Produksi Puncak Blok Cepu Capai 205.000 BPH
A
A
A
BOJONEGORO - Produksi puncak minyak mentah lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, di Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, diperkirakan dapat mencapai 205.000 barel per hari.
Produksi puncak itu melebihi dari target semula yang hanya berkisar 165.000 barel per hari. Lapangan minyak dan gas bumi (migas) Banyu Urip, Blok Cepu, dikelola oleh PT Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL), anak perusahaan Exxon Mobil Corporation asal Amerika Serikat (AS). Cadangan migas yang ada di lapangan Banyu Urip ini diperkirakan mencapai 450 juta barel dan merupakan cadangan migas paling banyak di Bojonegoro.
“Bisa jadi produksi puncak memang sebanyak itu, pokoknya produksi puncak terjadi pada tahun ini,” ujar Field Public and Governmen Affairs Manager EMCL Rexy Mawardijaya, kemarin. Untuk mendukung masa produksi puncak minyak mentah itu, kini pengerjaan proyek pengadaan, rekayasa, dan konstruksi lapangan Banyu Urip juga hampir rampung. Secara keseluruhan proyek Banyu Urip telah mencapai 90% lebih.
Proyek itu meliputi pembangunan fasilitas produksi utama, pembangunan pipa darat untuk alir muat minyak mentah sepanjang 72 kilometer, pembangunan pipa bawah laut untuk alir muat minyak mentah, pembangunan menara tambat untuk bersandarnya kapal tanker, serta pembangunan infrastruktur. Produksi minyak mentah lapangan Banyu Urip Blok Cepu naik secara bertahap. Semula produksi minyak mentahnya mencapai 40.000 barel per hari.
Kemudian, naik menjadi 75.000 barel per hari. Hingga nanti dinaikkan hingga mencapai puncak produksi sekitar Juli 2015. Penambahan produksi minyak mentah saat ini sebanyak 35.000 barel per hari dihasilkan dari tapak sumur (well pad ) B. Penambahan ini juga tidak lepas dari proses perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yang baru saja diterbitkan beberapa hari yang lalu terkait berdirinya tiang flaring di well pad B yang bersifat sementara.
“Untuk flaring sementara sudah disetujui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Flaring sementara ini merupakan bagian dari proses menuju tercapainya produksi penuh yang akan mendukung target produksi nasional,” ujar Rexy. Sebelumnya, produksi Banyuurip mencapai 40.000 barel per hari dengan rincian 30.000 barel per hari dihasilkan dari well pad A dan 10.000 bph dari well pad C.
Untuk penambahan produksi di well pad C sudah dilakukan flaring dengan volume gas berkisar 3,5 MMSCFD dari batas maksimal sesuai perizinan sebesar 7,5 MMSCFD. Seiring dengan hampir selesainya pekerjaan proyek migas Banyu Urip, kini para pekerja yang terlibat di dalam proyek sudah jauh berkurang. Ribuan pekerja yang biasanya hilir mudik ke lokasi proyek Banyuurip di Kecamatan Gayam kini sudah terlihat banyak berkurang. Begitu pula truk dan kendaraan berat yang biasanya hiruk-pikuk di lokasi proyek Banyu Urip kini sudah terlihat jarang.
Sementara itu, pihak Pemkab Bojonegoro mendukung penuh kelancaran proyek migas Banyu Urip Blok Cepu di Bojonegoro tersebut. Selain memberikan pemasukan daerah dari dana bagi hasil minyak dan gas bumi, keberadaan industri minyak dinilai memberikan dampak bagi kemajuan Bojonegoro. Bupati Bojonegoro, Suyoto, mengatakan, adanya industri migas mampu mendongkrak pendapatan daerah Bojonegoro.
Namun, kata dia, industri migas suatu saat akan habis. Oleh karena itu, pendapatan dari sektor migas ini dialihkan untuk sektor pertanian, pendidikan, kesehatan dan lainnya. “Dana migas yang kami peroleh saat ini akan disimpan untuk generasi yang akan datang,” tandasnya.
Muhammad roqib
Produksi puncak itu melebihi dari target semula yang hanya berkisar 165.000 barel per hari. Lapangan minyak dan gas bumi (migas) Banyu Urip, Blok Cepu, dikelola oleh PT Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL), anak perusahaan Exxon Mobil Corporation asal Amerika Serikat (AS). Cadangan migas yang ada di lapangan Banyu Urip ini diperkirakan mencapai 450 juta barel dan merupakan cadangan migas paling banyak di Bojonegoro.
“Bisa jadi produksi puncak memang sebanyak itu, pokoknya produksi puncak terjadi pada tahun ini,” ujar Field Public and Governmen Affairs Manager EMCL Rexy Mawardijaya, kemarin. Untuk mendukung masa produksi puncak minyak mentah itu, kini pengerjaan proyek pengadaan, rekayasa, dan konstruksi lapangan Banyu Urip juga hampir rampung. Secara keseluruhan proyek Banyu Urip telah mencapai 90% lebih.
Proyek itu meliputi pembangunan fasilitas produksi utama, pembangunan pipa darat untuk alir muat minyak mentah sepanjang 72 kilometer, pembangunan pipa bawah laut untuk alir muat minyak mentah, pembangunan menara tambat untuk bersandarnya kapal tanker, serta pembangunan infrastruktur. Produksi minyak mentah lapangan Banyu Urip Blok Cepu naik secara bertahap. Semula produksi minyak mentahnya mencapai 40.000 barel per hari.
Kemudian, naik menjadi 75.000 barel per hari. Hingga nanti dinaikkan hingga mencapai puncak produksi sekitar Juli 2015. Penambahan produksi minyak mentah saat ini sebanyak 35.000 barel per hari dihasilkan dari tapak sumur (well pad ) B. Penambahan ini juga tidak lepas dari proses perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yang baru saja diterbitkan beberapa hari yang lalu terkait berdirinya tiang flaring di well pad B yang bersifat sementara.
“Untuk flaring sementara sudah disetujui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Flaring sementara ini merupakan bagian dari proses menuju tercapainya produksi penuh yang akan mendukung target produksi nasional,” ujar Rexy. Sebelumnya, produksi Banyuurip mencapai 40.000 barel per hari dengan rincian 30.000 barel per hari dihasilkan dari well pad A dan 10.000 bph dari well pad C.
Untuk penambahan produksi di well pad C sudah dilakukan flaring dengan volume gas berkisar 3,5 MMSCFD dari batas maksimal sesuai perizinan sebesar 7,5 MMSCFD. Seiring dengan hampir selesainya pekerjaan proyek migas Banyu Urip, kini para pekerja yang terlibat di dalam proyek sudah jauh berkurang. Ribuan pekerja yang biasanya hilir mudik ke lokasi proyek Banyuurip di Kecamatan Gayam kini sudah terlihat banyak berkurang. Begitu pula truk dan kendaraan berat yang biasanya hiruk-pikuk di lokasi proyek Banyu Urip kini sudah terlihat jarang.
Sementara itu, pihak Pemkab Bojonegoro mendukung penuh kelancaran proyek migas Banyu Urip Blok Cepu di Bojonegoro tersebut. Selain memberikan pemasukan daerah dari dana bagi hasil minyak dan gas bumi, keberadaan industri minyak dinilai memberikan dampak bagi kemajuan Bojonegoro. Bupati Bojonegoro, Suyoto, mengatakan, adanya industri migas mampu mendongkrak pendapatan daerah Bojonegoro.
Namun, kata dia, industri migas suatu saat akan habis. Oleh karena itu, pendapatan dari sektor migas ini dialihkan untuk sektor pertanian, pendidikan, kesehatan dan lainnya. “Dana migas yang kami peroleh saat ini akan disimpan untuk generasi yang akan datang,” tandasnya.
Muhammad roqib
(ars)