Loji Gandrung, Jamuan Makan Presiden Soekarno dan Gatotkaca Gandrung (2-Habis)

Sabtu, 25 Juli 2020 - 05:17 WIB
Bangunan utama Loji Gandrung di Jalan Slamet Riyadi, Laweyan, Solo tampak dari depan. Foto/SINDOnews/Ary Wahyu Wibowo
Nama Loji Gandrung ada yang menyebut muncul di era kemerdekaan, saat Presiden Soekarno sering datang dan menginap di Kota Solo . Bung Karno menggelar jamuan makan malam dan menghendaki adanya penampilan tari Gatotkaca Gandrung yang dimainkan oleh tokoh wayang orang Sriwedari.

Begitu seringnya penampilan tari Gatokaca Gandrung tampil saat Bung Karno menginap di Loji itu, kemudian masyarakat menyebutnya sebagai Loji Gandrung. Salah satu ruang yang dipakai tidur Bung Karno tersebut dikenal dengan sebutan Ruang Soekarno. (Baca juga: Loji Gandrung, Perjalanan Sejarah dan Simbol Kekuasaan di Solo (Bagian-1))



Versi lainnya, nama Loji Gandrung dipahami khalayak dikarenakan kegiatan kalangan elit Eropa yang diwarnai dengan pesta makan, minum dan berdansa. Sehingga menyerupai orang yang sedang “gandrung” atau adegan jatuh cinta dalam kajian seni pertunjukan tradisional Jawa. Jika diartikan secara harafiah nama Loji (rumah kolonial) Gandrung (bersenang senang). Kegemaran orang-orang Eropa khususnya dari kalangan pengusaha dan profesional swasta untuk melakukan pesta-pesta seperti ini merebak sejak awal abad ke-20.

Setelah kebijakan liberalisasi ekonomi kolonial Belanda yang memungkinkan banyak modal asing masuk dalam industri perkebunan di Indonesia. Mengingat perkembangan tersebut, kemungkinan besar Loji Gandrung baru mendapatkan sebutan, dan bahkan mungkin bentuknya yang sekarang ini pada masa awal abad ke-20. Dilihat dari sisi arsitekturnya, Loji Gandrung merupakan bangunan Indis yang memiliki nuansa Neo-klasik Eropa yang cukup megah. (Baca juga: Pilwalkot Solo, PDIP Akhirnya Pilih Anak Jokowi)





Oleh sebab itu, dapat diperkirakan pembangunan Loji Gandrung ini berlangsung di masa keemasan Keluarga Dezentje pertengahan hingga akhir abad XIX. Setelah sepeninggal Keluarga Dezentje, kemungkinan Loji Gandrung diambil alih oleh pemilik lain atau Pemerintah Kolonial Belanda atau Kasunanan Surakarta, mengingat adanya kebangkrutan dari keluarga tersebut. Pada masa berikutnya, yakni masa Kemerdekaan RI, ketika nasionalisasi bangunan kolonial, bangunan Loji Gandrung digunakan untuk kepentingan militer RI.

Peristiwa penting yang terjadi di Loji Gandrung adalah bangunan ini pernah digunakan Kolonel Gatot Subroto sebagai markas untuk menyusun strategi melawan Belanda pada Agresi Militer II (1948-1949). Kolonel Gatot Subroto merupakan gubernur militer untuk wilayah Daerah Istimewa Surakarta dan sekitarnya. Selain itu, Loji Gandrung juga pernah menjadi markas Militer Brigade V yang dipimpin Letkol Slamet Riyadi ketika terjadi Serangan Umum Solo pada 1949.

Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More