Ciptakan Toxo Kit untuk Deteksi Dini Virus Toxoplasma
A
A
A
Rasa waswas kerap menghantui ibu hamil. Mereka khawatir terjangkit virus toxoplasmosis yang identik dengan kucing. Itu membuat banyak ibu hamil meminta surat pengantar tes ke laboratorium.
Tujuannya untuk melakukan pencegahan dini agar bayi yang dilahirkan kelak tidak ada masalah akibat virus tersebut. Salah satu dampaknya, bayi lahir dengan hydrochepalus. Toxoplasmosis merupakan salah satu zoonosis , yaitu penyakit dari hewan yang dapat menular pada manusia. Penyakit toxoplasmosis tersebar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dan dapat menyerang semua mamalia dan unggas.
Salah satu hewan yang berperan utama dalam penyebaran penyakit toxoplasmosis adalah kucing. Perkembangan toxoplasmosis di usus kucing menghasilkan ookista yang keluar bersama feses (kotoran) dan dapat mencemari lingkungan dan menjadi sumber penularan karena dapat mengontaminasi bahan makanan dan air minum. Toxoplasmasis itu berakibat fatal apabila menjangkiti ibu hamil atau ternak bunting.
”Toksoplasma ini berpotensi menyerang siapa saja, baik lakilaki atau perempuan, semua mamalia, bangsa burung. Tapi potensi paling besar adalah mereka yang berhubungan atau terkontaminasi dengan tanah, seperti pada babi. Tikus itu juga pembawa karena di tempat kotor. Tikus menularkan ke kucing,” tutur Prof Dr Lucia Tri Suwanti MP drh seusai dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang ilmu parasitologi dan ilmu penyakit parasiter pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga (Unair), kemarin. Untuk menanggulangi dan mencegah efek buruk toxoplasmosis , Lucia bersama timnya mengembangkan alat pendeteksi toxoplasmosis bernama Toxo Kit .
Alat Toxo Kit memiliki keunggulan untuk dapat mendeteksi toxoplasmosis dalam waktu 15 menit dengan menggunakan sampel serum. Saat ini perempuan kelahiran Klaten itu juga berencana mengembangkan Toxo Kit dengan menggunakan urine dan air liur sebagai sampel.
”Keunggulan yang kami produksi adalah bisa mendeteksi toxooplasmosis dengan cepat hanya 15 menit. Selama ini tes ini ada butuh dua hari. Kemudian juga butuh peralatan canggih. Toxo Kit ini cukup dibaca dengan mata telanjang dan murah. Sampelnya masih pakai serum. Tapi nanti akan dikembangkan dengan menggunakan urine, dan air liur, agar mereka bisa melakukan tes sendiri seperti test pack untuk kehamilan itu,” ungkap perempuan kelahiran 28 Agustus 1962 tersebut.
Selain Toxo Kit , Lucia juga sedang mengembangkan telur ayam anti-toxoplasmosis . Prinsip dari teknologi ini adalah pembuatan antibodi melalui kuning telur ayam. Ayam diimunisasi dengan antigen toxoplasmosis , dan ayam akan merespons dengan membentuk antibodi yang dapat ditransfer ke dalam kuning telur.
”Kami baru menguji praklinik pada mencit. Ini bisa menurunkan angka kejadiannya. Tapi, ini masih dalam pengembangan. Tetapi itu akan lebih murah karena untuk pencegahan. Kita produksi antibodi melalui ayam karena dia setiap hari bertelur. Sehingga ini baik dikonsumsi untuk ibu-ibu muda yang sebelum hamil untuk mengonsumsi itu. Karena kalau dia mendapatkan infeksi itu pada saat kehamilan, itu yang berbahaya,” imbuh Lucia yang menyampaikan orasi ilmiah berjudul Peran Dokter Hewan dalam Pengendalian Toxoplasmosis melalui Pengembangan Kit Diagnostik dan Imunoterapi.
”Toxo Kit ini akan diproduksi massal. Sudah ada perusahaan farmasi yang berminat memproduksi. Cuma sementara ini masih dalam tahap perbincangan,” pungkas Lucia seraya menyebut salah satu pabrikan obat.
Soeprayitno
Surabaya
Tujuannya untuk melakukan pencegahan dini agar bayi yang dilahirkan kelak tidak ada masalah akibat virus tersebut. Salah satu dampaknya, bayi lahir dengan hydrochepalus. Toxoplasmosis merupakan salah satu zoonosis , yaitu penyakit dari hewan yang dapat menular pada manusia. Penyakit toxoplasmosis tersebar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dan dapat menyerang semua mamalia dan unggas.
Salah satu hewan yang berperan utama dalam penyebaran penyakit toxoplasmosis adalah kucing. Perkembangan toxoplasmosis di usus kucing menghasilkan ookista yang keluar bersama feses (kotoran) dan dapat mencemari lingkungan dan menjadi sumber penularan karena dapat mengontaminasi bahan makanan dan air minum. Toxoplasmasis itu berakibat fatal apabila menjangkiti ibu hamil atau ternak bunting.
”Toksoplasma ini berpotensi menyerang siapa saja, baik lakilaki atau perempuan, semua mamalia, bangsa burung. Tapi potensi paling besar adalah mereka yang berhubungan atau terkontaminasi dengan tanah, seperti pada babi. Tikus itu juga pembawa karena di tempat kotor. Tikus menularkan ke kucing,” tutur Prof Dr Lucia Tri Suwanti MP drh seusai dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang ilmu parasitologi dan ilmu penyakit parasiter pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga (Unair), kemarin. Untuk menanggulangi dan mencegah efek buruk toxoplasmosis , Lucia bersama timnya mengembangkan alat pendeteksi toxoplasmosis bernama Toxo Kit .
Alat Toxo Kit memiliki keunggulan untuk dapat mendeteksi toxoplasmosis dalam waktu 15 menit dengan menggunakan sampel serum. Saat ini perempuan kelahiran Klaten itu juga berencana mengembangkan Toxo Kit dengan menggunakan urine dan air liur sebagai sampel.
”Keunggulan yang kami produksi adalah bisa mendeteksi toxooplasmosis dengan cepat hanya 15 menit. Selama ini tes ini ada butuh dua hari. Kemudian juga butuh peralatan canggih. Toxo Kit ini cukup dibaca dengan mata telanjang dan murah. Sampelnya masih pakai serum. Tapi nanti akan dikembangkan dengan menggunakan urine, dan air liur, agar mereka bisa melakukan tes sendiri seperti test pack untuk kehamilan itu,” ungkap perempuan kelahiran 28 Agustus 1962 tersebut.
Selain Toxo Kit , Lucia juga sedang mengembangkan telur ayam anti-toxoplasmosis . Prinsip dari teknologi ini adalah pembuatan antibodi melalui kuning telur ayam. Ayam diimunisasi dengan antigen toxoplasmosis , dan ayam akan merespons dengan membentuk antibodi yang dapat ditransfer ke dalam kuning telur.
”Kami baru menguji praklinik pada mencit. Ini bisa menurunkan angka kejadiannya. Tapi, ini masih dalam pengembangan. Tetapi itu akan lebih murah karena untuk pencegahan. Kita produksi antibodi melalui ayam karena dia setiap hari bertelur. Sehingga ini baik dikonsumsi untuk ibu-ibu muda yang sebelum hamil untuk mengonsumsi itu. Karena kalau dia mendapatkan infeksi itu pada saat kehamilan, itu yang berbahaya,” imbuh Lucia yang menyampaikan orasi ilmiah berjudul Peran Dokter Hewan dalam Pengendalian Toxoplasmosis melalui Pengembangan Kit Diagnostik dan Imunoterapi.
”Toxo Kit ini akan diproduksi massal. Sudah ada perusahaan farmasi yang berminat memproduksi. Cuma sementara ini masih dalam tahap perbincangan,” pungkas Lucia seraya menyebut salah satu pabrikan obat.
Soeprayitno
Surabaya
(ars)