Disambati Petani Gula, Menteri Rini Menangis
A
A
A
JEMBER - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno meneteskan air mata saat disambati petani gula tentang kondisi industri gula di Tanah Air. Rini mengaku sedih dan prihatin terhadap petani gula saat ini.
Rini Soemarno kemarin datangkeKecamatanTanggulJember untuk bertemu petani tebu. Rini yang datang terlambat sekitar lima jam itu mendapat keluhan dari petani tebu soal menjamurnya pabrik gula rafinasi. Petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengeluhkan tumbuhnya pabrik gula rafinasi di Indonesia kepada Rini Sumarno saat acara silaturahmi petani tebu di Padepokan Arum Sabil, Kecamatan Tanggul, kemarin.
Ketua APTRI Arum Sabil mengatakan, saat ini jumlah pabrik gula rafinasi di Indonesia berkembang mencapai 11 unit. “Padahal, awalnya pada 1999 hanya empat unit. Tidak hanya itu, produksi pabrik gula rafinasi saat ini mencapai 5 juta ton per tahun. Lebih parah lagi, gula rafinasi yang awalnya diperuntukkan industri makanan dan minuman saat ini sudah masuk ke pasar.
Akibatnya, gula milik petani tebu tidak laku di pasaran,” tandas Arum. Menanggapi persoalan itu, Menteri BUMN Rini Soemarno terlihat sedih dan air matanya mengalir. Rini menangis karena mengingat gejolak pergulaan nasional yang terjadi pada 2001 ketika menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian pada masa itu. “Kondisi sekarang hampir mirip seperti 2001.
Terus terang saya sedih karena kondisi sekarang lebih berat karena pabrik gula rafinasi jumlahnya sudah mencapai 11 buah dengan produksi 5 juta ton,” kata Rini. Selain itu, kini Indonesia dihadapkan pada Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dengan produk negara asing yang bisa keluar masuk dengan bebas. Pesaing terbesar adalah Thailand yang biaya pokok produksi (BPP)-nya hanya Rp6.500 per kg dan itu sudah sampai dikirim ke Indonesia.
Rini juga meminta agar petani tetap bersemangat untuk tetap menanam tebu karena pemerintah saat ini berusaha memperbaiki kondisi pabrik gula agar lebih efisien dan bisa menghasilkan produk sampingan. “Yang penting sekarang adalah bagaimana PG milik negara dan petani tebu tetap hidup. Saya yakin pada 2019 harus bisa swasembada gula,” tandasnya.
P juliatmoko
Rini Soemarno kemarin datangkeKecamatanTanggulJember untuk bertemu petani tebu. Rini yang datang terlambat sekitar lima jam itu mendapat keluhan dari petani tebu soal menjamurnya pabrik gula rafinasi. Petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengeluhkan tumbuhnya pabrik gula rafinasi di Indonesia kepada Rini Sumarno saat acara silaturahmi petani tebu di Padepokan Arum Sabil, Kecamatan Tanggul, kemarin.
Ketua APTRI Arum Sabil mengatakan, saat ini jumlah pabrik gula rafinasi di Indonesia berkembang mencapai 11 unit. “Padahal, awalnya pada 1999 hanya empat unit. Tidak hanya itu, produksi pabrik gula rafinasi saat ini mencapai 5 juta ton per tahun. Lebih parah lagi, gula rafinasi yang awalnya diperuntukkan industri makanan dan minuman saat ini sudah masuk ke pasar.
Akibatnya, gula milik petani tebu tidak laku di pasaran,” tandas Arum. Menanggapi persoalan itu, Menteri BUMN Rini Soemarno terlihat sedih dan air matanya mengalir. Rini menangis karena mengingat gejolak pergulaan nasional yang terjadi pada 2001 ketika menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian pada masa itu. “Kondisi sekarang hampir mirip seperti 2001.
Terus terang saya sedih karena kondisi sekarang lebih berat karena pabrik gula rafinasi jumlahnya sudah mencapai 11 buah dengan produksi 5 juta ton,” kata Rini. Selain itu, kini Indonesia dihadapkan pada Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dengan produk negara asing yang bisa keluar masuk dengan bebas. Pesaing terbesar adalah Thailand yang biaya pokok produksi (BPP)-nya hanya Rp6.500 per kg dan itu sudah sampai dikirim ke Indonesia.
Rini juga meminta agar petani tetap bersemangat untuk tetap menanam tebu karena pemerintah saat ini berusaha memperbaiki kondisi pabrik gula agar lebih efisien dan bisa menghasilkan produk sampingan. “Yang penting sekarang adalah bagaimana PG milik negara dan petani tebu tetap hidup. Saya yakin pada 2019 harus bisa swasembada gula,” tandasnya.
P juliatmoko
(bbg)