Tradisi Bakar Batu, Merajut Kasih dalam Perbedaan di Tanah Papua
Minggu, 21 Mei 2023 - 09:20 WIB
JAYAPURA - Tradisi bakar batu atau Barapen adalah sudah turun temurun dilakukan masyarakat Pegunungan Papua. Tradisi ini khususnya di wilayah adat Me Pago dan La Pago wilayah yang saat ini menjadi Provinsi Papua Pegunungan dan Papua Pengunungan Tengah.
Tradisi ini dilakukan dalam berbagai momen, utamanya dijadikan pesta bertanda kerukunan atau jalanan persahabatan. Mulai prosesi damai pasca perang suku atau dalam acara formal syukuran atas pengukuhan ketokohan atau lainnya.
Bakar batu kerap dilakukan dengan memasak daging babi atau dalam bahasa masyarakat pegunungan disebut wam.
Berbeda dari kebanyakan, masyarakat di Distrik Welesi, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan Tengah yang mayoritas warganya memeluk Islam memasak daging ayam dalam tradisi Bakar Batu. Tentu ini menyangkut akidah atas perintah agama untuk tidak memakan daging babi.
Baca juga: Buron Interpol Kanada Dijebloskan ke Tahanan Polda Bali
Bagi umat muslim Welesi (Walesi), tradisi tidak boleh ditinggalkan, melainkan harus tetap dipegang teguh sebagai wujud pelestarian budaya leluhur dimanapun mereka berada.
Seperti dilakukan pada perayaan Halal Bihalal Ikatan Keluarga Wilayah Welesi (IKWW), Sabtu (20/5/2023). Ratusan ekor ayam dan umbi dimasak dalam acara rutin yang digelar saat perayaan hari raya. Selain komunitas IKWW turut hadir dalam halal bihalal itu adalah Forum Zakat (FUZ) Pusat dan Provinsi Papua.
Puluhan warga berkumpul termasuk organisasi amil zakat yang tergabung dalam FUZ Papua. Pantauan media ini, acara persiapan dimulai sejak pagi. Warga bergotong royong mempersiapak sarana yang akan digunakan, mulai mengumpulkan Batu kali, membuat lubang ditanah hingga mempersiapkan sayur- sayurannya dan membersihkan ayam yang akan dimasak.
Tradisi bakar batu memang tradisi yang menjunjung tinggi kebersamaan, lantaran butuh banyak tenaga untuk memasak. Mulai persiapan hingga penyajian.
Tradisi ini dilakukan dalam berbagai momen, utamanya dijadikan pesta bertanda kerukunan atau jalanan persahabatan. Mulai prosesi damai pasca perang suku atau dalam acara formal syukuran atas pengukuhan ketokohan atau lainnya.
Bakar batu kerap dilakukan dengan memasak daging babi atau dalam bahasa masyarakat pegunungan disebut wam.
Berbeda dari kebanyakan, masyarakat di Distrik Welesi, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan Tengah yang mayoritas warganya memeluk Islam memasak daging ayam dalam tradisi Bakar Batu. Tentu ini menyangkut akidah atas perintah agama untuk tidak memakan daging babi.
Baca juga: Buron Interpol Kanada Dijebloskan ke Tahanan Polda Bali
Bagi umat muslim Welesi (Walesi), tradisi tidak boleh ditinggalkan, melainkan harus tetap dipegang teguh sebagai wujud pelestarian budaya leluhur dimanapun mereka berada.
Seperti dilakukan pada perayaan Halal Bihalal Ikatan Keluarga Wilayah Welesi (IKWW), Sabtu (20/5/2023). Ratusan ekor ayam dan umbi dimasak dalam acara rutin yang digelar saat perayaan hari raya. Selain komunitas IKWW turut hadir dalam halal bihalal itu adalah Forum Zakat (FUZ) Pusat dan Provinsi Papua.
Puluhan warga berkumpul termasuk organisasi amil zakat yang tergabung dalam FUZ Papua. Pantauan media ini, acara persiapan dimulai sejak pagi. Warga bergotong royong mempersiapak sarana yang akan digunakan, mulai mengumpulkan Batu kali, membuat lubang ditanah hingga mempersiapkan sayur- sayurannya dan membersihkan ayam yang akan dimasak.
Tradisi bakar batu memang tradisi yang menjunjung tinggi kebersamaan, lantaran butuh banyak tenaga untuk memasak. Mulai persiapan hingga penyajian.
Lihat Juga :
tulis komentar anda