Ancaman Kuman di Kolam Renang

Minggu, 29 Maret 2015 - 09:09 WIB
Ancaman Kuman di Kolam...
Ancaman Kuman di Kolam Renang
A A A
Sedikit mendung bergelayut di sisi timur langit Surabaya membuat perjalanan kami menuju Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran tanpa bayang-bayang.

Dengan kecepatan 60 km/jam, kami mengarah ke selatan menyusuri Jalan Dr Ir Soekarno MERR II C, Sabtu (28/3). Sekitar 20 menit perjalanan dengan sepeda motor, kami akhirnya tiba di kolam renang UPN. Kolam renangnya sederhana dan sedikit kurang terawat.

Di lokasi itu murid TK Permata Bangsa sudah banyak yang berkumpul. Beberapa sudah berganti dengan baju renang. Zidane dan Naila pun tak sabar ingin segera berenang bersama teman-temannya. Kedua bocah itu segera berganti baju renang, lalu berlari berbaur dengan teman-temannya yang sudah lebih dulu basah.

Kolam renang dangkal itu ramai dengan suara kanak-kanak, teriakan, kejengkelan, dan kegembiraan yang menyatu dengan suara air. Air kolam yang bening, tampak begitu segar. Apalagi mendung yang ada membawa lembab dan gerah yang menyengat saat menjelang siang datang.

Di salah satu sudut kolam tampak salah satu anak (mungkin ada salah satu murid) yang masih kecil, melorotkan celananya sambil mengeluarkan batang kemaluan. Sekejap kemudian dia kencing. Orang tuanya yang baru tahu aksi bocah itu segera mengeluarkannya dari kolam renang.

Sejurus kemudian, bocah lugu itu langsung manthur. Kejadian itu begitu singkat sehingga tak sempat diperhatikan siswa lain. Kolam renang bening itu tetap ramai dengan bocah-bocah yang bergembira. Naila keluar dari kolam. Ternyata dia haus. Diminumnya segelas air mineral. ”Aku mau kuenya,” pinta dia. Lalu, dia dengan cekatan mengupas bungkus dan dengan lahap menghabiskan sepotong roti pisang.

Zidane menyusul di belakang, meminta hal yang sama. Seusai mengisi perut, mereka kembali ke kolam renang. Mereka bergembira lagi di air tenang, tapi juga penuh kotoran air kencing, air liur, dan masih banyak lainnya. Kawasan Surabaya timur sekitar tahun 80-an masih banyak sawah dijumpai, juga jublang (cekungan tanah berisi air) maupun kali yang biasa digunakan kanak-kanak pada masa itu untuk mandi.

Hal yang biasa mandi di air keruh. Dan alhamdulillah, kanak-kanak pada masa itu hingga kini dewasa, jauh dari penyakit kulit atau lainnya. Meski air tempat berenang tidak sejernih kolam renang yang kini banyak tersedia, kini sesungguhnya masih banyak dijumpai anak-anak mandi di kali. Kegembiraan mandi di kali maupun di kolam sama. Mereka tak peduli dengan warna airnya. Keluguan mereka hanya peduli dengan canda riang tawa.

Bahaya Air Bening Itu

Beberapa tahun lalu Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Badan Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat pernah menutup lebih dari 1.800 kolam renang umum. Tindakan itu dilakukan karena ditemukan bahaya infeksi yang dapat terjadi kepada perenang. Pada awalnya didapatkan beberapa kasus diare, selanjutnya terjadi peningkatan besar menjadi wabah di tahun 1990-an dengan 16.800 kasus yang berhubungan dengan kolam renang dan spa.

Juga dilaporkan wabah yang terjadi di negara bagian Georgia, AS, di mana beberapa anak menderita sakit akibat kuman E coli yang berasal dari kotoran penderita saat berenang. Dari inspeksi yang dilakukan CDC terhadap 22.131 kolam renang, ditemukan 54% kolam renang yang bermasalah. CDC juga mengungkapkan terjadi peningkatan kasus yang besar atau outbreaks dari penyakit yang disebabkan rekreasi air dalam tahun 2000, di mana didapatkan 228% lebih banyak dibandingkan dua tahun sebelumnya.

Di Indonesia (termasuk Surabaya), permasalahan ini belum banyak diperhatikan karena belum ada data penelitiannya. Melihat perilaku masyarakat kondisi sarana dan sistem pengawasan di Indonesia mungkin saja permasalahan yang dapat ditimbulkan lebih mengkhawatirkan dan harus lebih diwaspadai.

Medical Daily pernah melansir, beberapa fakta tentang kolam renang umum antara lain feses, bakteri E coli, RWI, Cryptosporidium, Giardia, urine, dan kaporit. Menurut Centers for Disease Control (CDC) Amerika, perenang berkontribusi menyebabkan adanya feses di kolam renang umum sebanyak 0,14 gram, setelah 15 menit masuk ke kolam.

Selain itu, 2010 lalu satu dari delapan kolam renang umum begitu kotor dan akhirnya mendapat peringatan untuk ditutup dengan segera. CDC juga melakukan penelitian yang membuktikan kalau sebanyak 161 kolam renang di Atlanta mengandung bakteri E coli, bakteri yang berkaitan dengan feses. Untuk meminimalisasi kontaminasi bakteri itu, CDC menyarankan agar pengunjung kolam mandi dengan sabun terlebih dahulu sebelum berenang.

RWI yaitu recreational water illness, disebabkan oleh kuman yang menyebar karena menelan air kotor. Menurut CDC, kasus RWI semakin meningkat selama 20 tahun terakhir. Salah satu gejala umum dari RWI adalah diare. Sementara Cryptosporidium atau Crypto merupakan parasit yang menyebabkan diare. Parasit ini bahkan bisa hidup di dalam kolam renang yang sudah diberi kaporit.

Jadi, dalam kolam renang yang paling bersih pun, Anda tetap berisiko terkena infeksi parasit ini. SamasepertiCrypto, Giardiajugatermasuk parasit penyebab diare. Giardia ditemukan pada air, tanah, dan makananyangterkontaminasi. Giardiapun masa hidupnya lebih lama dan cukup kebalterhadapkaporit.

Kabarburuknya, Giardia bisa menyebar melalui air di kolam renang umum, dari bina-tang ke manusia, dan ke sesama manusia. Satu dari lima orang dewasa Amerika mengaku suka pipis di kolam renang. Menjijikkan memang. Namun, kebiasaan itu jelas sangat tidak menyehatkan. Urine di kolam renang melemahkan kinerja kaporit dalam membunuh kuman sehingga perenang berisiko terkena penyakit.

Kaporit memang digunakan untuk membunuh kuman bakteri di dalam kolam renang. Namun, jika aromanya tercium begitu kuat, itu bukan tanda yang baik. Sebab, kaporit berkualitas tinggi harusnya tidak menyebarkan aroma yang terlalu kuat.

Zaki zubaidi/ berbagai sumber
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5956 seconds (0.1#10.140)