenara dalam diskusi literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Yayasan Sahabat Nurani Banten, di Desa Dahu, Kecamatan Cikedal, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Sabtu (17/6/2023) sore.
Selain itu, lanjut dia, pernyataan narasumber dipelintir untuk menyembunyikan fakta. "Lalu, minta dibagikan ulang (diviralkan), dan bersumber dari media abal-abal dengan alamat dan penanggung jawab tidak jelas,” kata Goenara.
Menurut Goenara, untuk menangkal informasi hoaks, dibutuhkan sikap kritis yang membuat pengguna bisa memahami serta memilah informasi. "Dengan itu ekosistem digital Indonesia tidak makin dibanjiri informasi hoaks,” ujarnya.
Dalam diskusi luring bertajuk 'Kebal Hoaks: Ayo Jadi Netizen Kritis' itu, Goenara mengakui, hoaks sangat berbahaya dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab, hoaks memanfaatkan fanatisme seseorang dengan mengatasnamakan ideologi, agama maupun suara rakyat. ”Hoaks seperti itu berpotensi memecah belah bangsa,” imbuhnya.
Data media sosial periode 2018-2022 yang dihimpun Kemenkominfo , ditemukan ada 9.546 hoaks yang tersebar di berbagai platform media sosial. "Hoaks menyebar di media sosial (92 persen), aplikasi percakapan (62 persen), dan 34 persen tersebar di situs web," tambahnya.
Baca Juga
Sementara itu, dari perspektif kecakapan digital, tutor PJJ Ilmu Komunikasi Universitas Pelita Harapan (UPH) Herman Purba mengatakan, penyebab masyarakat mudah percaya pada hoaks karena sering hanya berpatokan kepada judul berita atau informasi untuk menarik sebuah kesimpulan.
”Selain itu, malas berpikir dan melakukan verifikasi atas informasi yang diterima, percaya pada satu sumber, mudah percaya pada informasi yang terhubung dengan perasaan (emosional), dan pada informasi yang ’viral’ di media sosial,” jelas Herman Purba.
Menurut influencer Ana Livian, selain hoaks, dalam dunia digital juga banyak ditemukan kejahatan digital berupa penipuan, bullying, phising, scam, dan kekerasan seksual. Untuk menghindarinya, dia mengimbau pengguna digital tidak merespons email yang meminta data pribadi.
”Cermati halaman yang diakses, pastikan halaman tersebut terverifikasi dan aman, tidak membagikan kode OTP, rahasiakan password dan username semua jenis akun. Lalu, buat password yang sulit, selalu melindungi data pribadi, dan waspada Love Scamming di Dating Apps,” urai Ana.
Lihat Juga: Pilkada Kota Sukabumi, Pasangan Serasi Fahmi-Dida Hadirkan Kampanye yang Sejuk dan Membahagikan Masyarakat
(don)
tulis komentar anda