Anak Berkebutuhan Khusus Pamer Kemampuan
A
A
A
BATU - Luar biasa. Begitulah sanjungan yang layak diberikan kepada delapan anak berkebutuhan khusus yang berkolaborasi menggelar pameran seni rupa di gedung kesenian Mbatu Aji, Kota Batu.
Karya-karya mereka tidak kalah dengan anakanak sehat atau seniman lukis lain yang lebih senior. Pameran ini mulai berlangsung Jumat- Minggu (1-3/5) sore. Kedelapan anak yang memamerkan karya seninya antara lain Pandji, Afgan, Ivan Agung, dan Laila Khanza. Pembukaan pameran lukisan yang diprakarsai komunitas Griya Anak Istimewa Kita (Griya Anita) Kota Batu ini dilakukan Ketua Tim Penggerak PKK Kota Batu Dewanti Rumpoko.
“Pameran karya seni lukis dari anak-anak ini sebenarnya mau kami gelar 2 April lalu, bertepatan dengan Hari Anak Autis. Tapi, persiapannya kurang matang sehingga baru bisa kami gelar Jumat pagi,” ungkap Koordinator Griya Anita, Dyah Raniayu. Menurut Dyah, yang mendasari diselenggarakannya pameran seni lukis ini antara lain ingin menunjukkan kepedulian terhadap penyandang ABK di Kota Batu yang selama ini kurang memiliki ruang untuk berekspresi.
Ke depannya, Griya Anita akan mendirikan rumah singgah bagi anak-anak jalanan yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya. “Untuk saat ini, konsentrasi kami mengembangkan kreativitas anak-anak berkebu-tuhan khusus. Di Kota Batu, kirakira ada 50-60 anak yang belum bergabung dengan kami,” ungkap dia.
Dari 32 karya seni rupa yang dipamerkan di Gedung Kesenian Kota Batu itu kemarin berjudul Abstraksi , Doraemon , Penganten Digendong , Bakat Terpendam , Jerapah dan Burung, Rumah di Bawah Gunung, serta masih banyak lagi lainnya. Delapan anak berkebutuhan khusus yang mengikuti pameran berusia mulai 6-14 tahun.
Mereka ada yang menderita tunarungu, autis, tunagrahita, gangguan konsentrasi, hiperaktif, dan disleksia. Guru seni rupa dari Sanggar LukisKreatifdiDusunCaru Desa Pendem Kecamatan Junrejo, Heripoer mengatakan, karya seni rupa dari anak-anak berkebutuhan khusus ini sangat bagus dan indah.
Goresan tintanya tidak kalah dengan seniman senior. Menurut Haripoer, mengajari siswa berkebutuhan khusus membutuhkan ketekunan dan keterampilan khusus. Sebab, masing-masing anak memiliki karakter berbeda. Tapi, rata-rata sulit konsentrasi.
Maman adi saputro
Karya-karya mereka tidak kalah dengan anakanak sehat atau seniman lukis lain yang lebih senior. Pameran ini mulai berlangsung Jumat- Minggu (1-3/5) sore. Kedelapan anak yang memamerkan karya seninya antara lain Pandji, Afgan, Ivan Agung, dan Laila Khanza. Pembukaan pameran lukisan yang diprakarsai komunitas Griya Anak Istimewa Kita (Griya Anita) Kota Batu ini dilakukan Ketua Tim Penggerak PKK Kota Batu Dewanti Rumpoko.
“Pameran karya seni lukis dari anak-anak ini sebenarnya mau kami gelar 2 April lalu, bertepatan dengan Hari Anak Autis. Tapi, persiapannya kurang matang sehingga baru bisa kami gelar Jumat pagi,” ungkap Koordinator Griya Anita, Dyah Raniayu. Menurut Dyah, yang mendasari diselenggarakannya pameran seni lukis ini antara lain ingin menunjukkan kepedulian terhadap penyandang ABK di Kota Batu yang selama ini kurang memiliki ruang untuk berekspresi.
Ke depannya, Griya Anita akan mendirikan rumah singgah bagi anak-anak jalanan yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya. “Untuk saat ini, konsentrasi kami mengembangkan kreativitas anak-anak berkebu-tuhan khusus. Di Kota Batu, kirakira ada 50-60 anak yang belum bergabung dengan kami,” ungkap dia.
Dari 32 karya seni rupa yang dipamerkan di Gedung Kesenian Kota Batu itu kemarin berjudul Abstraksi , Doraemon , Penganten Digendong , Bakat Terpendam , Jerapah dan Burung, Rumah di Bawah Gunung, serta masih banyak lagi lainnya. Delapan anak berkebutuhan khusus yang mengikuti pameran berusia mulai 6-14 tahun.
Mereka ada yang menderita tunarungu, autis, tunagrahita, gangguan konsentrasi, hiperaktif, dan disleksia. Guru seni rupa dari Sanggar LukisKreatifdiDusunCaru Desa Pendem Kecamatan Junrejo, Heripoer mengatakan, karya seni rupa dari anak-anak berkebutuhan khusus ini sangat bagus dan indah.
Goresan tintanya tidak kalah dengan seniman senior. Menurut Haripoer, mengajari siswa berkebutuhan khusus membutuhkan ketekunan dan keterampilan khusus. Sebab, masing-masing anak memiliki karakter berbeda. Tapi, rata-rata sulit konsentrasi.
Maman adi saputro
(ars)