Mula Malurung, Prasasti Raja Singasari yang Tak Cantumkan Nama Ken Arok

Sabtu, 11 Februari 2023 - 05:00 WIB
Lempengan pertama berisi perintah Kertanagara untuk menerbitkan prasasti sebagai piagam pengesahan anugerah Bhatara Parameswara dan Seminingrat, sebagai penguasa Jawa.

Lempengan ketiga berisi pengabdian Pranaraja terhadap raja-raja sebelumnya. Kertanagara disebut sebagai putra Seminingrat dan Waning Hyun. Waning Hyun adalah putri Parameswara. Pengganti Parameswara adalah Guningbhaya lalu Tohjaya. Sepeninggal Tohjaya, Seminingrat menyatukan kembali kerajaan Tumapel.

Lempengan kelima berisi kesetiaan Pranaraja terhadap Seminingrat. Juga berisi puji-pujian untuk Seminingrat.

Lempengan ketujuh berisi lanjutan nama-nama raja bawahan yang diangkat Seminingrat, antara lain Kertanagara di Kadiri dan Jayakatwang di Gelang-Gelang.

Lempengan kedelapan berisi ungkapan terima kasih para abdi yang dipimpin Ramapati atas anugerah raja.

Lempengan kesembilan berisi anugerah untuk Pranaraja adalah desa Mula dan desa Malurung. Disebutkan pula bahwa Seminingrat adalah cucu Bhatara Siwa pendiri kerajaan.

Lempengan kesepuluh berisi perintah Seminingrat melalui Ramapati supaya Kertanagara mengesahkan anugerah tersebut untuk Pranaraja.

Ken Arok dan Singasari

Kerajaan Singasari pecah akibat perseturuan antara Daha yang dikenal Kediri dengan Tumapel. Intrik perang saudara di internal Kerajaan Tumapel juga melanggengkan pecahnya Singasari.

Berawal dari terbunuhnya Ken Arok atau Sri Rajasa Sang Amurwabhumi pada 1227, Kerajaan Tumapel akhirnya pecah menjadi dua. Daha yang menjadi kota kedua setelah Kutaraja Ibu kota Tumapel menjadi pembelot ke Tumapel.

Dikisahkan Slamet Muljana dalam buku "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit", saat itu Daha di bawah kekuasaan Bhatara Parameswara atau Mahisa Wonga Teleng tak mau tunduk kepada Tumapel yang dipimpin oleh Anusapati.

Bahkan saudara-saudara Mahisa Wonga Teleng atau Bhatara Parameswara juga turut membelot dan membela Mahisa Wonga Teleng. Prasasti Mula Malurung menyatakan, Guning Bhaya dan Tohjaya, kemudian berturut-turut menggantikan Mahisa Wonga Teleng.

Sepeninggal Tohjaya yang berkuasa di Kediri, kedua kerajaan ini akhirnya berhasil disatukan oleh Sri Jayawisnuwardhana Sang Mapanji Seminingrat sejak 19 September 1248. Konon, penyatuan kedua kerajaan ini dibantu oleh Mahisa Cempaka dan Ranggawuni yang dalam Pararaton ternyata sebagai Sang Pamegat di Ranu Kebayan.(Diolah dari berbagai sumber)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More