Bayi Kembar Siam Akhirnya Meninggal
A
A
A
SURABAYA - Setelah dirawat intensif selama 15 hari di Ruang NICU RSUD dr Soetomo, bayi kembar siam asal Sidoarjo tersebut meninggal dunia kemarin. Kepala Tim Bayi Kembar Siam RSUD dr. Soetomo, dr. Agus Harianto SpA (K) mengungkapkan, bayi kembar siam dempet dada dan perut atau thoracoabdominal mengalami gagal fungsi multiorgan.
Sebelumnya kondisi ini sudah diprediksi karena bayi kembar siam tersebut hanya mempunyai satu jantung. Meski begitu, pihak rumah sakit terus memberi perawatan terbaik dengan harapan kondisi sang bayi stabil. Sayangnya, bayi tersebut tidak mampu bertahan hingga kondisinya menurun. Pada pukul 3.45 WIB ditandai dengan turunnya heart rate pada bayi Rahmi 1 turun menjadi 60 per menir, sedangkan bayi Rahmi 2 turun menjadi 40 per menit.
”Kondisinya dipantau terus, tetapi pagi kemarin terus turun dan meninggal pada pukul 4.45 WIB untuk bayi Rahmi 2 dan disusul lima menit kemudian untuk Rahmi 1,” ujarnya saat dijumpai seusai menyerahkan jenazah bayi kepada orang tuanya. Secara keseluruhan, kata dia, bayi kembar siam itu meninggal akibat gagal multifungsi organ. Selain itu, memang kondisi dempet cermin atau jantung hanya satu sehingga digunakan untuk dua bayi jarang yang mampu bertahan lama.
Bayi kembar siam berjenis kelamin perempuan ini selama dirawat juga tidak stabil karena kondisinya naik turun. Apalagi kondisi jantung bayi sebelumnya mengalami kebocoran atau kelainan jantung bawaan. ”Selama dirawat, saya tidak pernah mengatakan kondisinya membaik karena hanya naik turun saja dan kondisi seperti itu belum bisa dikatakan stabil. Ternyata pagi tadi kondisinya terus turun hingga akhirnya meninggal,” ungkapnya.
Meninggalnya bayi kembar siam asal Sidoarjo ini merupakan bayi terakhir yang dirawat di RS Soetomo. Sementara beberapa bayi kembar siam lainnya sudah pulang karena kondisinya stabil. Di antara mereka ada yang berhasil dipisahkan, namun ada pula tidak bisa. Sementara keluarga bayi kembar siam tampak sedih, apalagi sebelumnya sempat syok dengan kondisi putrinya tersebut.
Meski tidak mau diwawancara, tetapi saat menerima jenazah anaknya, ER, ayah bayi kembar siam ini, menunjukkan wajah pasrah dan mengucapkan terima kasih kepada pihak rumah sakit yang selama ini merawat bayinya. Seusai diserahkan oleh pihak rumah sakit yang diwakili dokter Agus, kedua bayi ini langsung dibawa pulang untuk dimakamkan di makamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dusun Kauman, Desa Pekauman, Kecamatan/Kabupaten Sidoarjo.
Pihak keluarga sepakat jika jenazah bayi kembar itu dimakamkan dalam satu liang yang tak jauh dari makam kakeknya di Dusun Kauman, Desa Pekauman, Kecamatan Sidoarjo. ”Kami ikhlas menerima kenyataan ini,” kata Rahmi seusai pemakaman. Rahmi mengaku tahu jika bayi yang dikandungnya kembar saat berusia tujuh bulan. Sebagai orang tua, dia mengaku senang karena dianugerahi anak kembar.
Saat periksa ke dokter tidak diberitahu jika kondisi bayi yang dikandung adalah kembar siam. Proses kelahiran dilakukan caesar di RS Jasem berjalan lancar. Namun, dokter mengatakan jika kondisi bayinya kembar siam, maka disitulah Rahmi dan suaminya kaget. Meski demikian, mereka berharap anak ketiganya itu masih bisa tertolong. Agar mendapat perawatan intensif, bayi kembar itu kemudian dirujuk ke RSU Dr Soetomo, Surabaya.
Mamik wijayanti/ abdul rouf
Sebelumnya kondisi ini sudah diprediksi karena bayi kembar siam tersebut hanya mempunyai satu jantung. Meski begitu, pihak rumah sakit terus memberi perawatan terbaik dengan harapan kondisi sang bayi stabil. Sayangnya, bayi tersebut tidak mampu bertahan hingga kondisinya menurun. Pada pukul 3.45 WIB ditandai dengan turunnya heart rate pada bayi Rahmi 1 turun menjadi 60 per menir, sedangkan bayi Rahmi 2 turun menjadi 40 per menit.
”Kondisinya dipantau terus, tetapi pagi kemarin terus turun dan meninggal pada pukul 4.45 WIB untuk bayi Rahmi 2 dan disusul lima menit kemudian untuk Rahmi 1,” ujarnya saat dijumpai seusai menyerahkan jenazah bayi kepada orang tuanya. Secara keseluruhan, kata dia, bayi kembar siam itu meninggal akibat gagal multifungsi organ. Selain itu, memang kondisi dempet cermin atau jantung hanya satu sehingga digunakan untuk dua bayi jarang yang mampu bertahan lama.
Bayi kembar siam berjenis kelamin perempuan ini selama dirawat juga tidak stabil karena kondisinya naik turun. Apalagi kondisi jantung bayi sebelumnya mengalami kebocoran atau kelainan jantung bawaan. ”Selama dirawat, saya tidak pernah mengatakan kondisinya membaik karena hanya naik turun saja dan kondisi seperti itu belum bisa dikatakan stabil. Ternyata pagi tadi kondisinya terus turun hingga akhirnya meninggal,” ungkapnya.
Meninggalnya bayi kembar siam asal Sidoarjo ini merupakan bayi terakhir yang dirawat di RS Soetomo. Sementara beberapa bayi kembar siam lainnya sudah pulang karena kondisinya stabil. Di antara mereka ada yang berhasil dipisahkan, namun ada pula tidak bisa. Sementara keluarga bayi kembar siam tampak sedih, apalagi sebelumnya sempat syok dengan kondisi putrinya tersebut.
Meski tidak mau diwawancara, tetapi saat menerima jenazah anaknya, ER, ayah bayi kembar siam ini, menunjukkan wajah pasrah dan mengucapkan terima kasih kepada pihak rumah sakit yang selama ini merawat bayinya. Seusai diserahkan oleh pihak rumah sakit yang diwakili dokter Agus, kedua bayi ini langsung dibawa pulang untuk dimakamkan di makamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dusun Kauman, Desa Pekauman, Kecamatan/Kabupaten Sidoarjo.
Pihak keluarga sepakat jika jenazah bayi kembar itu dimakamkan dalam satu liang yang tak jauh dari makam kakeknya di Dusun Kauman, Desa Pekauman, Kecamatan Sidoarjo. ”Kami ikhlas menerima kenyataan ini,” kata Rahmi seusai pemakaman. Rahmi mengaku tahu jika bayi yang dikandungnya kembar saat berusia tujuh bulan. Sebagai orang tua, dia mengaku senang karena dianugerahi anak kembar.
Saat periksa ke dokter tidak diberitahu jika kondisi bayi yang dikandung adalah kembar siam. Proses kelahiran dilakukan caesar di RS Jasem berjalan lancar. Namun, dokter mengatakan jika kondisi bayinya kembar siam, maka disitulah Rahmi dan suaminya kaget. Meski demikian, mereka berharap anak ketiganya itu masih bisa tertolong. Agar mendapat perawatan intensif, bayi kembar itu kemudian dirujuk ke RSU Dr Soetomo, Surabaya.
Mamik wijayanti/ abdul rouf
(bbg)