Pembangunan Sentra PKL Rp8 Miliar Dinilai Sia-sia
A
A
A
SURABAYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya setiap tahun terus menambah jumlah sentra pedagang kaki lima (PKL).
Tahun ini ada delapan sentra PKL yang akan dibangun dengan alokasi anggaran Rp8 miliar. Sayangnya, penambahan jumlah sentra PKL itu dinilai kalangan DPRD sebagai langkah keliru. Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya M Machmud mengatakan, saat ini Pemkot sangat gencar membangun sentra PKL. Hampir setiap sudut kota bisa saja dibangun sentra yang khusus menampung pelaku usaha mikro.
Namun, dia menilai, Pemkot lalai dalam meningkatkan dan mengoptimalkan sentra PKL yang sudah ada. “Selama ini Pemkot mengklaim telah berhasil memberdayakan PKL. Indikatornya mereka banyak membangun sentra PKL. Tapi mana sentra PKL yang bisa berkembang dengan baik. Banyak sentra PKL yang sudah dibangun itu mati suri,” katanya.
Politikus Partai Demokrat ini meminta Pemkot tidak hanya fokus pada penambahan jumlah sentra PKL. Menurut dia, yang paling mendesak saat ini adalah optimalisasi sentra PKL yang sudah ada. Misalnya sentra PKL yang mati suri itu harus dihidupkan lagi.
“Kalau cuma membangun sentra PKL dan tidak terurus itu kan sama saja dengan membuang anggaran. Percuma anggaran besar, tapi ternyata sentra PKL-nya tidak hidup. Ini harus menjadi perhatian serius, jangan hanya bicara penyerapan anggaran,” paparnya.
Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya, terdapat tujuh dari 50 sentra PKL yang terancam gulung tikar. Hal ini disebabkan jumlah pedagang yang berjualan mengalami penyusutan. Begitu pula dengan kunjungan konsumen yang setiap tahun terus berkurang.
Tujuh sentra PKL yang dalam keadaan sekarat itu berada di Surabaya barat, yakni di Sumberejo, Kandangan, Lidah Wetan, Pakal, Sememi. Sisanya di Jalan Urip Sumoharjo dan Ampel. Rata-rata sentra PKL ini menyediakan 40 stan. Dari jumlah tersebut, yang terisi hanya sekitar 10-15 stan. “Saya tetap diminta terus membangun sentra PKL. Tinggal mencari lokasi yang strategis,” kata Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya Hadi Mulyono.
Terkait sentra PKL yang sepi pengunjung, pihaknya akan terus melakukan pembinaan. Hasilnya, saat ini sudah ada tiga sentra PKL di Lidah wetan, Kandangan, dan Sememi yang mulai ramai. Dalam pembinaan ini, pihaknya mengumpulkan tokoh masyarakat, LKMK, RT dan RW, serta para pedagangnya untuk menyamakan persepsi.
Menyamakan persepsi tentang pemberdayaan ekonomi dan teknis berdagang supaya laris. Pelayanan yang baik pada pembeli, misalnya keamanan parkir. Jangan sampai pembeli tidak tenang saat makan karena khawatir kendaraannya tidak aman.
“Untuk omzet sentra PKL yang paling tinggi di antaranya di Taman Bungkul, Gayungan (masjid Al Akbar), Taman Prestasi, Indrapura, Wiyung, Ketabangkali, Karah, dan Manukan. Per hari bisa mencapai Rp30 juta,” ujar Hadi.
Lukman hakim
Tahun ini ada delapan sentra PKL yang akan dibangun dengan alokasi anggaran Rp8 miliar. Sayangnya, penambahan jumlah sentra PKL itu dinilai kalangan DPRD sebagai langkah keliru. Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya M Machmud mengatakan, saat ini Pemkot sangat gencar membangun sentra PKL. Hampir setiap sudut kota bisa saja dibangun sentra yang khusus menampung pelaku usaha mikro.
Namun, dia menilai, Pemkot lalai dalam meningkatkan dan mengoptimalkan sentra PKL yang sudah ada. “Selama ini Pemkot mengklaim telah berhasil memberdayakan PKL. Indikatornya mereka banyak membangun sentra PKL. Tapi mana sentra PKL yang bisa berkembang dengan baik. Banyak sentra PKL yang sudah dibangun itu mati suri,” katanya.
Politikus Partai Demokrat ini meminta Pemkot tidak hanya fokus pada penambahan jumlah sentra PKL. Menurut dia, yang paling mendesak saat ini adalah optimalisasi sentra PKL yang sudah ada. Misalnya sentra PKL yang mati suri itu harus dihidupkan lagi.
“Kalau cuma membangun sentra PKL dan tidak terurus itu kan sama saja dengan membuang anggaran. Percuma anggaran besar, tapi ternyata sentra PKL-nya tidak hidup. Ini harus menjadi perhatian serius, jangan hanya bicara penyerapan anggaran,” paparnya.
Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya, terdapat tujuh dari 50 sentra PKL yang terancam gulung tikar. Hal ini disebabkan jumlah pedagang yang berjualan mengalami penyusutan. Begitu pula dengan kunjungan konsumen yang setiap tahun terus berkurang.
Tujuh sentra PKL yang dalam keadaan sekarat itu berada di Surabaya barat, yakni di Sumberejo, Kandangan, Lidah Wetan, Pakal, Sememi. Sisanya di Jalan Urip Sumoharjo dan Ampel. Rata-rata sentra PKL ini menyediakan 40 stan. Dari jumlah tersebut, yang terisi hanya sekitar 10-15 stan. “Saya tetap diminta terus membangun sentra PKL. Tinggal mencari lokasi yang strategis,” kata Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya Hadi Mulyono.
Terkait sentra PKL yang sepi pengunjung, pihaknya akan terus melakukan pembinaan. Hasilnya, saat ini sudah ada tiga sentra PKL di Lidah wetan, Kandangan, dan Sememi yang mulai ramai. Dalam pembinaan ini, pihaknya mengumpulkan tokoh masyarakat, LKMK, RT dan RW, serta para pedagangnya untuk menyamakan persepsi.
Menyamakan persepsi tentang pemberdayaan ekonomi dan teknis berdagang supaya laris. Pelayanan yang baik pada pembeli, misalnya keamanan parkir. Jangan sampai pembeli tidak tenang saat makan karena khawatir kendaraannya tidak aman.
“Untuk omzet sentra PKL yang paling tinggi di antaranya di Taman Bungkul, Gayungan (masjid Al Akbar), Taman Prestasi, Indrapura, Wiyung, Ketabangkali, Karah, dan Manukan. Per hari bisa mencapai Rp30 juta,” ujar Hadi.
Lukman hakim
(ftr)